Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Pengin Tenar, Biar Tekor Asal Kesohor

5 Maret 2018   13:24 Diperbarui: 5 Maret 2018   13:39 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ORANG PENGEN TENAR

Musim pilkada musim orang pengen tenar. Zaman now itu banyak orang pengen tenar. 

Iya tenar alias ngetop. Terkenal. Kalo wong ndeso bilangnya "kondang". Biar populer. Dikenal dimana-mana, terkenal kemana-mana.

Tenar atau terkenal. Banyak orang pengen tenar. Dan hanya sedikit orang yang gak mau terkenal. Maka ada sindiran "biar tekor asal kesohor". Biar gak benar asal tenar. Ciamikk.

Emang, sebagian orang pengen tenar, pengen terkenal, pastinya. Termasuk lewat media sosial. Tentu, dengan caranya masing-masing. Pengen tenar tentu gak masalah, boleh-boleh saja. Asal jangan ngoyo pengen tenar. Gak usah ngotot nguber ketenaran. Ora usah pengen kondang. Pilkada itu cuma seremoni. Pilpres itu cuma event negara. Buat nyari pemimpin. Ngapain juga gasak sono gasak sini biar pengen tenar. Tenar kok ya nyolot-nya, tenar kok buat benci orang lain. Piye tho...

Emang, sampeyan kalo udah tenar mau ngapain? Yen sampeyan wis kondang pengen opo? Emang kalo udah terkenal pengen disanjung. Kalo tenar pengen dipuji gitu. Atau biar diagul-agulin. Pilihannya hebat, pemimpinnya keren. Bisa begini bisa begitu... Hebat teunan sampeyan. Wis tenar...

Pengen tenar. 

Banyak orang suka lupa. Terkenal atau popularitas itu bukan harga. Bukan pula komoditas. Terkenal atau tidak, kondang atau tidak itu konsekuensi. Risiko dari apa yang sudah kita perbuat. Bahasa kerennya "track record". Orang lain bilang apa tentang kita, itulah tenar yang sesungguhnya. Semakin manfaat buat orang banyak itu udah pasti tenar. Insya Allah.

Tapi perlu tahu aja. Tenar,  terkenal atau kondang itu bukan kebanggaan. Tenar itu proses baik yang memberi hasil luar biasa. Jadi, kerjakan saja yang baik. Insya Allah hasilnya luar biasa. Gak usah tenar, pengen dihargai dan dihormati. Aneh aja, kalo ada orang pengen tenar. Karena dipuji.... Welah dalah... 

Jadi orang tenar atau terkenal, tentu sangat boleh. Jadi orang kondang pasti boleh.

Jadi politisi kesohor. Jadi aktivis yang ngetop. Jadi pejabat yang dipuji banyak orang. Jadi bos atau petinggi di manapun. Jadi pembicara di banyak seminar, ngomong di mimbar-mimbar. Bahkan jadi pemimpin massa, pemimpin umat. Atau jadi pemimpin di rumah. Asal semua itu gak bikin kita jadi jumawa, jadi sombong atau merasa berkuasa atas orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun