Merayakan Hari Kemerdekaan dengan semangat tinggi lebih terasa dikampoeng nan jauh dari istana. Semuanya rakyat, tidak ada pejabat karena yang pejabat atau PNS pada ikut menghadiri acara di kecamatan. Acara diselenggaran dengan berdiri saja.
Tidak ada tenda megah seperti tayangan berita teve. Tidak ada pemimpin upacara yang tampil pakai jas lengkap dengan songkok..cupu bingits, duduk dan pasang muka jaim, pandangan lurus kedepan, terkadang plarak plirik, terkadang pandangan kosong…seperti tukang warung yang lagi nungguin pelanggan yang sepi.
Bayangkan masyarakat melaksanakan juga upacara bendera. Kondisi sawah yang kekeringan menambah asyik dan “hidup” canda ria orang merdeka. Ketika “Paskibraka” tampil dengan langkah tegap…tu wa tu wa tu wa. Namun beberapa anggota terprosok langkahnya ke tanah rengkah. Perawan pembawa nampan sang saka Perah Putih oleng kekiri, hampir saja nampan benderanya jatuh, tapi segera dibantu pejaka sebelahnya…pemandangan romantic..peserta upacara dan penonton pada terkekeh dan bersorak horreee…..
Sang saka Merah Putih mulai dikerek diiringi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan tentu ada komando pimpinan upacara….hormat benderaaaaaa grak. Semuanya pada ikutan angkat tabek… kakek, nenek rondo , janda jablai, abege kinyis kinyis sampai bayi legi netek ikut upacara bendera…berdiri dipematang tepi sawah…..rapi siiiiip.
Setelah itu tampil suara pemcawa acara lewat speaker toa yang baru saja mau bunyi lengkap dengan storing dan ehconya. Upara pengibaran bendera selesai dan akan dilanjutkan dengan acara music dangdut…”Upacara selesai, Pimpinan Upacara dan para hadirin dipersilahkan duduk dibawah pohon…he he he he,” si guru pembawa acara ketawa dewe. ( Syam Jr )