Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Demi Budaya Literasi, Anak-anak TBM Lentera Pustaka Berani Tampil

3 Juli 2019   08:02 Diperbarui: 3 Juli 2019   08:10 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibarat mencemplungkan batu kecil ke sebuah telaga. Akhirnya, air dalam dalam telaga itu akan beriak, bergelombang, makin lama makin membesar.

Sebelum ada taman bacaan, anak-anak di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu sama sekali gak berani tampil. Ditanya pendatang pun, bukan menjawab malah lari menjauh. Alhamdulillah, kini mereka berani tampil. Berkat buku dan tradisi baca yang ada di TBM Lentera Pustaka.

Memang, selalu ada pekerjaan yang kita anggap remeh, kecil, sepele. Tapi memberikan dampak yang begitu besar. Asal mau dikerjakan konsisten dan penuh kesungguhan, insya Allah maslahat buat orang banyak. Itulah hakikat pengabdian sosial. Memang mereka bukan anak-anak lahiriah. Tapi secara batiniah, mereka harus diselamatkan dari ancaman putus sekolah, termasuk kemiskinan dan kebodohan.

Sementara di luar sana, berapa banyak orang-orang beruntung masih dihantui pikiran negatif, pesimis, cemas, dan sebangsanya. Hingga gak berani berbuat apapun. Jangankam buat orang lain, untuk dirinya sendiri pun ogah.
Saat diminta atau bermimpi. Untuk melakukan sesuatu untuk sosial, sering menolak. Bukan karena tidak mampu. Tapi karena banyak dalih negatif dan pesimis. Pengen enak untuk dirinya sendiri, kalau bisa orang lain jangan. Sampai sekarang "gak berani tampil".

Gak berani tampil. Itu bukan karena gak mau berubah. Tapi karena terlalu cemas dan pesimis. Semua niat baik dianggap sia-sia. Aksi nyata pun tenggelam, hilang tak berjejak. Sedikitpun belum sempat dilakukan.

Maka wajar Dr. Charles Mayo pernah bilang, jumlah orang yang mati karena bekerja lebih sedikit dibanding orang yang mati karena cemas. Karena 40% orang mencemaskan hal-hal yang belum terjadi, 30% mencemaskan hal yang sudah terjadi dan sisanya mencemaskan hal yang aneh-aneh. Jadilah, makin gak berani tampil.

Ide baik, niat baik "terbunuh" oleh kecemasan yang berlebihan. Tapi berharap, semua yang di luar dirinya berubah. Sementara kita tetap gak mau berubah, gak berani tampil.

Berani tampil. Di TBM Lentera Pustaka, tradisi baca telah mengubah anak-anak kampung jadi berani tampil. Karena mereka sadar, bahwa yang dikerjakannya itu baik. Daripada main atau nongkrong, mereka berani memilih untuk baca buku.

Anak-anak yang diajarkan untuk gak perlu terlalu mikirin akibat sebelum melakukannya. Agar jadi orang berani. Buat apa bermimpi melangkah ribuan kilometer, bila gak pernah berani memulai untuk langkah pertama.

Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka sebagai pegiat literasi melatih agar 60-an anak-anak pembaca aktif di TBM Lentera Pustaka "berani tampil" demi tegaknya budaya literasi. Karena bila tidak, mereka akan tergilas oleh dampak negatif era digital. Tanpa tradisi baca dan budaya literasi, maka anak-anak pun akan tergilas zaman. Zaman boleh maju. Tapi budaya literasi tidak boleh terpinggirkan.

Anak-anak yang berani tampil, berani baca walau di kampung. Esok pasti menjelma jadi manusia yang jauh dari ketakutan, kecemasan yang berlebihan...#TBMLenteraPustaka #BudayaLiterasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun