Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Timbal Balik Hamba, Hikmah Idul Adha dalam Terpaan Covid-19

30 Juli 2020   08:25 Diperbarui: 30 Juli 2020   08:13 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berantas buta huruf (Sumber: Geberbura Lentera Pustaka)

Tanggal 9 Dzulhijah disebut hari Arafah. Menurut riwayat, Arafah adalah nama tempat ketika Nabi Adam dan Hawa dipertemukan kembali setelah mereka dikeluarkan dari surga. Ada pula yang mengatakan Arafah diambil dari ucapan Nabi Ibrahim AS; Araftu (aku tahu), setelah diajarkan manasik haji dan tempat-tempat ibadah haji, termasuk padang Arafah oleh malaikat Jibril. Maka hingga kini, Arafah dijadikan tempat seluruh jamaah haji berkumpul untuk melakukan wukuf, sebuah padang luas yang terletak antara Mina dan Muzdalifah.

Manusia adalah hamba, bukan siapa-siapa. Bukan pula apa-apa. 

Buktinya, ketika manusia diberi ujian wabah Covid-19. Tidak ada satu manusia pun yang berdaya. Apalagi berani bertempur melawan Covid-19. Di tengah wabah Covid-19, manusia hanya bisa mencegah, menghindari, lalu berdiam diri sambil memohon perlindungan dari-Nya. Bukti kuat, manusia bukan siapa-siapa. Hanya bisa berusaha lalu berdoa. Dan selebihnya berserah diri kepada Allah SWT. Itulah hamba.

Bila kita hamba, maka hikmah Idul Qurban (Idul Adha) 2020 adalah membangun kesadaran timbal balik. Timbal balik. Bahwa tidak ada kebencian yang melulu tanpa diimbangi cinta. Tidak ada kesombongan yang melangit tanpa diikuti kerendahan hati yang membumi. Tidak ada pula tebaran keburukan tanpa diikuti kebaikan.

Bahwa sehebat-sehebatnya musuh pun pada akhirnya akan menjadi kawan. Jangan hanya mau menerima tanpa mau memberi. Segalanya ada timbal baliknya, ada sebab ada akibatnya.

Besok di 10 Dzulhijah, gema takbir Idul Adha 1441 H berkumandang di mana-mana, berdengung di telinga kita. Ada tangis, ada syukur, bahkan ada introspeksi diri yang mengalir dari darah mereka. Hukum timbal balik milik pada hamba. Ribuan ekor sapi dan kambing pun menangis haru. Nyawa hewan qurban pun hilang seketika.

Tapi bukan pertanda duka. Namun tanda suka cita segera menghampiri kaum fakir miskin dan anak-anak yatim. Seutas senyum tersirat di bibir mereka. Bersiap menikmati daging hewan qurban yang lama sekali tidak pernah dicicipinya. Sebuah timbal balik dari orang-orang mampu kepada yang tidak mampu.

Hidup manusia adalah timbal balik. Karena manusia itu hanya hamba. Maka Aristoteles yang bilang "perlakukanlah orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan". Bila ingin dihargai, maka hargailah orang lain, Bila ingin dihormati maka hormatilah orang lain. Tentu, atas dasar keikhlasan dan apa adanya, bukan ada apanya. Timbal balik adalah keniscayaan, sebuah kepastian yang terjadi.  Apa yang ditabur, itulah yang akan dituai. 

Hukum timbal balik pula yang bilang. Bahwa tidak mungkin semua orang bisa cocok denganmu. Maka tidak perlu pula kamu memaksa diri agar cocok dengan semua orang. Karena seorang hamba, hanya bisa ikhtiar dan doa. Tidak lebih dan tidak kurang. Karena dalam hidup, balas dendam terbaik adalah tetap berbuat baik dan membiarkan karma membereskan sisanya pada mereka. 

Timbal balik kian menegaskan. Bahwa manusia sebagai hamba pun tidak perlu takut kehilangan. Karena di dunia ini, tidak ada yang abadi. Bila ada manusia yang takut kehilangan, berarti bukan timbal balik. Bila ada hidup maka ada mati. Itu timbal balik. Lalu kenapa takut kehilangan pekerjaan, takut kehilangan kekuasaan, takut kehilangan harta, takut kehilangan jabatan dan takut-takut yang lainnya. Mereka yang hidup dalam ketakutan, lalu penuh kekhawatiran. Hingga punahlah kepedulian kepada sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun