Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

4 Tipe Pemilih Pilpres2014: Dimanakah Anda ?

17 Juni 2014   06:29 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:25 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14029361141913407022

Makin bising, makin berisik. Begitu kesan seusai Debat CAPRES Sesi ke-2, 15 Juli 2014 lalu. Hari-hari ini, hingga jelang PilPres 9 Juli nanti, para pendukung dan simpatisan ke-2 pasangan Capres-Cawapres No. 1 (Prabowo-Hatta) dan No. 2 (Jokowi-JK) secara beramai-ramai masih menebar fitnah, caci-maki, dan fanatisme mereka. Kampanye negatif atau black campaign secara bertubi-tubi dilansir melalui media televisi, radio, koran, e-paper, surat elektronik (e-mail), pesan singkat (SMS), kelompok chatting (BBM group, mailing list) maupun sosial media, seperti Facebook dan Twitter. Lagi-lagi, makin bising. Makin berisik.

[caption id="attachment_343128" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi"][/caption]

Secara jujur, tim sukses masing-masing Capres-Cawapres pun makin tidak masuk akal dalam menunjukkan keberpihakannya. Fitnah dan caci-maki makin merajalela. Berita yang tidak kredibel, broadcast hoax makin mengundang fanatisme sempit. Alhasil, hari ini makin banyak teman, keluarga, bahkan suami istri bersitegang. Saling membela “kandidat” Capres-Cawapres pilihannya. Di saat yang sama, mencari-cari alasan untuk menjelek-jelekan Capres-Cawapres lawannya.

Sesungguhnya, Debat Capres 15 Juni kemarin, tidak akan banyak memengaruhi pilihan pemilih dalam PILPRES nanti. Mengapa? Karena secara retorika, Capres hanya menyajikan visi misi dan program tentang pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang belum tentu sejalan dengan implementasinya jika terpilih nanti. Pemilih tradisional/fanatis juga sudah menentukan “pilihannya”, yang tidak akan bisa dipengaruhi. Sedangkan pemilih pragmatis, tentu masih menunggu “mahar konkret” hingga jelang 9 Juli nanti sebagai tanda jadi ikatan emosional untuk memilih Capres. Ini sinyal bahwa pemilih yang memilih atas dasar “dorongan” kesadaran politik makin langka di negeri ini.

Mengkritisi sosok pasangan Capres-Cawapres No. 1 & No. 2, menarik untuk kita klasifikasikan tipe pemilih PILPRES pasca Debat Capres. Memang, ada banyak model pemilih di Indonesia. Secara objektif, dalam konteks Capres-Cawapres Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, pada akhirnya hanya ada 4 TIPE PEMILIH dalam Pemilihan Presiden (PILPRES) 9 Juli 2014 nanti:

1.Pemilih “Pro Sejarah” Prabowo Hatta. Pemilih tipe ini merupakan pengagum historikal figur Prabowo yang mantan militer yang dinilai tegas, berani, dan bersifat patriotik. Pemilih Tipe 1 ini adalah simpatisan/pengagum berat Prabowo. Dasarnya, ada ikatan sejarah positif dengan Prabowo.

2.Pemilih “Anti Sejarah” Prabowo Hatta. Pemilih tipe ini merupakan penolak figur Prabowo yang dianggap memiliki “catatan kelam” atas peristiwa penculikan aktivis 98. Dalih pemilih tipe 2 ini sangat sederhana, “asal bukan Prabowo”. Dasarnya, ada ikatan “luka” sejarah dengan Prabowo.

3.Pemilih “Pro Debutan” Jokowi-JK. Pemilih tipe ini merupakan pengagum berat figur Jokowi yang dianggap sebagai “rising star” atau debutan politik yang fenomenal di Indonesia. Dari Walikota Solo, terus Gubenur DKI, sekarang maju sebagai Capres. Sebuah debutan yang tak terbantahkan. Pemilih tipe 3 ini mengandalkan rasionalitas atas kiprah Jokowi di kancah politik sebagai “debutan baru”.

4.Pemilih “Anti Debutan” Jokowi-JK. Pemilih tipe ini merupakan penolak figur Jokowi yang dianggap “boneka” PDIP atau bahkan “debutan yang tidak punya pengalaman” dalam memimpin bangsa. Pemilih yang meragukan “kapasitas” Jokowi karena belum belum rampung mengurus DKI Jakarta.

