Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menggapai Bintang-bintang di Balik Tebing UKT yang Terjal

2 Februari 2024   13:45 Diperbarui: 2 Februari 2024   13:58 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu kesempatan, namun biaya tidak boleh menjadi gembok yang menghalangi."

Memasuki dunia perguruan tinggi merupakan impian bagi banyak orang, namun realitas pahit yang terkait dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mahal seringkali menjadi penghalang besar. Tulisan ini secara tajam menggambarkan dinamika kompleks yang mendasari permasalahan UKT di Indonesia, mulai dari ketergantungan pada sistem pendanaan yang timpang hingga kebijakan otonomi PTN yang berpotensi memperdalam disparitas biaya pendidikan. Dalam menguraikan akar permasalahan dan menawarkan solusi, terungkaplah beberapa poin krusial yang perlu dipahami dan diatasi bersama.

Salah satu faktor kunci yang mengemuka adalah sistem pendanaan pendidikan tinggi yang terlalu bergantung pada UKT sebagai sumber pendanaan utama. Hal ini menempatkan beban biaya pendidikan tinggi pada pundak mahasiswa dan keluarganya, yang pada gilirannya memperkuat ketidakmerataan akses pendidikan. Selain itu, kurangnya alokasi dana dari pemerintah untuk membiayai pendidikan tinggi secara menyeluruh juga menjadi persoalan mendasar, memaksa PTN untuk mencari sumber pendanaan alternatif seperti UKT.

Kebijakan otonomi PTN, terutama dalam hal penetapan UKT, turut berperan dalam memperdalam kesenjangan biaya pendidikan antar PTN. Disparitas UKT antar PTN-BH dan PTN non-BH menggarisbawahi perlunya peninjauan ulang terhadap kebijakan ini guna memastikan kesetaraan akses bagi semua calon mahasiswa. Pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam penetapan besaran UKT juga menjadi sorotan, mengingat kurangnya klarifikasi mengenai formula yang digunakan dapat menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaan dari masyarakat.

Di sisi lain, ketidakmampuan ekonomi masyarakat menjadi faktor yang tak terelakkan dalam menentukan akses terhadap pendidikan tinggi. Tingginya kesenjangan ekonomi di Indonesia mempersulit banyak keluarga untuk membiayai pendidikan tinggi anak-anak mereka, sementara kurangnya akses terhadap beasiswa menambah beban finansial yang tidak terjangkau bagi mahasiswa kurang mampu.

Namun, di tengah kompleksitas permasalahan tersebut, terdapat sejumlah solusi yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi masalah UKT yang mahal. Peningkatan pendanaan pemerintah, baik dalam bentuk alokasi anggaran maupun pemberian insentif, menjadi langkah krusial untuk mengurangi ketergantungan PTN pada UKT. Selain itu, perlu adanya upaya konkret untuk membuat formula UKT yang transparan dan akuntabel, sehingga besaran UKT yang ditetapkan dapat dipertanggungjawabkan secara objektif.

Tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan akses terhadap beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu, baik melalui kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta maupun dengan mengoptimalkan potensi sumber daya lokal. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah juga menjadi investasi jangka panjang yang krusial, mengingat pendidikan yang berkualitas dapat membantu meningkatkan prestasi siswa dan memperluas kesempatan untuk diterima di PTN dengan UKT yang lebih terjangkau.

Selain itu, PTN perlu mengembangkan program pendidikan yang lebih murah dan fleksibel, seperti program online atau skema magang, guna memberikan alternatif yang lebih terjangkau bagi mahasiswa. Dengan demikian, kesempatan untuk memperoleh pendidikan tinggi yang berkualitas tidak lagi menjadi hak yang terbatas pada segelintir orang, melainkan menjadi hak yang merata bagi semua warga negara.

Dalam kesimpulannya, permasalahan UKT yang mahal di Indonesia memang merupakan tantangan yang kompleks, namun bukan berarti tidak dapat diatasi. Diperlukan komitmen dan kerjasama yang kuat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, PTN, dan masyarakat, untuk mewujudkan visi pendidikan yang adil dan terjangkau bagi semua. Hanya dengan langkah-langkah konkret dan solusi yang komprehensif, impian akan memasuki dunia perguruan tinggi tanpa beban finansial yang berat dapat menjadi kenyataan bagi setiap generasi pelajar Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun