Mohon tunggu...
Syamsuddin B. Usup
Syamsuddin B. Usup Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kakek dari sebelas cucu tambah satu buyut. Berharap ikut serta membangun kembali rasa percaya diri masyarakat, membangun kembali pengertian saling memahami, saling percaya satu sama lain. Karena dengan cara itu kita membangun cinta kasih, membentuk keindahan hidup memaknai demokrasi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Mahkamah, Pemilu Partisipatif sampai Terong dan Partai

18 Agustus 2014   01:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:17 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pemilu Partisipatif.

Menyimak jalannya persidangan PHPU oleh Mahkamah Konstitusi nampaknya terbuka berbagai kemungkinan keputusan, termasuk kemungkinan Pilpres 2014 diulang. Tapi itu kewenangan majelis hakim. Urusan berat para pakar. Artikel ini tidak bermaksud membahas apa yang akan jadi ocehan orang orang pintar. Lalu….

Menyimak beberapa kali jalannya persidangan dan berbagai acara “ngomong ngomong” ( talkshow ) yang ditayang televisi memberikan pencerahan pengertianku bahwa meskipun hak memilih dan hak dipilih dijamin oleh negara yang tercantum pada konstitusi UUD 1945, namun untuk menggunakan hak azasi tersebut haruslah sesuai dengan ketentuan hukum, ketentuan undang undang dan aturannya. Jika penggunaan hak suara tersebut tidak sesuai ketentuan hukumnya berakibat batal demi hukum.

Penggunaan hak suara dalam konteks memilih pemimpin tidak seperti  acara arisan makan makan tetapi diatur pada acara Pemilihan Umum, diatur tatacara dan mekansimenya melalui ketentuan undang undang agar terjamin bahwa pemilhan dilaksanakan secara langsung umum ,bebas, rahasia ,jujur dan adil. Namun warga negara tidak dipaksa atau wajib menggunakan hak suaranya.  Menjadi pemilih bersifat sukarela.

Tidak ada paksaan oleh siapapun. Pemaksaan penggunaan hak suara melanggar hak dasar, melanggar prinsip hak azasi manusia. Warga negara bebas untuk menggunakan atau tidak menggunakan hak suaranya. Kalau seseorang tidak mau menggunakan hak suaranya, tidak ada sanksi harus dihukum. Prinsip kebebasan inilah yang menjadi basis bahwa pelilihan umum di Indonesia adalah pemilu partisipatif.

Untuk sementara hanya sampai disini pemahaman saya, belajar dari apa yang menjadi dinamika kehidupan politik yangh sekarang sedang berlangsung.

*****

Terong dan Partai.

Sejak kecil aku suka buah terong atau terung. Deskripsinya adalah : Solanaceae dengan nama botani solanum melongena. Buah berwarna violet tua yang umumnya dibikin sayur atau digoreng maupun dibakar. Makan nasi dengan lauk terong bakar dicolek ke sambel terasi pedas…pedas ….pedas.

Opor terong direstoran Pakistan belakang Hotel Hilton di Mekkah laku keras, harganyaSR 5 alias lima Riyal sekarton. Ada jamaah yang bilang kalau makanan ini mengendalikan kolesterol, mengandung vitamin, anti kanker, mendukung kesehatan badan…dan ini yang penting…….meningkatkan libido.

Aku ingat betul, dulu ketika masih buruh pacul yang kerja di sawah, makan siang dengan lauk terong bisa ngabisin nasi setengah bakul ha ha ha……. Apalagi kalau sebelum dibakar, dibalut dengan daun pisang beberapa lapis lalu lemparkan saja langsung ke unggunan api.

Dengan cara ini masaknya sempurna, kulitnya dikupas perlahan, terlihat daging buah yang meninggikan selera makan. Lalu cemplung ke kuah santan kelapa tambah irisan brambang mentah…seger…seger..sedaap…..colek lagi sambel terasi.

Terong memang banyak macamnya, ada terong pipit, ada terong telur, ada terong asem, ada rembang, ada pula terong nenen yang karena ada bentuk ujungnya kayak niple gitu. Sampai sekarang aku sangat suka buah terong.

Pada Desember 1998 pernah aku punya ide mendirikan partai yang namanya Partai Indonesia Makmur

Nah itu dia..logonya pake gambar buah terong.

Tapi partai urung didirikan karena teman teman bilang, visi-misi partai ini terlampau berat memperjuangkan realisasinya. Ujungnya cuma kebohongan publik saja

“Kumpulin 100 tokoh kaliber nasional nggak bakalan setuju. Eelu kan bukan tokoh reformis, mantan kopjen juga kagak, duit gak punya….mau mendirikan partai, logonya…teerong pula.”

Yaa gitu deh…namanya teman, mentang mentang zaman reformasi bolehnya ngomong nyrocos seenaknya.

Tapi yang penting bagi aku dia ceritera kemana mana tentang gagasan berdirinya partai terong. Dikampung aku jadi ngetop sebagai penggagas partai terong.

Eee ladalah…sampai ada yang nanya apa sih hubungannya antara terong dengan partai?

Nah aku bilang..terong itu adalah lambang kesuburan dan kemakmuran sekaligus. Buah dengan warna biru dengan bentuk seperti lingga. Didalamnya terdapat biji yang jika disemai pasti tumbuh semua. Kalau gak percaya coba deh hitung bijinya dan semai sendiri.

Buah terong itu ibarat partai yang semua anggota pendukung dapat mengembangkan aspirasinya. Hidup partai terooong…

Ikhwal terong ini memang pernah ada ceritera sedihnya.

Once upon time, teman teman pengen arisan makan makan. Kumpul arisan buat makan bareng dengan iuran sama sama. Menunya dibicarakan bersama, resepnyapun hasil rembukan. Masakan apa yang diinginkan? Semua faksi sepakat secara aklamasi ……masak opor terong.

Lalu untuk memasaknya dimandatkan kepada tuan rumah.

Tetapi ketika sedang dimasak, masih di panci mendidih, dicipi dahulu sebelum disajikan. Salah satu anggota arisan mengusulkan tambah garam “dikit”, teman yang satunya lagi bilang tambah gula dikit, terus ada lagi tambahan ketumbar dikit, lalu kemiri dikit. Anggota yang lain menambahkan terasi. Nah sampai pada tahap ini mulai ada protesan.

Masa seeh masak opor pake terasi?.

Sssst sudahlah ini acara rame rame..biarlah asal jangan masukan gasing sama yoyokedalam panci opor terong.

Masih ada lagi yang usul tambahkan merica, lalu tambah magi penyedap…lalu yang lain lagi nambahkan ini itu. Alhasil ini masakan betul betul demokratis.

Itu opor terong jadinya kayak Undang Undang Pemilu ketika masih pake sistem nomor urut proporsional terbuka…sebelum dianulir MK.

Apakah anda bisa menebak bagaimana rasanya?

Semua peserta arisan mengatakan bahwa makanannya euunaaak tenan. Tetapi setelah bubaran, masing masing punya komentar yang tidak enak didengar, komentar yang menyalahkan tuan rumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun