Kalau benar seks anal otomatis sebagai faktor risiko penularan HIV/AIDS, maka semua orang yang pernah melakukan seks anal sudah mengidap HIV/AIDS.
Pasangan suami-istri juga ada yang melakukan seks anal, apakah ada risiko penularan HIV/AIDS kalau pasangan itu HIV-negatif? Tidak ada!
Begitu juga dengan pasangan yang pacaran memilih seks anal untuk mencegah kehamilan, jika pasangan itu HIV-negatif, apakah ada risiko penularan HIV/AIDS? Tidak ada!
Disebutkan pula oleh drg. Supriady: Namun, menurut Supriady, sebagian besar dari kategori populasi umum kemungkinan tetap terkait dengan LSL (laki-laki seks dengan laki-laki).
Pernyataan di atas tidak akurat karena data Kemenkes dalam Laporan Eksekutif Perkembangan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan I Tahun 2025 menunjukkan: tahun 1987- Maret 2025 secara nasional terdeteksi 645.796 kasus kumulaltif HIV/AIDS yang terdiri atas 456.898 HIV dan 188.898 AIDS, dengan rincian:
- Faktor risiko kasus HIV: heteroseksual 27%, homoseksual 22%, dan penggunaan jarum suntik bergantian 3%
- Faktor risiko kasus AIDS: heteroseksual 61,4%, homoseksual 12,9%, penggunaan jarum suntik 6,2%, sedangkan terendah yaitu transfusi 0,2%
Di bagian lain drg. Supriady mengatakan: penularan HIV melalui hubungan seksual sesama jenis laki-laki cenderung lebih berisiko dibandingkan dengan lesbian.
Lesbian bukan faktor risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual karena tidak ada seks penetrasi.
Selain itu hubungan seksual sesama jenis laki-laki cenderung lebih berisiko, jika: (a) salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dengan atau tanpa gejala, dan (b) yang menganal tidak memakai kondom.
Sudah saatnya pemerintah, instansi dan institusi terkait HIV/AIDS menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS dengan pijakan fakta medis agar masyarakat paham sehingga bisa menjaga diri dengan menghindari perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. <>
* Kompasianer ini adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000 (ISBN 979-416-627-8); (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002 (ISBN 979-96905-0-1); (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014 (ISBN 978-602-231-192-8); (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022 (ISBN 978-623-5631-25-7); (5) 70 Tahun Syaiful W. Harahap Sepanjang Karir Menggeluti Berita HIV/AIDS (IWP MEDIA PUBLISHING, Jakarta, 2025 -- QRCBN 62-6099-2529-730). (Kontak via e-mail: infokespro@yahoo.com).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI