Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Sudut Pandang, Ada yang Merasa Terang atau Gelap

16 Maret 2021   08:43 Diperbarui: 16 Maret 2021   09:09 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hal apa pun. Selalu ada sudut pandang yang berbeda. Selalu tidak sama. Ada yang ke kiri, ada yang ke kanan. Ada yang merasa benar ada yang merasa salah. Ada yang jadi pemain, ada yang jadi penonton. Ada yang bergerak ada yang berdiam diri. Selalu ada dua sudut pandang. Atas peristiwa apa pun, atas sebuah masalah. 

Seperti hujan, ada yang menganggap anugerah ada yang bilang musibah. Matahari pun bisa disambut bergairah atau berkilah. Lagi-lagi, selalu ada dua sudut pandang. Beda pandangan, beda pemahaman, Objek boleh sama tapi sudut pandang berbeda. Seperti hidup, ada yang melihat sebagai jalan terang. Tapi tidak sedikit pula yang menyebut jalan gelap. Begitulah adanya.

Ada dua sudut pandang.

Bagi kaum pecinta dunia. Kehilangan harta, pasti dilihat sebagai musibah. Saat dimusuhi kawan, pasti merasa kecewa. Sudut pandang duniawi namanya. Tapi bagi kaum pecinta bukan dunia. Berbeda sudut pandangnya. Kehilangan harta, justru disyukuri karena harta telah membuatnya "lupa" sang pensipta. Saat dimusuhi kawan, malah bersyukur karena Allah tunjukkan sifat aslinya. 

Begitu pula kiprah pegiat literasi di taman bacaan. Ada yang optimis, ada yang pesimis. Ada yang monoton, ada yang kreatif. Tinggal model apa yang mau diterapkan? Taman bacaan itu seperti cinta. Selalu punya dua sudut pandang. Positif atau negatif. Ada yang bilang baik, ada pula yang bilang tidak baik. Maka taman bacaan pun butuh cara untuk menyikapinya. Agar tetap eksis, tetap berkontribusi kepada masyarakatnya.

Maka tidak usah khawatir. Karena selalu ada dua sudut pandang. Karena manusia tidak sama. Gelap atau terang. Optimis atau pesimis. Negatif atau positif. Bahkan "tetap sepi di keramaian atau ramai di kesepian". Itu soal sudut pandang.

Sudut pandang boleh berbeda. Tapi percayalah. Jika Allah SWT itu sumber kebaikan. Maka keburukan tidak akan pernah datang dari-Nya. Dan sebaliknya, siapa pun bila merasa hidup dalam kegelapan. Maka cahaya terang pun tidak akan pernah diberikan-Nya. Semua tergantung sudut pandang kita.

Manusia memang tidak sama. Ada yang "sabar" dulu lalu "bersyukur". Ada pula yang "bersyukur" dulu kemudian "bersabar". Maka tetaplah memahami keadaan dan bersikap realistis. Nikmat yang ada, jalani prosesnya. Asal tetap berada di jalan kebaikan, jalan yang menebar manfaat untuk banyak orang. 

Sudut pandang atau point of view manusia, pasti beda.

Namun ketahuilah, apa yang ada pada kita saat ini, Itulah yang pas dan pantas dari Allah SWT untuk kita. Biarkan sudut pandang bergulir sendiri, hingga menemukan ujungnya. Bila tidak sama, kenapa tidak boleh beda? Salam literasi #KampanyeLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun