Mohon tunggu...
Syahrul M
Syahrul M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sinetron Itu Membunuh

29 Mei 2022   09:04 Diperbarui: 29 Mei 2022   09:13 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ada apa dengan sinetron?
Kehadiran sinetron adalah keniscayaan sejarah. Ia hadir karena tuntunan zaman. Dengan kata lain, punya dampak yang tidak diinginkan, ia akan tetap hadir di tengah penonton televisi Indonesia. Menolak bukan tindakan yang gampang. Lebih bijak jika melakukan antisipasi dengan melihat dampak plus minusnya.
Sinetron merupakan hiburan yang saat ini sangat digemari oleh berbagai kalangan, termasuk kalangan ibu-ibu. Sinetron telah populer sejak tahun 1990-an dengan hadirnya sinetron legendaris Si Doel Anak Sekolahan yang ditayangkan pada tahun 1994 di stasiun televisi RCTI dan dilanjutkan dengan munculnya sinetron Tersanjung yang ditayangkan di Indosiar.

Pihak pengelola televisi memang menikmati kehadiran sinetron. Bagaimana tidak, sinetron ini justru yang mempunyai rating tinggi. Rating tinggi itu sama artinya dengan pendapatan melimpah karena penonton banyak dan pemasukan dari iklan juga tinggi. Begitu ada sinetron dengan genre tertentu sukses di sebuah stasiun televisi, maka akan diikuti oleh stasiun yang lain.

Namun, banyak masyarakat yang menilai bahwa sinetron saat ini jalan ceritanya sudah mulai tidak berkualitas dan sedikit ngawur. Hal ini dikarenakan pihak rumah produksi yang bekerjasama dengan pihak stasiun televisi tidak menamatkan ceritanya karena sinetron tersebut masih mendapatkan rating tinggi. Hal ini sangatlah berbeda dengan sinetron pada tahun 1990-an hingga 2000-an yang masih mengedepankan kualitas dibandingkan rating. Menurut Fowler  bahasa pada dasarnya bersifat membatasi kita diajak berpikir untuk memahami seperti itu, bukan yang lain. Klasifikasi menyediakan arena untuk mengontrol informasi dan pengalaman. (Eriyanto, 2012:137). Pengaruh bahasa pada sinetron bagaimana kita memahami dan memaknai suatu peristiwa. Oleh karena, ketika menonton suatu sinetron akan dihubungkan dengan suatu realitas tertentuk. Untuk melihat bagaimana sinetron mempengaruhi penonton tersebut.  

Sinetron yang seharusnya bisa menjadi tayangan menghibur dengan alur cerita yang menarik malah terlihat membosankan dan banyak dipaksakan. pemaksaan dari alur cerita dan juga pemaksaan terhadap karekter tokohnya. Productions house (rumah produksi) yang memproduksi sinetron terlihat kehilangan ide dan kekurangan penulis kreatif untuk dapat membuat ide cerita yang bagus dan menarik. Amati, sinetron dengan rumah produksi yang sama kebanyakan terjebak dalam cerita yang hampir sama pula. Dari sinilah kita harusnya semakin bisa menilai kalau sinetron adalah proyek untuk meraih keuntungan semata tanpa memperhatikan  apa yang sebenarnya mereka suguhkan. Pihak yang memproduksi terlihat hanya menjual bintang-bintangnya saja. Mungkin bintang-bintang inilah yang menjadi jawaban dari pertanyaan saya di atas, banyak orang yang menggemari sinetron karena pemainnya tidak peduli alur cerita dan aspek lainnya, terutama penggemar fanatik tentu akan selalu menyaksikan idolanya.

Remaja dalam sinetron
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Jadi sangat mungkin perbuatan-perbuatan tokoh-tokoh dalam sinetron dapat ditiru. Bahkan bagi remaja yang menjadi penggemar berat seorang artis sinetron tertentu bisa saja menirukan gaya hidup dan tingkah laku artis tersebut, jika tingkah laku artis itu baik, maka tidak masalah. Namun akan menjadi masalah jika tokoh-tokoh dalam sinetron tersbut bertindak negatif. Pada kenyataannya, sekarang ini banyak remaja menirukan gaya hidup seperti dalam sinetron.

Remeja di Indonesia ini sampai sekarang masih sering terpengaruh oleh tayangan apa yang mereka saksikan, itupun masih yang berasal dari negeri kita sendiri, apalagi bila mereka menyaksikan tayangan dari luar negeri entah apa yang akan terjadi. (Andre,2011:11). Seperti model pakaian yang dikenakan dan gaya hidup yang identik dengan kemewahan dan konsumerisme. Bahkan dengan tayangan sinetron yang mengandung unsur kekerasan telah mengubah sikap remaja menjadi anrkis. Banyak remaja sekarang ini bersikap cuek dan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya. Dengan adanya dampak-dampak negtif tersebut dari penayangan sinetron yang tidak mendidik tentu akan mengganggu perkembangan kehidupan remaja. Sikapp moral dan mental remaja menjadi retak.

Saya sendiri, memiliki beberapa alasan mengapa tidak menyukai sinetron terutama sinetron di era sekarang. Mulai dai alur cerita, pemilihan jam tayang sampai pemilihan para bintangnya. Dari alur cerita seperti yang sudah saya singgung sebelumnya alur cerita sinetron saat ini terkesan konyol dan tidak masuk akal, jangankan untuk menjadi penggemar setianya, menontonnya sekilas saja saya sudah malas. Jika dulu sinetron mudah ditebak akhirnya, sinetron sekarang juga sama, mudah ditebak tetapi lebih terbelit-belit. Belum lagi para bintangnya yang sebagian terlihat memaksa dalam memainkan sebuah karakter, yang sebenarnya tidak sesuai. Terlebih dari segi usia, ada beberapa pemain usia belasan tahun yang memainkan karakter puluhan tahun lebih tua dari usia mereka sebenarnya. Untuk pemilihan jam tayang, walaupun pemilihan prime time mampu menarik banyak penonton, tetapi lebih baik jika waktu itu tidak dihabiskan hanya untuk sinetron.

Tiga stasiun televisi yang mengandalkan sinetron total menghabiskan tidak kurang dari dari 5 jam untuk 2 sampai 3 sinetron yang tayang secara berurutan. Dengan jam tayang seperti ini anak-anak seakan kehilangan waktu untuk menonton televisi. Yang saya tahu, sangat jarang ada anak-anak yang menghabiskan malamnya dengan belajar, yang kalau tidak main mereka lebih memilih menghabiskan waktu di depan televisi. Pertanyaannya apa yang mereka tonton jika kebanyakan stasiun televisi didominasi oleh sinetron? Sudah seharusnya tayangan televisi sekarang memperhatikan semua aspek dari apa yang disuguhkan, positif dan negatifnya, tidak hanya mengacu pada keuntungan semata. Berilah ruang kepada anak-anak untuk menikmati tayangan televisi, tidak hanya weekend atau hari libur saja. Karena anak-anak sekarang tidak seperti dulu yang bisa disuruh belajar dan nonton televisi di waktu tertentu saja.

Menilai sinetron dari apa nya ?
Lantas, nilai apa yang diperolah oleh ibu rumah tangga yang menyaksikan tayangan sinetron glamor dan gemerlap penuh kemewahan, sedangkan kondisi ekonomi meraka berbeda jauh dari tayangan tersebut? Alhasil muncul sikap kontraproduktif dari pemirsa bahkan justru mendorong budaya konsumerisme. Berbeda implikasinya dengan apa yang akan diperoleh oleh remaja ABG. Kehidupan sebagian sinetron yang menampilkan kehidupan yang seperti di atas membawa remaja ke dalam kehidupan fantasi yang luar biasa, kehidupan dianggap mudah dan sederhana. Seseorang memerankan tokoh eksekutif muda yang mapan dengan kekayaan melimpah serta jabatan tinggi nilai apa yang bisa diambil dari peran tersebut? Siapa yang dapat mencapai jabatan direktur dalam usia muda dan memiliki harta sedemikian banyak selain bukan warisan? Kalaupun ada kasus yang memang terjadi apakah cukup mewakili kehidupan rakyat indonesia. Remaja kita diajarkan bermimpi tanpa dorongan untuk bekerja keras.

Selanjutnya adalah konflik yang muncul bukanlah masalah kehidupan yang primer, malah mengajarkan memilih berkorban demi cinta yang semu seolah-olah hidup ini hanya untuk cinta tanpa perjuangan untuk hidup. Implikasi logis dari hal tersebut menimbulkan apakah kita belajar untuk menderita atau mencoba untuk menderita. Tetapi konflik yang muncul malah seputar interaksi sosial manusia yang itu-itu saja. Bukan ingin mengecilkan masalah konflik yang dimunculkan tetapi ada tanggung jawab yang lebih besar dari hal tersebut yaitu membentuk generasi pejuang, kerja keras, dan hiburan. hiburan bersifat positif yang tidak saling mengganggu satu sama lain yang berujung pada kedamaian.

Semua orang butuh hiburan, tapi tampaknya sinetron kedepannya harus lebih menyuguhkan kisah yang edukatif dan inspiratif. Misalnya, cara mengubah paradigma saat ini agar lebih memperkaya khazanah industri hiburan yang dapat membuka jendela dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun