Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia Memang Lebih Kejam dari Binatang!

6 Maret 2018   15:32 Diperbarui: 6 Maret 2018   16:15 2487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.

Menyaksikan beragam fenomena yang sangat miris belakangan ini adalah prilaku manusia yang sangat berlebihan kepada binatang. Bukan saja soal penyelundupan hewan yang dilindungi yang cenderung tanpa prikebinatangan, tetapi juga perlakuan manusia yang sangat "buas" terhadap binatang, bahkan lebih buas dari seekor binatang terbuas sekalipun.

Pembunuhan terhadap buaya pemangsa manusia yang kemudian dibedah isi perutnya dan yang paling mengerikan adalah kasus pembunuhan harimau Sumatera yang kemudian digantung dan dieksploitasi beramai-ramai oleh mereka yang entah kerasukan apa. Bagi saya, mereka tetaplah mahluk Tuhan yang tak dianugerahi akal, namun berhak hidup di alamnya sendiri, bukan seringkali diusir dan dijadikan bulan-bulanan manusia yang dengan akalnya seharusnya mampu bersikap lebih waras.

Belakangan, habitat binatang semakin terpinggirkan oleh keserakahan manusia yang membuka perlahan-lahan dan mencaplok alam mereka sendiri. Dapat dibayangkan, kenapa ada harimau di Indragiri Hilir (Inhil) Riau yang lalu-lalang ke pemukiman warga dan bahkan ditengarai memangsa salah satu warga disana. 

Kemungkinan besar adalah habitat mereka terganggu oleh ulah manusia, karena selain tempat tinggal, makanan binatang buas ini justru hilang, lagi-lagi karena ulah keserakahan manusia. Keberadaan organisasi penyelemat hewan atau lembaga pemerintah yang bertugas melindungi keberadaan mereka, tampaknya bertekuk lutut oleh kenyataan bertubi-tubinya ekspolitasi dan pembunuhan binatang yang semakin hari kian punah ini.

Salahkah para binatang yang terpaksa harus "mencuri" makanan disaat mereka tak menemukannya di alam liar? Binatang hanya punya hasrat sederhana: hidup dan mempertahankan diri. Mereka tak perlu mengumpulkan stok makanan yang disimpan untuk kelangsungan hidup mereka sehari-hari, karena Tuhan tentu saja telah mencukupi seluruh rezeki yang mereka butuhkan. 

Binatang seharusnya tak pernah kelaparan, karena seluruh alam raya ini telah memberikan seluruh kemanfaatannya bagi kebutuhan hidup mereka. Tak terkecuali manusia, yang merupakan bagian kecil (mikrokosmos) dari seluruh hamparan alam raya yang tak terhingga ini. Maka, jika binatang kelaparan, itu pertanda ada masalah yang terjadi dengan alam yang dia huni selama ini.

Entah sejak kapan, saya tiba-tiba jadi pencinta binatang. Tak peduli binatang model apapun dan bentuk apapun, ada rasa sayang yang selalu ingin membiarkan mereka hidup dan mempertahankan dirinya ditengah kerasnya alam yang dikelola para manusia. Pernah suatu waktu, laju kendaraan saya terpaksa dihentikan, karena ada seekor kucing tertabrak oleh kendaraan lain yang berlawanan arah dengan saya. Dengan tanpa peduli lalu lintas sekitar, saya mencoba "memanusiakan" kucing tersebut, meminggirkannya dan meminta pertolongan orang sekitar untuk menguburkannya. Sadarkah kalau mereka adalah mahluk Tuhan yang lemah? Mereka tak dianugerahi akal pikiran dan seharusnya manusialah yang lebih waras dalam hal ini.

Dalam banyak hal, manusia sesungguhnya lebih kejam dari binatang, bahkan seringkali melampaui tabiat kebinatangan yang sesungguhnya. Bukankah hampir tak pernah ditemukan seekor binatang yang melahirkan anaknya lalu dibuang atau ditinggalkan begitu saja? Sebuas apapun binatang, pasti memiliki insting kasih sayang kepada anak-anaknya dan menjaga serta merawat anak-anaknya agar tetap dapat bertahan hidup. 

Dalam dunia manusia, kekejaman mereka bahkan melampaui batas akal pikirannya sendiri, tak hanya membunuh tetapi juga memutilasi saudara atau bahkan kerabatnya sendiri. Dunia manusia tentu saja lebih kejam dari dunia binatang, melihat dari banyaknya fenomena kejahatan manusia yang dengan akal sehatnya justru semakin sulit terkendali.

Itulah sebabnya, kenapa al-Quran menggambarkan manusia sebagai mahluk yang paling melampaui batas dan merekalah sesungguhnya penghuni-penghuni abadi neraka dan bukan binatang. "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai" (QS. Al-A'raf: 179).

Dalam agama saya, praktik soal penyembelihan binatangpun sama, mereka yang akan disembelih harus "digembirakan" terlebih dahulu, didahului dengan prosedur dan etika penyembelihan---seperti menajamkan pisau atau menutup mata binatang dan diposisikan secara baik dan menenangkan sekaligus disebutkan nama Tuhan didalamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun