Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

3 Pesan Mantan Menaker tentang Dana Pensiun

18 September 2018   10:02 Diperbarui: 18 September 2018   11:48 3398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga pesan mantan Menaker tentang Dana Pensiun, apa saja ya ?

Asyik dan menyenangkan, ketika ngobrol bareng Fahmi Idris, mantan Menteri Tenaga Kerja RI. Niatnya untuk mengundang beliau sebagai pembicara #1 Indonesia Retirement Outlook (IRO) 2018 yang akan digelar di Jakarta pada 24-25 Oktober 2018. Namun apa daya, jam terbang dan kiprahnya sebagai pengusaha dan politisi menjadi menarik untuk disimak. Tentang bagaimana memajukan industri dana pensiun di Indonesia.

Saat audiensi langsung ke ruang kerja Pak Fahmi Idris di kawasan Kuningan, kita terjebak pada obrolan tentang apa dan kenapa dana pensiun? Setelah saya berikan penjelasan dan sekilas informasi tentang kondisi industri dana pensiun dan peluangnya ke depan. Dengan gaya beliau yang kalem dan santun, sosok yang pernah menjadi Menteri 3 kali di 3 kabinet dengan 3 jabatan menteri yang berbeda ini memaparkan sedikit "kiat praktis" bila industri dana pensiun di Indonesia.

Bolehlah, saya menyebutnya "Tiga Pesan Mantan Menaker tentang Dana Pensiun". Karena menurut saya, pesan-pesan yang disampaikan sangat relevan dan patut direnungkan. Agar industri dana pensiun di Indonesia punya "energi daya kuda" untuk memacu pertumbuhan yang signifikan. Apa saja tiga pesan mantan menaker tersebut?

Pertama, dana pensiun itu sama dengan uang
Bukan soal manfaat atau mind set. Karena dengan dalih "uang" semua orang menjadi peduli, menjadi perhatian. Uang itu selalu menjadi incaran setiap orang. Hidup manusia, sejak dari anak kecil sampai dewasa lalu tua "terikat" pada uang. Maka, jadikan dana pensiun bisa "mengikat" orang. Oleh karenanya, harus ditonjolkan dimensi "nilai uang". Berapa uang yang disisihkan, berapa uang yang diperoleh saat pensiun?

Kenapa uang? Karena suka tidak suka, semua "berawal dan berakhir" dari uang. Berbisnis perlu uang, politik butuh uang, konflik pun terjadi karena uang. Bahkan, siapapun yang ditangkap KPK karena uang. Maka dana pensiun pun sama, harus dimuali dan diakhiri dari uang. 

Betapa ruginya orang tidak ikut program pensiun karena masa tuanya tidak akan punya uang. Siapapun, di masa pensiun, tidak punya uang maka akan hidup merana. Jadi sederhana, dana pensiun akan maju bila "isu utamanya" digeser ke soal uang.

Kedua, dana pensiun dan orang-orang yang ada di dalamnya harus "pekerja keras"
Karena tidak ada keberhasilan atau kesuksesan tanpa kerja keras. Apakah orang-orang yang bergerak di industri dana pensiun sudah bekerja keras untuk memajukan industrinya sendiri? Ukuran kerja kerja keras sederhana saja. Hampir semua perusahaan maju di Jalan Sudirman atau Rasuna Said pasti kantornya "masih terang dan menyala" di pukul 20.00 WIB. Bagaimana dengan industri dana pensiun?

Patut diakui, kerja keras memang penting. Bahkan menjadi kunci keberhasilan sebuah bisnis. Banyak orang menjadikan idola dan panutan orang-orang sukses di jagat raya. Sebut saja Elon Musk, Mark Zuckerberg, dan Jack Ma. Mereka itu, tokoh idola banyak orang karena berhasil memadukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan bisnis. Hingga membangun "kerajaan" bisnis. Tapi di saat yang sama, banyak orang lupa. Bahwa mereka tidak membangun kerajaan bisnis-nya dalam satu malam. Hanya "kerja keras" yang menjadi kunci dari kejayaan yang mereka raih hingga kini. Itu artinya, industri dana pensiun pun perlu mengadopsi prinsip kerja keras untuk meraih kemajuan.

Ketiga, dana pensiun harus terus sosialisasi dan edukasi pekerja dan pemberi kerja
Semakin jarang sosialisasi, semakin sedikit edukasi maka hasilnya orang banyak pun "tidak tahu" apa itu dana pensiun? Maka tidak bisa tidak, apalagi di era milenial sekarang, industri dana pensiun pun tidak boleh berhenti untuk sosialisasi dan edukasi akan pentingnya program pensiun. Tanpa sosialisasi tanpa edukasi, bagaiman mungkin orang tahu apalagi paham tentang dana pensiun?

Sudah pasti, semua orang sepakat bahwa dana pensiun itu penting, dana pensiun itu bermanfaat di hari tua. Tapi bila tidak didukung oleh sosialsiasi dan edukasi yang berkelanjutan dan masif. Bisa jadi, pertumbuhan bisnis dana pensiun tidak optimal. Maka, harus ada program dan aksi nyata untuk sosialisasi dan edukasi pentingnya dana pensiun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun