Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Dosen FEB, Peneliti, Penulis, Senang belajar https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Eid Mubarak 86: Evaluasi Kebijakan Pemerintah Sebelum dan Sesudah Lebaran, Perspektif Sosiologi Ekonomi

26 April 2024   03:55 Diperbarui: 26 April 2024   04:07 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemerintah seringkali mengadopsi kebijakan ekonomi yang berfokus pada masa sebelum dan sesudah Lebaran sebagai respons terhadap dinamika sosial dan ekonomi yang berkaitan dengan perayaan ini. 

Hal ini dapat dilihat dari upaya mereka dalam mengendalikan inflasi, salah satunya melalui pengaturan harga-harga barang kebutuhan pokok yang cenderung meningkat menjelang Lebaran. Kebijakan pengendalian inflasi ini merupakan refleksi dari konsep "ekonomi politik distribusi" yang mengakui pentingnya distribusi sumber daya ekonomi untuk meminimalkan ketidaksetaraan ekonomi yang bisa memicu ketegangan sosial (Swedberg, 2017).

Konsep "ekonomi politik distribusi" mengacu pada pendekatan dalam ilmu sosial yang menyoroti peran distribusi sumber daya ekonomi dalam membentuk struktur dan dinamika masyarakat. Konsep ini menggabungkan elemen-elemen dari dua domain utama studi, yaitu ekonomi politik dan sosiologi ekonomi.

Dalam konteks ekonomi politik, fokus utama adalah pada analisis kekuasaan dan distribusi kekayaan di dalam masyarakat. Pemikiran ekonomi politik distribusi menekankan bahwa distribusi sumber daya ekonomi tidak semata-mata hasil dari mekanisme pasar, tetapi juga dipengaruhi oleh intervensi politik dan kebijakan pemerintah (Swedberg, 2017). Hal ini mengarah pada pemahaman bahwa distribusi ekonomi tidak selalu adil atau merata secara alami, dan sering kali memerlukan intervensi atau regulasi dari pihak berwenang untuk mencapai tujuan distribusi yang diinginkan.

Sementara itu, dalam bidang sosiologi ekonomi, konsep ini menyoroti bagaimana pola distribusi ekonomi membentuk struktur sosial dan pola hubungan antarindividu dalam masyarakat. Analisis sosiologis menunjukkan bahwa ketidaksetaraan ekonomi tidak hanya menciptakan disparitas material, tetapi juga memengaruhi akses terhadap kekuasaan, status, dan kesempatan sosial (Piketty, 2014). Oleh karena itu, distribusi ekonomi dipahami sebagai fenomena yang tidak hanya memiliki konsekuensi ekonomi, tetapi juga dampak sosial yang luas.

Dalam keseluruhan, konsep "ekonomi politik distribusi" menggarisbawahi kompleksitas hubungan antara kekuasaan politik, distribusi ekonomi, dan struktur sosial dalam membentuk dinamika masyarakat. Pemahaman yang mendalam terhadap konsep ini dapat memberikan wawasan yang berharga dalam merancang kebijakan ekonomi yang berorientasi pada keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif ekonomi untuk mendorong konsumsi dan investasi jelang Lebaran. Tindakan ini sejalan dengan teori "ritual ekonomi" yang mengemukakan bahwa perayaan-perayaan seperti Lebaran menciptakan momen khusus di mana individu cenderung meningkatkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan perayaan dan memperkuat hubungan sosial (Bourdieu, 1977). Dengan memberikan insentif tersebut, pemerintah berharap dapat memperkuat aktivitas ekonomi pada periode tersebut.

Teori "ritual ekonomi" adalah kerangka konseptual dalam sosiologi ekonomi yang menggabungkan elemen-elemen dari teori ritual dan teori ekonomi untuk memahami praktek ekonomi dalam konteks perayaan dan upacara ritual. Teori ini menekankan bagaimana aktivitas ekonomi tidak hanya terkait dengan pertukaran barang dan jasa secara materi, tetapi juga memiliki dimensi simbolis dan sosial yang penting dalam memperkuat hubungan sosial dan memenuhi kebutuhan budaya.

Menurut teori ini, perayaan-perayaan seperti Lebaran dapat dianggap sebagai ritual ekonomi di mana individu dan kelompok melakukan tindakan ekonomi tertentu sebagai bagian dari upacara atau perayaan. Praktek ekonomi yang terjadi selama ritual ini tidak hanya didorong oleh kebutuhan praktis atau utilitarian semata, tetapi juga oleh nilai-nilai sosial dan simbolis yang terkait dengan perayaan tersebut (Bourdieu, 1977).

Sebagai contoh, selama masa Lebaran, individu seringkali meningkatkan pengeluaran mereka untuk membeli pakaian baru, perhiasan, atau hadiah sebagai bagian dari tradisi memberikan ucapan selamat kepada keluarga dan teman-teman. Tindakan ini bukan hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fungsional, tetapi juga untuk mengekspresikan kedermawanan, solidaritas, dan status sosial dalam komunitas (Geertz, 1973).

Dalam konteks teori ritual ekonomi, perayaan-perayaan seperti Lebaran juga dapat dianggap sebagai momen krusial di mana aturan-aturan sosial dan hierarki dalam masyarakat diaktualisasikan dan diperkuat melalui praktek ekonomi. Melalui pembelian dan pertukaran barang-barang tertentu, individu dan kelompok secara simbolis memperkuat posisi sosial mereka dalam hierarki masyarakat dan menjaga hubungan sosial yang penting (Malinowski, 1922).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun