Mohon tunggu...
Syam Asinar  Radjam
Syam Asinar Radjam Mohon Tunggu... Petani - petani

petani

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anwar Pakaian Anyar

16 April 2014   20:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:36 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13976290141757643567

Hanya sekali dalam setahun Anwar menghadiahi dirinya dengan pakaian baru. Pada saat lebaran. Tahun ini berbeda. Di tempat pemungutan suara, Anwar datang membawa wajah senang. Pakai peci, baju kaos di balut kemeja batik, sarung dan selop serba anyar. Pemilu membuat lelaki miskin ini berbau toko.

Datang waktu mencoblos, Anwar beranjak dari kursi tunggu. Sejenak merapikan sarung pemberian seorang calon legislatif dari satu partai. Memastikan peci kenang-kenangan satu caleg lain duduk bagus di kepalanya. Lalu melangkah mantap tak tergesa-gesa.

Selop kulit palsu mengiringinya dengan bebunyian plak-plok-plak-plok. Dua nomor lebih besar dari ukuran kaki Anwar. Hadiah caleg partai lain lagi. Kalau saja anak toke karet di desanya yang juga mencalonkan diri jadi anggota legislatif tingkat kabupaten memberi arloji, bukan jam dinding, sudah pasti lengan Anwar akan berayun-ayun dengan gagah diganduli arloji.

Di dalam bilik suara, sesaat ia merasa tak berbeda dengan berada di dalam kamar pas sebuah toko pakaian di kota kecamatan. Setelah membuka kertas suara, Anwar merogoh saku baju batik pemberian seorang caleg partai lama yang pernah datang ke desanya. Jarinya meraih kacamata dari sana, kacamata tanda mata seorang caleg partai lain lagi. Setelah kacamata tersangkut di atas hidungnya, Anwar meraih bolpoin yang ia sangkutkan di kerah kaos bergambar seorang yang tak ia kenal, satu calon wakil daerah.

Anwar tahu bahwa kali ini dia diharuskan mencoblos, bukan mencontreng. Anwar juga tahu meski pena bolpoin bundar, sama tajam dengan pena. Pun Anwar tahu bahwa mata pena lebih tajam dari mata pedang. Apalagi cuma dibandingkan dengan paku coblos.

Lelaki ini hanya ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih atas selop kulit palsu, sarung yang sekali cuci luntur habis warnanya, kemeja batik pendek umur, kaos bergambar orang yang kelak akan jadi saringan santan kelapa di tangan Minah istri Anwar. Dia juga hendak berterima kasih untuk peci yang benang-benangnya akan segera melarikan diri dari kepalanya. Juga untuk kacamata gaya yang tak akan bisa dia bawa bergaya di kebun karet.

Anwar menusuk semua nama pemberi pakaian anyar kepadanya. Juga nama orang yang disebut oleh tamu yang datang dipagi buta menitipkan uang lima puluh ribu rupiah. Dia tusuk semua nama dengan bolpoin. Ia tuliskan pula ucapan terima kasih. Setebalnya. Lalu melipat kertas suara, menyimpan pilihannya sendiri saat pemilihan presiden nanti.

###

[SyamAR; Ikoncihe, 16 April 2014] ---------------

Sumber gambar:  http://manado.tribunnews.com/2014/02/23/caleg-dilarang-pasang-baliho-ucapan-hari-raya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun