Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Klinik Menulis, Apa Itu?

16 Mei 2017   21:44 Diperbarui: 17 Mei 2017   11:58 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah “klinik” umumnya disematkan untuk sebuah tempat yang berhubungan dengan pengobatan secara medis, “bagian” dari rumah sakit yang biasanya tidak terlalu besar. Tetapi istilah “klinik” belakangan menjadi terdistorsi dalam pemaknaannya menjadi semacam tempat khusus yang tidak hanya memiliki keterkaitan dengan dunia medis atau kesehatan saja, tetapi lebih bermakna unik, walaupun kesan “sederhana”, “kecil” atau “terbatas” tetap melekat dalam istilah itu. Sebut saja misalnya, ada istilah klinik musik, klinik kecantikan atau klinik therapy adalah beberapa contoh dari sekian makna klinik yang telah terdistorsi dari makna sesungguhnya, ia tidak lagi melulu berkait dengan dunia medis atau pelayanan kesehatan, tetapi justru bisa bermakna lebih luas keluar dari nuansa medis itu sendiri.

Adalah Tempo Institute yang concern dalam bidang literasi media dan pengembangan kualitas jurnalistik secara luas, memakai istilah “klinik” untuk sebuah kegiatan pelatihan menulis kepada masyarakat. Kegiatan dengan nama “klinik menulis opini” seakan menggambarkan dimana terdapat sekian banyak “pasien” yang tentu saja adalah para penulis pemula atau mereka yang tertarik terhadap dunia jurnalistik untuk “diobati” di klinik menulis ini dengan diberikan beragam asupan “vitamin jurnalistik” termasuk tips agar “penyakit” kurang percaya diri dalam menulis mereka dapat mudah terobati. Saya kira, ajang kegiatan “klinik menulis opini” ini merupakan sarana yang dapat dijadikan oleh para penulis pemula untuk menggali lebih banyak soal kaidah-kaidah jurnalistik yang akan membuat dan merangkai sebuah tulisan dikemas secara lebih baik dan menarik. Bertempat di Gedung Tempo, Jakarta, tak kurang dari 20-an peserta dengan beragam latar belakang, mulai akademisi, dosen, mahasiswa, profesional dan pegawai pemerintah antusias mengikuti dan meramaikan kegiatan tersebut yang akan digelar selama 16-19 Mei 2017.

Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, ketika tiba-tiba saya dihubungi untuk mengikuti kegiatan ini sebagai undangan khusus dari Tempo Institute kepada akademisi yang punya kecenderungan menjadi penulis populer. Undangan yang disampaikan melalui Fakultas Komunikasi UIN Jakarta, justru memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti ajang “klinik menulis opini” di Tempo ini. Entah, apakah karena saya adalah penulis lepas di Kompasiana yang banyak juga diikuti oleh kolega saya di kampus UIN Jakarta ataukah karena memang saya lebih banyak waktu sehingga dewi fortuna malah lebih berpihak kepada saya. Sebagai sebuah kesempatan dan bagi saya pasti memiliki manfaat yang besar, saya bersedia untuk konsisten mengikuti kegiatan ini sampai selesai. Bagi saya, ini akan menjadi pengalaman yang menarik, karena pada akhirnya saya akan bertemu dengan wartawan-wartawan senior yang memiliki segudang pengalaman soal menulis untuk saling berbagi pengetahuan tentang kaidah-kaidah jurnalistik yang tentunya menjadi asupan penting bagi penulis.

Menulis memang tidak sekedar bakat ataupun hobby seseorang dalam merefleksikan kegelisahan pemikirannya yang selanjutnya dituangkan melalui alinea demi alinea dan pada akhirnya membentuk sebuah paragraf yang utuh dan sempurna. Tetapi lebih dari itu, bahwa kebiasaan menulis justru akan mengurangi efek alpa dan lupa yang pasti akan terjadi pada setiap orang. Dalam bahasa sederhana, “menulis adalah melawan lupa” bahkan memiliki konotasi cukup jauh, dimana kealpaan dan kelupaan akibat bertambahnya usia, justru akan di-rewind melalui ungkapan refleksi pemikiran yang mewujud dalam sebuah tulisan. Meskipun tidak setiap orang memiliki hobby menulis, tapi paling tidak akan selalu diingatkan bahwa menulis apapun adalah salah satu cara kita untuk “melawan lupa”.

Bagi saya, menulis merupakan “produk hidup” yang tak akan pernah ikut mati sepanjang bumi ini masih berputar, karena tulisan merupakan bagian dari sejarah yang direkonstruksi secara terus menerus oleh manusia dari generasi ke generasi. Kita mengenal para tokoh pergerakan republik ini adalah karena mereka senantiasa “hidup” dalam tulisan dan bahkan kita mengenal tokoh-tokoh dunia ataupun peristiwa-peristiwa sejarah masa lalu dan masa kini juga adalah melalui beragam tulisan. Terus memuntahkan ide-ide kreatif lewat tulisan terlebih mendapat dukungan melalui event “penguatan” dan “pelatihan”—seperti kegiatan klinik menulis—adalah adalah salah satu upaya positif dalam menunjang tetap hidupnya seorang penulis. Paling tidak, bahwa karya-karya jurnalistik yang baik, tentu akan terus dibaca ulang oleh siapapun dan inilah yang membuat realitas bahwa seorang penulis tampaknya “tidak akan pernah mati”.

Kebiasaan menulis memang seharusnya didukung oleh pemahaman yang baik tentang kaidah-kaidah jurnalistik sehingga sebuah tulisan yang keluar dari pemikiran yang rumit bisa diawamkan dan mampu menjangkau kalangan sosial manapun dalam memahami maksud sebenarnya dari sebuah tulisan yang mewujud. Pesan yang disampaikan seorang penulis tentunya haruslah sampai kepada pembacanya dan mereka pada akhirnya “mau” mengikuti kehendak yang diinginkan oleh para penulis tersebut. Menulis yang baik, tentunya merangkai dan membangun sebuah “kekuatan pesan”  yang harus dapat sampai kepada para pembacanya tanpa mereka harus kesulitan mencerna pesan-pesan yang hendak disampaikan. Disinilah saya kira, bahwa terkadang bakat atau hobby saja tanpa dilatih melalui kebiasaan yang terus menerus merangkai tulisan, hanyalah sebuah “tanda mati” yang tak bisa mengungkap pesan apapun didalamnya. Maka, saya-pun memberikan apresiasi pada ajang “kliniki menulis opini” yang diinisiasi Tempo Institute, karena disini kita akan belajar cara efektif menyampaikan pesan kepada orang lain, melalui tulisan-tulisan baik sesuai kaidah jurnalistik.

Wallahu a’lam bisshawab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun