Mohon tunggu...
Syahla HilmiHandian
Syahla HilmiHandian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Selamat datang dan selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melacak Jejak Penipuan di Media Sosial WhatsApp dengan Modus Bank

16 Februari 2024   06:12 Diperbarui: 16 Februari 2024   06:34 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penipuan di era digital semakin canggih dan meresahkan. Salah satu platform yang seringkali dimanfaatkan para penipu adalah media sosial WhatsApp. Dalam beberapa kasus, modus yang digunakan melibatkan kedok institusi keuangan seperti bank. Melalui tindakan curang ini, banyak korban yang telah menjadi mangsa kehilangan uang dan kepercayaan. Dalam artikel ini, kami akan mengulas kasus nyata yang terjadi di WhatsApp serta upaya untuk melacak jejak pelaku di balik penipuan ini.

Salah satu korban penipuan yang akan kita bahas adalah Zainab (nama samaran), seorang ibu rumah tangga yang menjadi target penipuan melalui WhatsApp dengan modus yang menggunakan kedok bank. Zainab menerima pesan dari seseorang yang mengaku sebagai pegawai bank terkemuka di wilayahnya. Dalam pesan tersebut, pelaku menginformasikan bahwa akun bank Zainab akan dinonaktifkan kecuali dia segera mengonfirmasi data pribadi dan rincian rekeningnya.

Terjebak dalam situasi tersebut, Zainab panik karena ia takut akun bank nya akan dinonaktifkan oleh pihak bank, Zainab kemudian memberikan semua informasi yang diminta oleh pelaku, termasuk nomor kartu kredit dan kode keamanan. Tak lama setelahnya, dia menemukan bahwa sejumlah uang yang signifikan sebesar 20 juta telah dicuri dari rekeningnya. Merasa tertipu, Zainab melaporkan kejadian ini ke pihak berwenang, namun menemui kesulitan dalam melacak pelaku.

Kasus ini terjadi di sebuah kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta yang merupakan salah satu pusat aktivitas perbankan dan memiliki banyak warga yang menggunakan layanan perbankan secara online. Meskipun penipuan semacam ini tidak terbatas pada satu lokasi, namun kasus ini menyoroti betapa rentannya warga kota besar terhadap serangan penipuan digital.

Adapun saya mewawancarai seorang anak muda yang Bernama Key (nama samara) asal Bandung ia bersekolah di SMA, ia menceritakan pengalaman ia ketika pertama kali ia bermain media sosial pada tahun 2021 lalu, ia seorang anak yang cerdas, namun jarang bergaul. Lalu pada suatu Ketika saat Key baru sampai rumah sepulangnya ia sekolah, ia mendapatkan WhatsApp dari pihak bank yang berisikan bahwa apabila key mendapatkan sebuah hadiah undian, namun Key diminta untuk mengisi data pribadi dan juga mengisi rincian rekening miliknya. Karena Key adalah seseorang yang jarang bergaul maka dari itu ia sangat merasa senang ketika mengetahui bahwa ia mendapatkan hadiah undian. Ia pun bergegas mengisi data pribadi dan juga rincian rekening miliknya, lalu ia kirim kepada pihak bank tersebut.

Keesokan harinya saat Key harus membayar uang buku yang sudah ayahnya kirim pada saat kemarin malam, Key kaget sekali melihat isi tabungan yang ada di atm nya sebesar 2 juta hilang begitu saja termasuk uang buku yang telah ayahnya beri. Disitulah Key baru menyadari bahwa ia terkena tipu, ia pun menangis karena merasa bodoh sekali karena ia amat percaya dengan modus penipuan yang menagatas nama-kan Bank.

Pelaku penipuan menggunakan modus yang cukup canggih. Mereka mengambil keuntungan dari kepercayaan korban terhadap lembaga keuangan yang sah dan meyakinkan mereka untuk memberikan informasi pribadi yang sensitif. Dengan cara ini, para penipu dapat dengan mudah mengakses rekening bank korban dan melakukan transaksi ilegal.

Untuk melacak jejak pelaku, kami berbicara dengan seorang ahli keamanan cyber yaitu Budi (nama samaran), yang memiliki pengalaman dalam menangani kasus-kasus serupa. Menurutnya, para pelaku seringkali menggunakan teknik-teknik hacking yang canggih dan jaringan yang sulit dilacak.

Budi menjelaskan bahwa langkah pertama dalam investigasi adalah untuk mengumpulkan bukti elektronik, seperti log pesan WhatsApp dan data transaksi keuangan. Setelah itu, tim investigasi dapat melacak alamat IP yang digunakan oleh pelaku untuk mengirim pesan dan mengakses rekening bank korban. Namun, hal ini bisa menjadi sulit karena pelaku seringkali menggunakan jaringan yang anonim.

Namun demikian, Budi menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap keamanan digital. Dia merekomendasikan agar setiap orang waspada terhadap permintaan informasi pribadi yang mencurigakan melalui media sosial atau pesan elektronik. Selain itu, pihak bank juga diminta untuk meningkatkan sistem keamanan mereka dan memberikan edukasi kepada nasabah tentang tindakan pencegahan penipuan.

Tips Menghindari Penipuan di WhatsApp

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun