Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Filosofi Nongkrong

31 Maret 2019   16:02 Diperbarui: 31 Maret 2019   16:05 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nongkrong itu gaya hidup. Gak di kota gak di kampung, banyak orang lagi gandrung nongkrong. Pantes, angka minum kopi tumbuh pesat. Apalagi anak milenial. Nongkrong sering pake buat nyari cewek. Kalo gak buat ngerjain tugas kuliah. Walau gak sedikit yang hobby nongkrong buat ngomongin orang sih...

Nongkrong zaman now, udah jadi kegiatan kolektif. Karena nongkrong biasanya dipake buat mempertegas eksistensi diri. Biar disebut kaum tongkrongan. Bahkan di kalangan kaum milenial, peran dan identitas dalam satu komunitas sangat dipengaruhi dari tongkrongan. Yang hebatnya, ada yang nongkrong tapi ngebahas isu-isu aktual; isu politik atau bisnis. Nongkrong buat sebagian orang memang keren. Karena tiap kali nongkrong, ada saja yang dihasilkan.

Nongkrong zaman now, ada yang sambal minum kopi. Ada juga yang tanpa ngopi. Maklum pepatah yang dianut "mangan ora mangan, sing penting ngumpul". 

Hari ini, Kkalo ada orang-orang yang bawaannya ngomel-ngomel. Bisa jadi karena kurang nongkrong. Apalagi yang doyan membenci, menghujat atau mencaci. Udah pasti mereka jarang nongkrong. Orang kalo jarang nongkrong, ya begitu. Egois dan individualis. Buat orang yang jarang nongkrong, semua orang lain salah. Dia doang yang benar.

Apalagi di musim piplres begini. Orang gak pernah nongkrong bawaanya marah-marah mulu. Sebarin fitnah, sebarin hoaks. Paling minim, intimidasi orang lain agar pilihannya sama dengan dia. Lawan politiknya gak ada yang bagus. Sementara dia, seolah-olah paling jago ngelola negara. Mungkin negaranya, penduduknya dia doang kali.

Makanya nongkrong. Biar toleran dan demokratis. Kalo gak bisa sama, kenapa gak boleh beda? Nongkrong dong, sombong ...

Nongkrong itu filosofinya membangun empati, menebar toleransi.

Karena saat nongkrong gak boleh bawa-bawa status. Orang nongkrong gak boleh egois, apalagi mau menang sendiri. Nongkoring itu melatih mindset tentang cara menjalin hubungan baik, menjaga keharmonian. Seperti bisnis atau dagang, gak mungkin ada yang beli kalo gak ada harmoni. Antara yang jual dengan yang beli.

Makanya nongkrong, hanya butuh kopi dan kursi. Sisanya tinggal cerita dan berita. Nongkrong itu simbol sifat komunal yang tinggi. Orang itu susah demokratis kalo jarang nongkrong. Pilih presiden juga perlu nongkrong, jangan koar-koar doang.

Nongkrong juga gak butuh IPK yang tinggi. Hanya butuh teman dan sahabat. Karena di dunia kerja, IPK cuma bisa bikin dipanggil wawancara. Tapi kalo mau diterima kerja, ya karena punya jaringan punya teman nongkrong. Makanya nongkrong, karena nongkrong itu berpengaruh pada kelihaian kita membawa diri. Latihan adaptasi terhadap berbagai situasi obrolan, perbedaan pandangan. Orang gak nongkrong, biasanya sombong ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun