Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Thriftonomics : Begini Cara Hitung Nilai Barang Preloved

2 Juli 2025   05:56 Diperbarui: 2 Juli 2025   06:03 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Revolusi Belanja di Lorong Loak
Di sebuah garage sale kawasan Menteng, Sarah (25) memeluk erat tas vintage Hermes seharga Rp 8 juta---baru 30% dari harga pasaran. Sementara 1.200 km jauhnya, di gudang pengepul Bandung, Pak Jaya (43) menyortir 500 kg baju bekas impor yang akan dijual Rp 5.000 per potong. Inilah dua wajah ekosistem barang bekas: satu sisi glamor dan sustainable, sisi lain bertahan di margin tipis. Ledakan bisnis secondhand Indonesia yang tumbuh 300% sejak 2020 (data Kemenperin 2024) bukan sekadar tren---ia adalah sistem ekonomi paralel yang menggerakkan roda informal sambil mengubah cara kita memaknai nilai.

Matematika Depresiasi dan Kelahiran Kembali Nilai
Barang secondhand adalah laboratorium ekonomi perilaku paling nyata. Di sini berlaku hukum depresiasi emosional: nilai psikologis barang menyusut lebih cepat daripada nilai fungsional. Teori endowment effect menjelaskan mengapa kita meremehkan barang milik orang lain, tapi menganggap barang sendiri lebih berharga. Sebuah studi Journal of Consumer Research (2023) membuktikan: pemilik pertama menilai baju bekasnya 70% dari harga baru, tapi calon pembeli hanya mau membayar 30%. Celah 40% inilah yang menjadi ruang hidup pasar preloved.

Yang lebih menarik adalah paradoks Veblen terbalik pada barang mewah bekas. Tas Louis Vuitton edisi limited justru naik nilainya 5-7% per tahun karena kelangkaan---fenomena di mana hukum depresiasi terbalik oleh status simbol. Sementara di lapisan bawah, terjadi resureksi nilai: kaus oblong bekas yang di pasar loak bernilai Rp 10.000, setelah dipilah dan di-"curate" oleh thrift store modis bisa melambung 50x lipat.

Gelombang Ekonomi di Balik Rupiah Usang
Ekonomi barang bekas menciptakan tiga lapisan dampak yang saling bertaut:

  • Lingkungan: Setiap 1 kg baju bekas yang disirkulasi ulang mengurangi emisi CO2 setara 25 km berkendara (UNEP 2024). Tapi impor 60.000 ton tekstil bekas per tahun menyumbang 40% sampah fashion Indonesia (KLHK 2024).
  • Ekonomi Informal: 2,3 juta pekerja bergantung pada sektor ini---dari pengepul hingga kurator vintage. Marginnya timpang: pengepul hanya dapat Rp 2.000/kg, tapi reseller premium meraup untung 300-500%.
  • Psikologi Konsumen: Riset UI menunjukkan 68% milenial merasa lebih puas beli barang bekas ketimbang baru karena "sense of treasure hunt". Tapi 25% mengalami "buyer's remorse" ketika menempa cacat tersembunyi.

Seni Berburu dan Menjual dengan Bijak
Berdasarkan pemetaan rantai nilai di 15 pasar loak, saya merumuskan strategi Thriftonomics 3.0:

  1. Untuk Pembeli:
    • Gunakan formula NPV (Net Preloved Value) = (Harga Baru - Depresiasi Wajar) - Biaya Restorasi
    • Fokus pada "investasi thrift": barang dengan nilai sejarah (vintage 90-an) atau mewah limited edition
    • Manfaatkan teknologi reverse image search untuk verifikasi orisinalitas
  2. Untuk Penjual:
    • Terapkan strategi rekontekstualisasi: barang bekas biasa dijual sebagai "cerita" (misal: "Kemeja Safari 1980 dari Ekspedisi Lorentz")
    • Bangun trust transparan: foto detail cacat, sertifikasi bahan, tunjukkan proses restorasi
    • Pakai model consignment hybrid: titip di thrift store fisik + platform online dengan margin berbeda

Meregulasi yang Tak Teregulasi
Pemerintah perlu mendorong ekosistem berkeadilan melalui:

  • Regulasi Impor Berlapis: Larang impor tekstil bekas kualitas rendah, tapi izinkan barang vintage >20 tahun sebagai barang budaya
  • Pajak Progresif: Barang secondhand di atas Rp 5 juta kena pajak 2%, sedangkan di bawah Rp 500.000 bebas pajak
  • Standar Sertifikasi: Wajibkan uji kualitas bahan dan label "Bebas Zat Berbahaya" untuk baju bekas
  • Ekosistem Lokal: Bantu konversi pengepul jadi "kurator lokal" dengan pelatihan digital dan akses pembiayaan

Tantangan 30 Hari Revolusi Konsumsi
Minggu 1: Audit Preloved
Keluarkan 5 barang paling bernilai di lemari. Hitung nilai depresiasi wajar (misal: sepatu kulit 2 tahun = 60% harga baru). Pilih 2 untuk dijual, 2 untuk di-restyling, 1 untuk didonasikan.

Minggu 2: Berburu Cerdas
Kunjungi 3 jenis pasar:

  1. Pasar loak tradisional (cari bahan dasar berkualitas)
  2. Thrift store premium (cari merek timeless)
  3. Platform online (cari diskon "flash sale")
    Gunakan kalkulator NPV sebelum beli.

Minggu 3: Transformasi Nilai
Pilih satu barang bekas biasa. Lakukan:

  • Physical upgrade: tambah patch, celup warna, perbaiki jahitan
  • Narrative upgrade: bangun cerita ("Dari mantan kolektor kain Jawa tahun 70-an")
  • Digital upgrade: foto profesional dengan lighting studio mini

Minggu 4: Ekonomi Berbagi
Bentuk komunitas "Sirkulasi Nilai" di RT:

  • Sistem swap barang bulanan
  • Workshop restorasi gratis
  • Pasar preloved keliling

Dalam ekonomi sirkular, tak ada yang namanya sampah---yang ada adalah nilai yang belum menemukan pemiliknya yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun