Mohon tunggu...
Syaifulloh Khoiri A U
Syaifulloh Khoiri A U Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Masa depanku, tergantung pada hari-hariku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Skenario New Normal untuk Pariwisata

30 Desember 2020   15:19 Diperbarui: 30 Desember 2020   15:22 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal 2020 memberikan dampak yang sangat luas di berbagai sektor. Termasuk sektor pariwisata yang paling pertama terkena dampak pandemi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan kunjungan wisatawan sebanyak 45,50%. Jika dibiarkan secara terus-menerus, sektor pariwisata Indonesia akan lumpuh total.


Membuka sektor pariwisata di tengah pandemi sesungguhnya memang beresiko tinggi. Kerja sama yang kondusif sangat dibutuhkan antara pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai stakeholders pariwisata untuk tidak tergesa-gesa memulihkan keadaan ini seperti semula lagi yang utamanya akan tetap dapat dikontrol dengan baik. Ada banyak hal yang harus diperhatikan ketika melirik kegiatan pariwisata di Indonesia yang memang cukup menjanjikan dan menjadi magnet bagi para wisatawan. Mulai dari protokol kesehatan, akomodasi, infrastruktur, transportasi, maupun fasilitas yang ada di area wisata tersebut.


Rangkaian mitigasi bencana seperti sosialisasi, uji coba dan simulasi yang komplit harus disusun sebagai kesatuan paket untuk tetap menjaga keselamatan dan kesehatan publik. Bahkan dalam Pidato Presiden pada tanggal 28 Mei 2020 pun mengatakan akan ada aturan yang ketat agar tetap produktif berkegiatan sebagai bagian dari strategi untuk program pariwisata di dalam negeri yang aman dari Covid-19. Sehingga hal tersebut juga akan berdampak pada modifikasi dan trend pariwisata yang mungkin saja bisa berubah sewaktu-waktu.


Dalam mengimplementasikan komunikasi pariwisata yang efektif dan efisien di era digitalisasi saat ini, dibutuhkan komunikasi yang sangat terbuka terutama jika dihubungkan dengan wisatawan sebagai konsumen utama dalam industri pariwisata itu sendiri. Pemanduan dan pengawasan new normal di setiap destinasi wisata, tentunya memang diprioritaskan untuk daerah yang sudah dinyatakan siap dibuka dan harus saling terkoordinasi dengan gugus tugas maupun kepala daerah wilayah masing-masing.


Pembukaan kembali objek wisata harus dilakukan bertahap. Hal yang sangat penting yaitu dukungan dari para pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam pelaksanaan protokol new normal tersebut agar dapat bangkit kembali, seperti restaurant dan hotel. Mempromosikan industri pariwisata secara daring adalah inovasi yang terlihat di beberapa media sosial.


Hal tersebut dapat dikemas semenarik mungkin untuk mengembalikan minat calon wisatawan. Kondisi yang ada pun tidak menghalangi hasrat para penggiat pariwisata untuk menikmati keindahan dan pesona nusantara sebagai salah satu dampak positif untuk terus menjaga eksistensi pariwisata di setiap daerah.


Namun, sebelum dibukanya obejek wisata kembali, Indonesia tentunya juga harus melakukan pembenahan yang harus dilakukan. Seperti masalah isu kebersihan, keamanan, pelestarian lingkungan, regulasi daerah, layanan wisata dan lain sebagainya. Agar saat pariwisata sudah dibuka dan wisatawan berdatangan, para wisatawan dapat merasakan kepuasan yang lebih setelah adanya perbaikan. Maka dari itu, wisatawan akan rindu untuk kembali berlibur di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun