Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Kedaulatan Data dan Kebijakan AI: Belajar dari ZuriCityGPT

23 September 2025   05:33 Diperbarui: 23 September 2025   05:33 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kedaulatam data. (Freepik/rawpixel.com)

Perkembangan kecerdasan buatan (AI) dalam beberapa tahun terakhir begitu cepat. Kita melihat ChatGPT, Gemini, dan beragam chatbot pintar lain menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, di balik kecanggihan itu, muncul pertanyaan penting: data kita sebenarnya dikirim ke mana? Apakah kita nyaman kalau semua percakapan pribadi, data perusahaan, atau bahkan dokumen pemerintah disimpan di server perusahaan asing?

Inilah yang coba dijawab oleh sebuah proyek di Swiss bernama ZuriCityGPT OSS Version. Mereka membuat chatbot mirip ChatGPT, tetapi seluruh komponennya menggunakan perangkat lunak open source (OSS) dan bisa dijalankan secara lokal. Dari sini, kita bisa belajar bagaimana kebijakan AI seharusnya dipikirkan, terutama terkait privasi, kemandirian, dan akses teknologi.

Kenapa Open Source?

Open source artinya kode dan model yang dipakai tersedia untuk umum, gratis, dan bisa dimodifikasi siapa saja. Bedanya dengan layanan komersial seperti OpenAI, open source memberi kita kebebasan untuk mengatur di server sendiri tanpa harus mengirim data keluar negeri.

Bagi masyarakat awam, bayangkan ini seperti memasak di rumah dibanding membeli di restoran cepat saji. Kalau makan di restoran, kita tidak tahu pasti bahan apa yang dipakai dan siapa yang menyimpan data pesanan kita. Kalau masak sendiri, memang lebih repot, tapi kita tahu persis bahan, resep, dan siapa yang menikmati.

Tantangan Teknis

Namun, membuat chatbot bukan sekadar memasang satu aplikasi. Ada beberapa komponen penting:

  1. Otak utama (text generation) -- model besar yang menghasilkan jawaban, misalnya Llama 3.

  2. Mesin pencari (retrieval/embedding) -- sistem yang mencari informasi relevan dari dokumen sebelum menjawab.

  3. Juri (reranker) -- alat yang memilih jawaban mana yang paling tepat dari hasil pencarian.

Biasanya, perusahaan besar seperti OpenAI atau Cohere menyediakan semua ini dalam satu paket rapi. Kalau open source, kita harus merakit sendiri: memilih model, menghubungkan antarbagian, bahkan mengatur server dengan kartu grafis khusus. Tidak semudah menekan tombol.

Mengapa Ini Relevan untuk Kebijakan Publik?

Di sinilah persoalan kebijakan AI menjadi penting. Negara, lembaga publik, bahkan sekolah menghadapi dilema:

  • Praktis vs. Mandiri: Apakah cukup memakai layanan asing yang praktis, ataukah lebih baik membangun sistem sendiri yang lebih mandiri?
  • Privasi: Data medis, hukum, atau pendidikan bisa sangat sensitif. Kalau dikirim ke luar negeri, bagaimana jaminan keamanannya?
  • Biaya dan akses: Memakai layanan asing berarti biaya berulang. Memakai OSS berarti investasi awal lebih besar, tapi bisa lebih murah dalam jangka panjang.

Swiss dengan ZuriCityGPT menunjukkan alternatif: AI bisa dibangun dengan OSS, dijalankan di server lokal, dan tetap kompetitif dengan versi komersial. Ini pelajaran penting untuk negara lain, termasuk Indonesia, yang sedang ramai membicarakan "kedaulatan digital".

Risiko dan Kompromi

Tentu saja ada risiko. Dengan OSS:

  • Waktu respons bisa lebih lama (kadang 30 detik).
  • Perlu tenaga ahli yang paham teknis.
  • Tidak semua fitur sebaik layanan komersial.

Namun, keuntungan jangka panjang adalah kontrol penuh atas data. Negara atau perusahaan bisa memastikan informasi sensitif tidak keluar dari batas hukum nasional. Bayangkan kalau dokumen pengadilan, data siswa, atau strategi bisnis bocor hanya karena diproses di server asing---risikonya besar sekali.

Arah Masa Depan

Artikel tentang ZuriCityGPT juga menyentuh isu filosofis: definisi "open source" di era AI sering lebih longgar. Ada komponen yang benar-benar terbuka, ada pula yang "semi terbuka" tapi tetap tergantung infrastruktur komersial. Masa depan akan menentukan apakah OSS benar-benar bisa menjadi tandingan serius bagi pemain besar seperti OpenAI, Google, atau Anthropic.

Untuk masyarakat awam, yang perlu dipahami adalah:

  • AI bukan hanya soal kecerdasan mesin, tapi juga soal siapa yang menguasai data.
  • Kebijakan publik harus melindungi privasi, sekaligus mendorong kemandirian teknologi.
  • Ada harga yang harus dibayar antara kenyamanan, keamanan, dan kebebasan digital.

Penutup

Kisah ZuriCityGPT OSS Version memberi gambaran bahwa membangun chatbot pintar tanpa bergantung pada perusahaan asing itu mungkin, meski lebih rumit. Bagi masyarakat umum, ini mengingatkan bahwa setiap kali kita menggunakan AI gratis atau berbayar, sebenarnya ada pertaruhan besar: data pribadi kita mungkin tersimpan di tempat yang tidak kita ketahui.

Maka, kebijakan AI tidak bisa hanya soal kecanggihan teknologi. Ia harus menyentuh hal-hal mendasar:

  • Apakah data warga aman?
  • Apakah negara mandiri atau tergantung pihak asing?
  • Apakah semua orang punya akses adil terhadap teknologi?

Jika kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan bijak, AI bukan hanya alat pintar, melainkan fondasi bagi masa depan digital yang lebih berdaulat.

Referensi

https://www.liip.ch/en/blog/zuricitygpt-oss-version-using-only-open-source-models

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun