Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Untung Mana : Franchise atau Mandiri?

16 Juli 2025   21:48 Diperbarui: 16 Juli 2025   21:48 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lebih baik beli waralaba minuman kekinian yang sudah ramai, atau bangun brand sendiri dari nol?" Pertanyaan semacam ini menjadi dilema klasik di kalangan calon pengusaha---baik yang baru terjun maupun yang sudah malang melintang di dunia usaha. Franchise (waralaba) menawarkan paket lengkap: nama besar, sistem operasional, pelatihan karyawan, hingga strategi pemasaran. Sementara itu, bisnis mandiri menawarkan kebebasan penuh dalam berkreasi dan potensi keuntungan tanpa potongan. Namun, pilihan ini sebenarnya bukan sekadar soal untung-rugi dalam arti finansial. Ada dimensi yang lebih dalam: strategi jangka panjang, manajemen risiko, dan kendali penuh terhadap identitas bisnis itu sendiri.

Mari kita mulai dengan waralaba. Model ini menawarkan sistem siap pakai, dan karena itu sangat menarik bagi para pemula. Dengan membayar franchise fee dan mengikuti SOP yang sudah ditentukan, seorang pengusaha bisa langsung memulai operasional tanpa harus membangun semuanya dari nol. Keuntungan utama franchise adalah kecepatan masuk pasar. Brand sudah dikenal, pelanggan sudah percaya, dan sistem pendukung---dari bahan baku hingga desain promosi---sudah tersedia. Tidak mengherankan jika banyak orang merasa lebih aman memilih jalur ini.

Namun, waralaba bukan tanpa kekurangan. Selain biaya awal yang bisa sangat besar, pemilik franchise juga harus membayar royalti secara berkala, biasanya dalam bentuk persentase dari omzet. Di sisi lain, ruang kreativitas sangat terbatas. Anda tidak bebas menciptakan menu baru, mengubah interior, atau menyusun strategi pemasaran di luar pedoman pusat. Bahkan, Anda harus siap menanggung risiko reputasi bila kantor pusat mengalami krisis. Dengan kata lain, Anda memiliki toko, tapi belum tentu memiliki kendali atas brand.

Berbeda dengan itu, bisnis mandiri berarti membangun dari bawah. Anda memulai dengan ide, merancang logo, menciptakan resep sendiri, membangun media sosial, dan mendekati pelanggan satu per satu. Beban kerja jelas lebih besar, tapi imbalannya juga lebih luas. Tidak ada royalti yang dipotong, tidak ada aturan pusat yang membatasi inovasi, dan semua keputusan---baik atau buruk---ada di tangan Anda sendiri. Potensi jangka panjangnya pun menarik. Jika sukses, brand Anda bisa berkembang menjadi jaringan yang lebih besar, bahkan menjadi franchise bagi orang lain.

Namun, risikonya tak main-main. Bisnis mandiri menghadapi tantangan berat di tahun pertama, mulai dari membangun kepercayaan konsumen hingga menghadapi ketatnya kompetisi. Edukasi pasar sangat mahal. Anda harus siap menghadapi masa-masa sepi, coba-coba, dan proses jatuh-bangun yang mungkin menguras mental dan finansial. Itulah sebabnya banyak bisnis mandiri tutup sebelum mencapai ulang tahun pertamanya.

Dari perspektif ekonomi industri, franchise hadir untuk menurunkan barrier to entry---hambatan bagi orang untuk memulai usaha. Ini menciptakan arus masuk yang cepat ke pasar, tapi juga berarti kompetisi semakin rapat, dengan banyak pemain menawarkan produk yang mirip. Sementara itu, bisnis mandiri, bila mampu membangun unique selling proposition (USP) yang kuat, justru punya keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Di dunia bisnis yang padat dan mudah ditiru, kemampuan menciptakan diferensiasi adalah segalanya.

Dari sisi keuangan, franchise umumnya lebih cepat balik modal, terutama jika Anda memilih brand yang sedang naik daun. Namun, karena harus membayar royalti dan dibatasi oleh margin harga yang ditentukan pusat, potensi keuntungannya relatif tetap. Bisnis mandiri mungkin lebih lambat menghasilkan, tapi margin dan ruang ekspansinya bisa jauh lebih besar---terutama jika produk Anda berhasil mendapatkan tempat di hati konsumen.

Lantas, pilihan mana yang lebih baik? Jawabannya tergantung pada siapa Anda. Jika Anda pemula yang belum punya pengalaman bisnis, franchise bisa menjadi jalan belajar yang aman. Tapi jika Anda punya visi brand yang jelas, daya tahan terhadap risiko, dan kemampuan membangun sistem sendiri, bisnis mandiri bisa menjadi kendaraan menuju pertumbuhan jangka panjang. Franchise cocok untuk yang ingin "berbisnis dengan sistem", sedangkan bisnis mandiri cocok untuk yang ingin "membangun sistem bisnis".

Kesalahan yang paling umum dari keduanya sebenarnya sama: menganggap usaha bisa berjalan sendiri tanpa manajemen yang serius. Lokasi yang salah, tidak paham target pasar, manajemen keuangan yang berantakan, hingga pelayanan pelanggan yang buruk bisa menghancurkan bisnis---baik franchise maupun mandiri. Ingat, dalam industri makanan atau minuman misalnya, satu ulasan negatif di media sosial bisa merusak reputasi selama berbulan-bulan.

Sebagai penutup, baik franchise maupun bisnis mandiri memiliki potensi keberhasilan dan kegagalan yang sebanding. Franchise adalah jalan cepat yang aman, tetapi berbiaya tinggi dan terbatas dalam ekspansi ide. Bisnis mandiri adalah jalan terjal, tapi bisa menjadi lompatan besar bagi yang siap bekerja keras dan berpikir jangka panjang. Dalam dunia bisnis, tidak ada satu jalan yang paling benar. Yang ada adalah jalan yang paling sesuai dengan kapasitas, karakter, dan komitmen Anda.

Karena ujung dari semua pilihan ini bukanlah sistem, melainkan manusia di balik sistem itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun