Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mahathir Memilih Indonesia

29 Juni 2018   21:13 Diperbarui: 29 Juni 2018   21:55 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                    Perbatasan Indonesia - Malaysia di Kalimantan Barat

"Sengaja saya memilih Indonesia sebagai negara pertama yang dikunjungi". Begitu statement Mahathir Mohammad, Perdana Menteri Malaysia, menjawab sejumlah pertanyaan wartawan. Ya, sangat luar biasa. Menyenangkan, dan sekaligus membingungkan.

Menyenangkan, karena Indonesia tetap diakui sebagai negara yang harus dihormati Pimpinan negeri tetangga itu. Meski ada "konflik" laten antara kedua negara ini, Mahathir mampu menghilangkan masalah tersebut. Masih ingat saat di negeri ini pernah mempopulerkan istilah "ganyang Malaysia" di tahun 1960-an, atau perebutan pulau Sipadan dan Ligitan di kawasan Kalimantan Utara antara Indonesia dengan Malaysia tahun 2002, atau masalah TKW yang kerap menimbulkan konflik antara kedua negara. Dalam konteks ini, kita bisa saja merasa "bengong" menatapnya ...

Begitulah, Mahathir memang berjiwa besar, wise. Mungkin karena kearifan usianya, yang kini sudah hampir satu abad. Bagi Mahathir, Indonesia adalah negara besar yang harus dihormati. Kebetulan, dari sisi geografi dan demografi, Indonesia negara besar. Penduduknya sudah tembus di atas 260 juta jiwa, penduduk terbesar ke-4 di dunia, setelah RRC, India dan AS.

Bagi Mahathir, Indonesia pasar potensial. Banyak produk Malaysia bisa dipasarkan di negeri ini. Itu sebabnya, Mahathir memilih memperkuat hubungan diplomatik.

Hal lain yang sangat fundamental, kekaguman dan kesenangan Mahathir kepada Jokowi, Presiden RI ke-7. Dalam sebuah wawancara yang dilipu TV swasta, dengan gamblang Mahathir menyenangi Jokowi. Kata Mahathir, Jokowi visionir. Bisa memajukan negeri ini dengan baik. Beragam istilah dilontarkan pada mantan Walikota Solo ini. Karenanya, tak aneh jika Mahathir memilih Indonesia sebagai negara pertama yang dia kunjungi pertama kali, setelah kembali terpilih memimpin Malaysia untuk waktu lima tahun ke depan.

Sekilas soal Mahathir

Figur Mahathir sangat unik. Keturunan seorang pendidik di daerah terpencil, Mahathir hidup di sebuah negara jajahan. Ia kemudian menjadi generasi kritis, khususnya terkait dengan ketimpangan, kemiskinan dan penjajahan. Oleh karena itu, meski Mahathir kuliah di Kedokteran, ia memilih menjadi politisi. Bergabung di UMNO, kumpulan partai politik yang berkuasa sejak Malaysia merdeka dari UK tahun 1957. Mahathir sendiri bergabung UMNO sebelum Malaysia merdeka

UMNO pun, tempat koalisi partai ia bergabung, pernah dikritiknya. Hal ini ia lakukan ketika Malaysia yang baru merdeka tahun 1957 itu, di mana sejumlah pemimpinnya mencoba menggaet pihak asing untuk membangun Malaysia. Menurut Mahathir, untuk membangun Malaysia, harusnya memanfaatkan semua potensi dan kekuatan dari dalam negeri sendiri. Mahathir tak setuju ekonomi Malaysia itu dikuasai asing, antara lain cari China. 

Suasana saat itu dipandang oleh Mahathir, akan ada konflik antara warga Malaysia dengan China keturunan yang memang lumayan banyak di semenanjung tanah Melayu itu. 

Ternyata dugaan Mahathir itu ternyata menjadi kenyataan. Bulan Mei 1969, tepatnya tanggal 13, pecah kerusuhan anti China di Malaysia. Dalam bentrokan ini ratusan penduduk dari kedua belah pihak meninggal dunia. Melihat keadaan tersebut, tahun 1970 Mahathir merilis sebuah buku berjudul "The Malay Dilemma", yang menekankan agar pemerintah memperhatikan kepentingan ekonomi masyarakat Melayu, agar tidak didominasi oleh orang-orang China keturunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun