Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengatasi Polusi Udara di Jakarta, Peran PLTU dan Teknologi Ramah Lingkungan

28 Agustus 2023   23:04 Diperbarui: 28 Agustus 2023   23:39 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto PLTU/sumber: Dok. PLN

Selalu jadi kambing hitam. Itulah Nasib dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yang terus-terusan dituding sebagai penyebab kotornya udara di langit Jakarta. Bahkan, tak sedikit pula ada pihak yang meminta Pemerintah segera menyuntik mati PLTU. Faktanya, penyebab terbesar justru ada pada transportasi berbahan bakar fosil.

Kabar ini tentu saja begitu seksi dan menjadi sorotan publik, terlebih lagi karena tidak terlepas dari masuknya DKI Jakarta sebagai kota besar dengan tingkat polusi kedua tertinggi di dunia seperti dilansir IQAir. 

Sampai akhirnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengundang berbagai pihak yang berkepentingan untuk mencari solusi mengatasi kotornya udara Jakarta.

Presiden Bahas Kualitas Udara Jabodetabek/Foto: BPMI Setpres/Rusman 
Presiden Bahas Kualitas Udara Jabodetabek/Foto: BPMI Setpres/Rusman 

Tudingan terhadap PLTU sebagai penyebab utama polusi di Jakarta, tak pelak membuat Edwin Nugraha Putra menepisnya. 


Direktur Utama PLN Indonesia Power (PLN IP) mengatakan bahwa teknologi ramah lingkungan paling mutakhir ini telah diadopsi pada PLTU di sekitar Jakarta.

"Ada Electrostatic Precipitator (ESP) serta Continuous Emission Monitoring System (CEMS)," kata Edwin, seperti dikutip Tempo.co (24/8/2023)

Teknologi-teknologi ini terpasang pada tiap cerobong pembangkit listrik untuk mengontrol emisi gas buang, termasuk juga mengatasi partikel berbahaya seperti PM 2.5.

PM 2.5 merupakan materi partikulat atau particulate matter (PM) yang mengacu pada partikel di udara seperti debu, jelaga, kotoran, asap, dan tetesan cairan. 

Ukuran partikel ini lebih kecil dari 2.5 mikron yang dapat terhirup jauh ke dalam sistem pernapasan dan paru-paru kita. 

Dampaknya, tak bisa dianggap enteng. Terpaparnya PM 2.5, antara lain bisa berakibat iritasi, hidung perih, penumpukan dahak, batuk, bersin, serangan asma, serangan jantung, stroke iskemik. 

Bahkan, yang paling berbahaya, kanker paru-paru. 

Partikel PM 2.5 ini juga yang dianggap jadi penyebab paru-paru kronis yang mewabah di Tiongkok beberapa tahun lalu.

Foto Ilustrasi Terpapar Polusi Udara/Foto: Freepik.com
Foto Ilustrasi Terpapar Polusi Udara/Foto: Freepik.com

Selain Electrostatic Precipitator, teknologi CEMS juga memiliki peran penting. Fungsinya adalah memantau emisi PLTU secara berkelanjutan, memastikan emisi yang keluar dari cerobong dapat terpantau secara real-time dan tidak melebihi standar kualitas udara yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). 

Dengan kata lain, artinya PLN selalu memprioritaskan prinsip environmental, social, dan governance (ESG) dalam operasionalnya.

Tidak hanya dari pihak PLN Group, Ahli Emisi Udara dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Anton Irawan, juga turut membantah tudingan terhadap PLTU. 

Menurut Anton, hampir seluruh PLTU sudah dipasang ESP, dengan hasil penyaringan fly ash yang mencapai 99,5 persen sehingga partikel berbahaya tidak tersebar. 

Hasil penyaringan dari emisi tersebut, bisa terlihat dari perbedaan asap yang dikeluarkan dari PLTU.

Terlebih lagi, saat ini sudah banyak PLTU yang memperoleh penghargaan patuh terhadap aturan yang ditentukan oleh Kementerian LHK, sehingga tidak tepat jika pembangkit listrik berbasis batu bara selalu dijadikan kambing hitam, karena semua sudah memenuhi standar yang ditetapkan dunia. 

Bagaimana pun PT PLN (Persero) sebagai BUMN pemilik PLTU tidak hanya memandang pembangkit listrik sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai potensi untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan. 

Sisa pembakaran batubara, yang dikenal sebagai Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) dari PLTU, selama ini telah dimanfaatkan dengan bijak. Bahan-bahan ini telah diubah menjadi bahan material bangunan yang bernilai, seperti batako, paving block, dan juga tetrapod.

Tetrapod dari limbah batu bara untuk pencegah abarasi air laut di Pantura Jawa Tengah/Foto: Dok. PLN
Tetrapod dari limbah batu bara untuk pencegah abarasi air laut di Pantura Jawa Tengah/Foto: Dok. PLN

Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa PLN tidak hanya berperan dalam menghasilkan listrik, tetapi juga dalam mengelola sisa pembakaran batu bara PLTU. 

Salah satu hasil dari pengelolaan ini adalah tetrapod, yang memiliki peran strategis dalam menjaga keamanan pesisir Pantura dari ancaman abrasi dan banjir rob. 

"Ini adalah komitmen kami di PLN untuk turut menjaga pesisir pantura aman dari ancaman abrasi dan banjir rob. Untuk itu, PLN mengolah FABA menjadi bahan bangunan seperti tetrapod yang bisa digunakan sebagai pemecah ombak," ungkap Darmawan, mengutip sumber dari pln.co.id (16/3/2023).

Melihat pencapaian yang telah diraih, tidak mengherankan jika PLTU Suralaya dan 5 pembangkit lainnya dalam Grup PT PLN (Persero), seperti PLTU Lontar, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Paiton, PLTU Jeranjang, dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Gunung Wugul, meraih tujuh penghargaan internasional atas tata kelola operasional pembangkit yang bertanggung jawab. 

Langkah ini juga berhasil mengurangi emisi berbahaya dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.


Pengakuan internasional ini diberikan langsung oleh para wakil dari Komite ASEAN yang terdiri dari para Menteri Energi dari negara-negara Asia Tenggara. Pemberian penghargaan ini berlangsung pada Gala Dinner ASEAN Ministers Energy on Meeting (AMEM) ke-41 di Bali pada Jumat, 25 Agustus 2023 lalu. 

"Saya merasa bangga dengan capaian luar biasa dari PLN Grup yang mendapatkan penghargaan yang begitu banyak, termasuk 7 penghargaan PLN Indonesia Power. Artinya, pengelolaan pembangkit kita sudah sesuai dengan prosedur dimana kualitas dari operasional pembangkit ini selalu memenuhi  baku mutu yang ditetapkan oleh KLHK," kata Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PT PLN (Persero).

Dengan langkah ini, PLN memberikan contoh nyata tentang bagaimana industri energi dapat memberikan dampak positif pada lingkungan dan masyarakat sekitar. 

Bagaimana menurut Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun