Mohon tunggu...
Syaiful  W HARAHAP
Syaiful W HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger

Pemerthati berita HIV/AIDS sbg media watch

Selanjutnya

Tutup

Healthy

LSL di Kota Banda Aceh Tidak Otomatis Sebagai Laki-laki Gay

11 September 2025   06:55 Diperbarui: 11 September 2025   06:55 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: dw.com)

Kalau benar seks anal otomatis sebagai faktor risiko penularan HIV/AIDS, maka semua orang yang pernah melakukan seks anal sudah mengidap HIV/AIDS.

Pasangan suami-istri juga ada yang melakukan seks anal, apakah ada risiko penularan HIV/AIDS kalau pasangan itu HIV-negatif? Tidak ada!

Begitu juga dengan pasangan yang pacaran memilih seks anal untuk mencegah kehamilan, jika pasangan itu HIV-negatif, apakah ada risiko penularan HIV/AIDS? Tidak ada!

Disebutkan pula oleh drg. Supriady: Namun, menurut Supriady, sebagian besar dari kategori populasi umum kemungkinan tetap terkait dengan LSL (laki-laki seks dengan laki-laki).

Pernyataan di atas tidak akurat karena data Kemenkes dalam Laporan Eksekutif Perkembangan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan I Tahun 2025 menunjukkan: tahun 1987- Maret 2025 secara nasional terdeteksi 645.796 kasus kumulaltif HIV/AIDS yang terdiri atas 456.898 HIV dan 188.898 AIDS, dengan rincian:

  • Faktor risiko kasus HIV: heteroseksual 27%, homoseksual 22%, dan penggunaan jarum suntik bergantian 3%
  • Faktor risiko kasus AIDS: heteroseksual 61,4%, homoseksual 12,9%, penggunaan jarum suntik 6,2%, sedangkan terendah yaitu transfusi 0,2%

Di bagian lain drg. Supriady mengatakan: penularan HIV melalui hubungan seksual sesama jenis laki-laki cenderung lebih berisiko dibandingkan dengan lesbian.

Lesbian bukan faktor risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual karena tidak ada seks penetrasi.

Selain itu hubungan seksual sesama jenis laki-laki cenderung lebih berisiko, jika: (a) salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dengan atau tanpa gejala, dan (b) yang menganal tidak memakai kondom.

Sudah saatnya pemerintah, instansi dan institusi terkait HIV/AIDS menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS dengan pijakan fakta medis agar masyarakat paham sehingga bisa menjaga diri dengan menghindari perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. <>

* Kompasianer ini adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000 (ISBN 979-416-627-8); (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002 (ISBN 979-96905-0-1); (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014 (ISBN 978-602-231-192-8); (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022 (ISBN 978-623-5631-25-7); (5) 70 Tahun Syaiful W. Harahap Sepanjang Karir Menggeluti Berita HIV/AIDS (IWP MEDIA PUBLISHING, Jakarta, 2025 -- QRCBN 62-6099-2529-730). (Kontak via e-mail: infokespro@yahoo.com).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun