Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna Idul Fitri, Kembali ke Nol

19 Juni 2018   06:37 Diperbarui: 19 Juni 2018   10:46 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Abi, apa sih artinya fitrah?" tanya anakku Farah kemarin.

Menurutku, jawaban sederhananya, fitrah  itu kembali ke nol. Karena setelah sebulan penuh ditempa puasa. Hakikatnya, manusia seperti dilahirkan kembali. Dibebaskan (bukan terbebas) dari dosa dan salah, baik dalam hubungan dengan Allah SWT maupun sesama manusia.

Fitrah sama dengan kembali ke nol.

Kembali ke nol. Karena angka nol adalah angka netral. Tidak plus tidak minus. Setelah fitrah lewat Idul Fitri, maka tiap manusia tinggal memilih. Mau memulai dengan plus (+) atau minus (-).

Selama puasa, kita sudah ditempa dengan ibadah wajib maupun sunnah. Seharusnya, puasa itu berdampak pada kehidupan manusianya. Untuk menjadi lebih baik. Atau disebut lebih takwa, lebih baik, lebih optimis. Maka itulah plus (+).

Tapi sebaliknya, kalau puasa kita hanya sebatas ritual rama-rame saja, lalu tidak "berbekas" dalam kehidupan. Hari ini atau esok tidak lebih takwa, tidak lebih baik bahkan malah pesimis. Maka itulah minus (-).

Lalu, siapa yang bisa dibilang fitrah? Siapa manusia yang "kembali ke nol"?

Tentu sederhananya, orang yang hari ini lebih bail dari hari kemarin. Orang yang level ketakwaannya lebih baik daripada kemarin. Orang yang fitrah, kembali ke nol adalah orang mampu "menahan diri" agar tidak terbawa nafsu perut, tidak jumawa akibat kekuasaan.

Ketahuilah, ada dua hal hidup manusia yang patut diwaspadai, yaitu DOSA dan KEINGINAN. Tiap manusia harus mampu menghindari DOSA. Karena sifat dosa itu akan selalu bertambah, tidak ada pengurangan.  Begitu pula dengan KEINGINAN. Karena keinginan selalu mengundang hawa nafsu dan menjadi sebab manusia terjerembab ke dalam kesesatan. Ingin berkuasa, ingin kaya, ingin mengalahkan orang lain; semua itu sesat maka harus mampu dikendalikan.

Kembali ke nol. Artinya, manusia harus mampu menghindar dari DOSA sebisa mungkin dan mampu mengelola KEINGINAN. Tetap berhati-hati dalam hidup. Karena istilahnya sekarang, godaan kehidupan selalu menghantui tiap manusia.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Nol seringkali disebut "kosong".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun