Mohon tunggu...
Syamril Al Bugisyi
Syamril Al Bugisyi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

aktivis sosial, pendidikan, keagamaan dan pengembangan SDM di Kalla Group Makassar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Figur Capres Cawapres yang Kuat dan Terpercaya

9 Juni 2014   17:59 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:33 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melihat kondisi dunia politik Indonesia khususnya parpol dan para anggota legislatif maka bisa jadi banyak rakyat yang apatis dan memilih jadi golongan putih atau tidak memilih. Mereka berkata “apa yang diharapkan dari parpol yang hampir semuanya kena kasus korupsi. Calegnya banyak bermasalah karena tersandera modal besar saat kampanye sehingga harus korupsi untuk kembalikan modal dan meraih untung finansial. Dunia parpol yang sudah pragmatis dan transaksional ditambah lagi masyarakat yang berprinsip NPWP (nomor piro, wani piro : nomor berapa, berani (bayar) berapa)”. Wajar saja saat Pileg yang lalu golput yang menang karena masih ada lebih dari 30% yang tidak ikut memilih.

Namun khusus untuk Pilpres kondisinya berbeda. Partai 'hanya' menjadi kendaraan untuk mengajukan orang. Rakyat memilih orang, bukan partai. Oleh karena itu ‘abaikan’ dulu partai pengusungnya, tapi lihat orang yang diusungnya. Pilpres itu bukan untuk kepentingan partai tapi untuk kepentingan bangsa. Oleh karena itu tentukan pilihan bukan karena kedekatan primordial semata tapi harus betul-betul memilih orang yang kuat dan terpercaya.

Mengapa bukan kedekatan semata? Saya teringat suatu kisah di masa Rasulullah. Abu Dzar al Ghifari sahabat dekat Rasulullah suatu ketika bermaksud meminta jabatan kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, tidakkah anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)?”, kata Abu Dzar. Sembari menepuk bahu Abu Dzar, Rasulullah SAW bersabda : “ Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar” (H.R. Muslim).

Mengapa Rasulullah menolak permintaan Abu Dzar padahal Abu Dzar adalah salah satu sahabat yang sangat dekat dengan beliau? Karena Rasulullah tahu persis kapasitas dan kapabilitas Abu Dzar. Selain itu juga Rasulullah memang menolak memberikan jabatan kepada orang yang memintanya dan kepada orang yang ambisius. “Kami tidak akan memberikan jabatan ini kepada orang yang memintanya, tidak juga kepada orang yang ambisi terhadapnya” (H.R. Bukhari).

Jadi kuncinya ada pada kemampuan dan tidak ambisius atau sangat berharap karena dikhawatikan akan menghalalkan segala cara, yang penting ambisi tercapai.

Kemampuan menjadi syarat utama. Jika memang ada sahabatnya yang mampu meskipun masih muda dan banyak yang meragukannya maka Rasulullah tetap mengangkatnya. Ini terjadi pada Usamah bin Zaid yang masih berumur 17 tahun. Saat itu karena dinilai masih sangat muda, para sahabat memprotes pengangkatan Usamah menjadi Panglima Perang. Maka beliau pun bersabda : “Apabila kalian mengecam kepemimpinan Usamah bin Zaid, maka berarti kalian juga mengecam kepemimpinan ayahnya sebelum itu. Demi Allah sungguh ia memang layak dengan jabatan itu. Demi Allah, sungguh ia orang yang paling aku senangi. Dan demi Allah sungguh jabatan tersebut memang layak untuk Usamah bin Zaid. Dan Demi Allah, jika ia adalah orang yang paling aku senangi setelah bapaknya, maka aku wasiatkan kepada kalian untuk mentaati perintahnya, karena ia termasuk orang yang baik di antara kalian”.

Di ujung perkataanya Rasulullah menekankan “orang yang baik”. Demikian pula dengan memilih Presiden dan Wakil Presiden. Mari cari “orang yang baik” dengan mencermati rekam jejak (track record) masing-masing calon. Mari mencari data dan fakta yang valid, sahih, terang benderang tentang mereka. Jangan terjebak pada opini dan pengandaian yang belum tentu terjadi atau bahkan mustahil terjadi. Semua itu dilakukan agar Indonesia mendapatkan Presiden yang kuat dan terpercaya. Presiden yang betul betul dapat membawa Indonesia menuntaskan janji kemerdekaan yang dituangkan pada Pembukaan UUD 1945. Tentu saja itu semua hanya dapat dicapai jika Indonesia dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden yang sudah teruji prestasi kerjanya. Sudah menunjukkan bukti, bukan janji. Diakui oleh rakyat yang merasakan kepemimpinannya bahkan oleh dunia yang mengamati kiprahnya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penulis menilai Jokowi – Jusuf Kalla adalah "orang yang baik" dan memiliki prestasi kerja yang sudah teruji dan diakui. Jokowi saat menjadi Walikota Solo berhasil membuat perubahan besar pada Kota Solo sehingga Yayasan World City Mayor menganugerahkan gelar Runner Up ke 2 dalam pemilihan Walikota Terbaik Dunia 2012. Sebelumnya pada tahun 2010 Jokowi juga meraih Bung Hatta Anti-Corruption Award karena berperan dalam pemberantasan korupsi. Akibatnya pada pemilihan untuk masa jabatan kedua berhasil meraih 90,5% suara. Saat menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi juga melakukan banyak terobosan seperti lelang jabatan yang memutus rantai korupsi sogok menyogok untuk meraih posisi. Demikian pula dengan JK baik saat jadi Menteri maupun Wakil Presiden di era SBY. Bagaimana konversi minyak tanah ke gas, perdamaian Aceh, Poso, dan Ambon dan lain sebagainya. Bahkan saat memimpin PMI berhasil menjadikan donor darah sebagai gaya hidup di masyarakat, lalu PMI menjadi sangat cepat bergerak saat ada bencana alam seperti saat Gunung Merapi meletus.

Dengan catatan fakta itu semua maka wajar jika DR. AGH. M. Sanusi Baco, Lc, Ulama Besar di Sulsel yang juga menjabat sebagai Ketua MUI Sulsel, sebagai pribadi mengatakan :
“Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang akan berlangsung tanggal 9 Juli 2014 bukanlah memilih partai politik, tetapi memilih figur siapa yang layak memimpin bangsa besar ini. Allah SWT dalam Al Qur’an telah memberi petunjuk baik yang tersurat maupun tersirat bahwa paling sedikit ada dua sifat pokok yang harus disandang oleh seorang pemimpin yang akan memikul suatu jabatan, yaitu kuat dan terpercaya. Kedua sifat/persyaratan di atas sudah dimiliki dan dipenuhi oleh dua orang hamba Allah yakni Joko Widodo sebagai Capres dan Jusuf Kalla sebagai Cawapres. Bahkan keduanya telah membuktikan kekuatannya, keberaniannya dan kejujurannya selama diberi amanah dengan jabatannya. Oleh karena itu, kami sebagai pribadi menitipkan harapan kepada seluruh masyarakat khususnya kaum muslimin dan muslimat untuk memberikan do’a restu dan dukungannya kepada Jokowi-Jusuf Kalla untuk memimpin bangsa ini, Insya Allah. Inilah pertimbangan dalam menentukan pilihan saya”.

Maka wajar juga jika Puang Makka, mursyid tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf mengatakan :
“Jangan lagi ragu karena segalanya telah terang benderang, sudah haqqul yakin. JK telah menunjukkan kiprahnya selama ini yang sudah kita dengar, lihat dan rasakan. Saat kerusuhan Poso, Ambon dan Aceh yang hampir mencerai-beraikan bangsa, JK datang mendamaikan. Saat minyak tanah menguras devisa negara dan mencemari udara Indonesia maka JK datang dengan program konversi minyak tanah ke gas. Bahkan saat Gunung Merapi meletus JK juga datang membantu masyarakat bersama PMI”.

Memang kita bukan memilih malaikat yang tidak ada dosa. Tapi kita memilih manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada calon yang sempurna, maka mari cari yang mendekati kesempurnaan berdasarkan kriteria kuat dan terpercaya, dan itu ada pada Jokowi – Jusuf Kalla.

Makassar, 9 Juni 2014
Syamril

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun