Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Om... Aku Ingin Baca Dong

2 September 2017   22:43 Diperbarui: 2 September 2017   23:13 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terhentak rasa hati dan pikiran ini. Sebagai orang dewasa. Tiba-tiba, seorang gadis cilik usia SD meminta "ingin baca buku" seketika saat saya menghadiahkan anak saya buku di hari ulang tahunnya. Betapa langkanya buku di kampung ini, pikir saya. Sambil menyodorkan buku hadiah itu ke anak tadi. "99 Pesan Nabi" begitu judul buku yang diminta untuk dibaca anak gadis kecil itu. Sebuat saja, Edah si gadis kecil yang ingin membaca buku. Sungguh, ini nyata terjadi di sebuah kampung di Kaki Gunung Salak. Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Bogor.

Edah, mungkin hanya 1 dari puluhan anak gadis kecil usia sekolah di kampung tersebut. Namun, langkanya buku bacaan yang dialami Edah pasti pula dialami anak-anak lainnya. Jika diukur senatero Indonesia, berapa banyak anak-anak kita yang mengalami nasib serupa Edah. Tidak adanya akses buku bacaan yang dapat memperkaya pengetahuan mereka. Anak-anak yang kurang buku bacaan di daerahnnya. Maka wajar, untuk berkata "Om, Aku ingin baca dong ..."

Mari kita renungkan bersama, apa arti kalimat anak gadis kecil itu. "Om, Aku ingin baca dong ..."

Tentu kalimat itu, tidak serta merta keluar begitu saja. Kalimat itu adalah gambaran dan realitas yang terjadi di masyarakat. Masih banyak anak-anak kita yang kurang mendapat kesempatan untuk membaca buku. Tidak adanya sarana atau tempat-tempat untuk anak-anak membaca buku.

ANAK-ANAK MENJADI JAUH DARI BUKU. KARENA TIDAK ADANYA AKSES BUKU BACAAN DI DEKAT MEREKA.

Berangkat dari kenyataan Edah dan mungkin masih banyak lagi anak-anak seperti Edah, Syarifudin Yunus seorang pengabdi sosial yang bekerja sebagai Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI Jakarta berinisiatif untuk memfasilitasi dan mengembangkan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Berbekal ruang 3 X 6 m2 yang dimilikinya, untuk dijadikan TBM LENTERA PUSTAKA.

Tujuan TBM LENTERA PUSTAKA tidak muluk-muluk. Hanya ingin menyediakan akses membaca buku-buku bermutu bagi anak-anak; di samping untuk membangun tradisi baca dan peradaban yang lebih baik.    

TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) LENTERA PUSTAKAakan hadir mulai 28 Oktober 2017 dan berkomitmen untuk menjalankan  program TAMAN BACAAN bagi anak-anak dan remaja di wilayah Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Bogor (Kaki Gunung Salak) yang sangat membutuhkan. Ada sekitar 540 anak-anak dan remaja yang diharapkan dapat mengikuti kegiatan "membaca buku" secara rutin di TBM LENTERA PUSTAKA.

Adalah fakta anak-anak Indonesia "diduga" memiliki minat baca yang rendah. Bahkan berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" dari Central Connecticut State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dalam urusan minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Tapi fakta lain pun menunjukkan bahwa masih banyak anak-anak di daerah-daerah tertentu yang tidak memiliki akses buku bacaan yang memadai. Karena langkanya suplai dan distribusi yang bisa diperoleh anak-anak tersebut.

Buku memang jendela dunia, jendela ilmu. Tapi "ketiadaan buku" di hadapan anak-anak kita, tentu akan menjadi momok yang terus melanggengkan kebodohan dan kemiskinan. Maka dari spirit inilah, TBM LENTERA PUSTAKA mengajak masyarakat dan berbagai pihak yang mampu untuk bergabung dan ikut serta berpartisippasi dalam "pengadaan buku bacaan" bagi anak-anak di lokasi TBM Lentera Pustaka, Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Bogor.

"Kita memahami budaya baca anak-anak rendah. Tapi harus diakui bahwa anak-anak di daerah memang sulit mendapat akses untuk membaca buku. Karena buku bacaan yang mau dibaca tidak ada," ujar Syarifudin Yunus, pendiri TBM Lentera Pustaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun