Review
"Ruby Sparks"agaknya menyadarkan saya akan sebuah kenyataan bahwa terkadang menulis adalah pekerjaan yang sepi. Tapi saya akan mengesampingkan ini, mengingat Zoe Kazan memerankan tokoh Ruby Sparks dengan sangat sempurna hingga membuat saya berandai-andai untuk memiliki Ruby Sparks saya sendiri setiap kali saya menulis, dengan tutur katanya yang lembut dan tulus.Â
Selain romantisme, dalam film ini juga terselip komedi yang meski tidak begitu kentara, tapi cukup efektif untuk memberikan kesegaran. Meski terkesan tidak logis, saya sungguh menyukai film ini.Â
Bagaimana segala yang tergambar dalam adegan Calvin dan Ruby mengingatkan saya akan keindahan dunia fiksi yang penuh dengan imajinasi liar tanpa batas. Ya, tidak semua hal harus masuk akal. Bukankah begitu?
Her
Seorang lelaki introvert bernama Theodore Twombly mengalami kesepian yang membuat hidupnya terasa benar-benar hampa usai kegagalan pernikahannya dengan istrinya.Â
Suatu hari semuanya berubah saat ia memutuskan untuk membeli program operasi komputer berteknologi canggih bernama "Samantha". Theodore menemukan lubang di hatinya terisi kembali semenjak membeli Samantha. Ia jatuh cinta terhadap program komputer tersebut.
Review
Jatuh cinta terhadap lawan jenis yang adalah seorang menusia tentu sangat normal. Namun pernahkah kalian berpikir untuk jatuh cinta kepada sistem operasi komputer?Â
Itulah inti cerita yang ditawarkan "Her". Disuarakan oleh Scarlett Johansson, suara yang dikeluarkan oleh Samantha memang terbilang seksi, namun hal tersebut tidak cukup bagi saya untuk bisa menganggap cerita film ini tidak absurd dan tokoh Theodore yang diperankan oleh Joaquin Phoenix, mengalami goncangan kejiwaan akibat kesepian yang dialaminya. Ya, film ini menggambarkan bagaimana kesepian bisa menggerogoti kewarasan seseorang secara perlahan.