Terus terang saja, ke-4 TIPE PEMILIH di atas, pada dasarnya tidak akan pernah bisa dipengaruhi. Mereka bukan hanya pemilih fanatis, tetapi juga pemilih yang memiliki “permanent mind set” terhadap kandidat Capres yang ada. Kebetulan cuma 2 calon, sehingga pemilih “mengerucut” pada ke-4 TIPE PEMILIH di atas.

Lalu, Debat Capres-Cawapres itu untuk memengaruhi siapa?

Tentu saja ada. Dan sangat besar, bahkan suara mereka sangat menentukan di PILPRES kali ini. Mereka adalah:

1.Kelompok GOLPUT yang jumlahnya sebesar 34% atau mencapai 63 juta pemilih saat PILEG 9 April 2014 lalu (versi LSI).

2.Kelompok Swing Voters atau pemilih mengambang, pemilih yang masih ragu-ragu atau belum menentukan pilihan Capres-Cawapres sebesar 42% atau mencapai 78 juta pemilih (versi LSI). Asal tahu saja, swing voters secara aktual jumlahnya masih lebih dominan dari yang diraih kedua pasangan Capres-Cawapres yang sedang berpacu meraih simpati masyarakat melalui kampanyenya.

3.Kelompok Swing Voters atas dasar ketidak-dekatan masyarakat terhadap Parpol sebesar 85% (versi Burhanudin Muhtadi). Cukup besar atau mencapai104 juta pemilih.

Siapa saja Swing Voters ini ?

Untuk memetakan tentang swing voters ini, kita dapat mengklasifikasikan mereka ke dalam beberapa kelompok pemilih, di antaranya:

1.Kaum MUDA atau pemilih pemula yang masih mengandalkan “rasionalitas dan objektivitas” dalam memilih Capres-Cawapres. Kelompok ini bisa jadi baru dapa menentukan “pilihan” saat injury time atau bahkan di kotak TPS nanti.

2.Kaum MAPAN PERKOTAAN atau Kelas Menengah yang masih “idealis” dalam menentukan pilihannya walau sebenarnya siapapun “yang terpilih” tidak akan berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Mereka ini hanya kelompok mapan yang ingin terlibat dalam “partisipasi politik”. Hanya menggunakan hak suara, tidak lebih dari itu.

3.Kelompok “undecided voters atau pemilih yang belum memutuskan pilihan. Bisa juga disebut pemilih “galau”. Menurut pengamatan saya, kelompok ini dari pemilu ke pemilu semakin besar dan bertambah terus. Bisa jadi, mereka butuh “referensi atau rekomendasi” dari pihak lain untuk menentukan pilihannya.

Terlepas dari hasil survey elektabilitas yang terus bergulir belakangan ini, terlepas dari visi-misi pasangan Capres-Cawapres, aspek PEMILIH dalam PILPRES 2014 kali ini semakin menarik. Ramainya ocehan, cacian, fitnah, kampanye negatif atau black campaign sangat-sangat jelas punya “sasaran tembak” pada kelompok Swing Voters.

Dalam keadaan “mengambang”, maka rekam jejak Capres-Cawapres, ikatan emosional, dan relasi partai politik tidak menjadi penting. Di hari-hari ke depan hingga 9 Juli nanti, para swing voters hanya mengandalkan “sarana” untuk menambah tensi pilihannya. Dan itu dapat dilakukan melalui Debat Capres-Cawapres untuk mengetahui 1) kekuatan logos atau logika penalaran, 2) kekuatan etos yang merujuk pada etika dan kepribadian, 3) kekuatan patos yang terkait aspek permainan emosi, dan yang tak kalah penting 4) kekuatan public speaking dalam penyampaian pendapat dan subtansi pertanyaan.


Dimanakah Anda ?

Sungguh, akan lebih baik kita tidak lagi berlama-lama untuk menentukan pilihan Capres-Cawapres pilihan yang sesuai dengan “hati besar, bukan hati kecil” sehingga fitnah, cacian, dan ejekan yang mengumbar saat ini dapat segera berhenti.

Ahli hikmah berpesan, “apapun yang kita pilih atau lakukan, pikirkanlah baik-buruknya di belakang”.
Salam PILPRES !!


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun