Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pendiri TBM Lentera Pustaka Siapkan Buku "Lelaki Lima Puluh Tahun"

29 Februari 2020   21:54 Diperbarui: 29 Februari 2020   22:05 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Jelang ulang tahun ke-50, Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor menyiapkan buku antologi puisi dan autobiografi tentang dirinya berjudul "Lelaki Lima Puluh Tahun; Di Bilik Kopi". Buku yang berisikan 50 puisi sebagai simbol perjalanan hidupnya sekaligus sejarah hidupnya sebagai potret kehidupan yang dapat memberi inspirasi dan pencerahan bagi pembaca.

Dari sejak lahir, sekolah, kuliah, bekerja, hingga menjadi pengabdi sosial di taman bacaan. Tidak mudah, di tengah profesinya sebagai seorang konsultan professional di DSS Consulting, Dosen di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta lebih dari 25 tahun, dan kini Direkttur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) dan edukator dana pension di Indonesia. 

Ia memilih untuk "mengabdi pada masyarakat" setiap minggunya dari Jakarta ke Bogor untuk membimbing anak-anak usia sekolah dan ibu-ibu buta huruf di kampung kecil di Kaki Gunung Salak Bogor. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi di kampung.

Di buku "Lelaki Lima Puluh Tahun; Di Bilik Kopi", Pendiri TBM Lentera Pustaka menuturkan bahwa pengabdian kepada masyarakat adalah ujung dari perjalanan hidupnya. Bersama TBM Lentera Pustaka, ia memberi contoh pentingnya komitmen dan konsistensi untuk berbagi ilmu dan pengetahuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Karena "Khairrunnas anfa'uhum linnas", sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat kepada orang lain. Bukan orang yang bermanfaat buat dirinya sendiri.

Baginya, TBM Lentera Pustaka yang bermula dari garasi rumah disulap menjadi rak-rak buku, Dinding tembok yang diberi gambar mural. Hingga diberi papan penanda taman bacaan menegaskan tempat itu bukan lagi rumah tapi taman bacaan.TBM Lentera Pustaka baginya, adalah tempat untuk "merendahkan hati". Bahwa perbuatan baik itu tetap di atas pikiran baik. Tempat mengubah "niat baik jadi aksi nyata".

Kini di usianya yang 50 tahun, Syarifudin Yunus semakin yakin. Bahwa TBM Lentera Pustaka telah menjadi tempat belajar bagi banyak orang. Tempat mengabdi "orang-orang baik" yang selalu ikhlas dan rela menyatukan diri dengan masyarakat yang tidak mampu.

Di buku antologi puisi dan autobiografi itu pula, Pendiri TBM Lentera Pustaka bertutur dan berpesan kepada pegiat literasi dan pengabdi social untuk tetap istiqomah pada tiap langkah sosialnya. Bahwa proses jauh lebih berharga daripada hasil. Bahkan tiap proses dan kepedulian pun ada risikonya. Bahwa musuh terbesar "orang yang berbuat" adalah "orang yang terus ngomong" tanpa berbuat.

Lalu, mengapa lelaki lima puluh tahun?

Karena lelaki di usia 50 tahun adalah momentum. Untuk merefleksikan diri seberapa manfaat untuk orang lain, Bukan seberapa hebat, seberapa kaya atau seberapa sukses.  Justru di usia 50 tahun, sebutlah generasi 50 tahun itu hidupnya lebh praktis, lebih SIMPEL. Sambil menjaga keseimbangan hidup; lahir-batin, jasmani-rohani. Lelaki lima puluh tahun, ternyata prinsip hidupnya, filosofinya bahkan gaya hidupnya sederhana alias SIMPEL.

Generasi 50 tahun itu enggak neko-neko, enggak banyak yang dipengen apalagi yang dimimpikan. Karena generasi 50 itu sadar berada di antara dua kutub; kutub tradisional dan kutub modern. Selalu tetap ikut dinamika zaman tapi menjaga tradisi baik yang dijunjung tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun