Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jokowi Membangkitkan "Gengsi" Tanah Banjar

30 Oktober 2019   13:37 Diperbarui: 30 Oktober 2019   17:24 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monument Perang Banjar (Foto: apahabar.com)

Uniknya, ketika Jokowi jadi presiden sejak 2014, etnik Banjar tak lagi direken. Padahal etnik Banjar ini tak hanya menjadi penghuni bumi di Kalsel, melainkan banyak yang bermigrasi dan turun temurun di Kalteng, dan Kaltim, bahkan juga di Kalbar dan Kaltara. 

Memang, jika dihitung keseluruhan penghuni bumi Kalimantan, yang kini terdiri dari 5 (lima) provinsi, jumlahnya masih jauh ketimbang penduduk Jatim yang cuma satu provinsi. Atau dengan Jateng, apalagi Jabar. Padahal penduduk dan luas wilayah bumi Kalimantan jauh lebih besar ketimbang Timor Leste yang sudah merdeka, atau Brunei Darussalam yang dimerdekakan Inggris.

Borneo History : Perang Kayau Dayak Ngaju dan Dayak Kenyah (foto: borneohistory57.blogspot.com)
Borneo History : Perang Kayau Dayak Ngaju dan Dayak Kenyah (foto: borneohistory57.blogspot.com)
Gengsi Banjar kini mulai menggeliat. Adanya semacam "bisik-bisik tetangga". Jika ada yang bisa memanajemen dengan baik, bisa membesar nantinya. Seorang ulama berpengaruh keturunan Dayak Balangan, sekitar 240 kilometer utara Banjarmasin, usai Jokowi mengumumkan kabinet 23 Oktober lalu, secara khusus menelpon saya, dalam kapasitas sebagai pekerja sosial. Secara halus dia bilang, jika Jokowi tak seperti presiden terdahulu yang menghargai etnik Banjar, patut kita rembukan. "Gengsi tanah Banjar itu harus kita jaga" tuturnya. Suaranya terdengar sedikit bergetar.

Kalangan anak muda, akademisi dan aktivis lainnya kini mulai muncul umpatan negatif terhadap rezim ini, yang seolah tak peduli dengan suara-suara yang berseleweran dibawa angin sepoi. Jokowi nampaknya sudah merasa aman dengan bergabungnya Partai Gerindra, sehingga dengan mudah meninggalkan kelompok-kelompok yang katanya berdarah-darah saat pilpres. Kita tak tahu apa yang ada di benak Oesman Sapta Oedang (OSO), tokoh Kalbar terkemuka di Betawi. 

Untuk kebajikan, kita berharap "gengsi tanah Banjar" ini bisa manfaat untuk memajukan daya saing warga dan daerah. Bukan gerakan destruktif yang bisa mengganggu stabilitas. Bahwa belakangan ada Wakil Menteri etnik Dayak, ini sangat menggembirakan. Masalahnya kenapa cuma wakil? Bukan menteri, seperti daerah lain. 

Berseminya  rasa "gengsi banua" ini patut diapresiasi. Jokowi patut diberi bonus. Ia berhasil membangunkannya. Langkah berikutnya, tinggal aktor banua. Apakah "gengsi banua banjar" yang kini mengeliat harus dipupuk sehingga bisa membesar, atau dibiarkan saja tenggelam oleh kebakaran asap hutan. Semuanya kembali pada stakeholders terkait.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun