Jika Sir Isaac Newton masih hidup dan menyaksikan pertandingan Piala FA antara Manchester United dan Leicester City pada 7 Februari 2025, dia mungkin akan meneliti ulang hukum gravitasi. Soalnya, bola yang melayang dari tendangan bebas Bruno Fernandes sepertinya punya keinginan sendiri untuk mencari kepala Harry Maguire, dan entah bagaimana, kepala Maguire yang besar itu berhasil membawa Setan Merah lolos ke babak berikutnya. Pertanyaannya: apakah bola benar-benar masuk dengan sah, atau ini adalah konspirasi alam semesta untuk membuat Piala FA lebih dramatis?
Babak Pertama: Manchester United Malas Pemanasan
Seperti biasanya, United memulai pertandingan dengan mode slow-motion. Leicester yang tampak lebih gesit akhirnya membuka keunggulan di menit ke-42 melalui Bobby De Cordova-Reid. Gol ini lahir dari serangan yang rapi, di mana Wilfred Ndidi menembak, bola ditepis oleh Andre Onana, lalu disambar dengan sundulan oleh De Cordova-Reid. Old Trafford terdiam sejenak. Beberapa suporter United mulai mengutak-atik aplikasi pesan untuk mengirim keluhan ke Erik ten Hag, yang padahal sedang liburan dan tidak punya hubungan dengan laga ini.
Statistik babak pertama memperlihatkan United hanya memiliki 40% penguasaan bola, sementara Leicester tampil dominan dengan 60%. Leicester juga unggul dalam tembakan tepat sasaran 3 banding 1, menandakan bahwa Onana lebih sibuk dibandingkan kiper lawan. Namun, sepakbola adalah permainan dua babak, dan di babak kedua, United membuktikan kalau mereka hanya butuh secangkir teh hangat di ruang ganti untuk bangkit.
Babak Kedua: Joshua Zirkzee dan 'The Comeback Kids'
Masuk babak kedua, Ruben Amorim mulai menyusun strategi perubahan. Pada menit ke-64, Joshua Zirkzee dimasukkan menggantikan Kobbie Mainoo. Empat menit kemudian, keajaiban terjadi. Alejandro Garnacho yang baru masuk langsung berperan besar. Ia mengirimkan umpan kepada Rasmus Hojlund yang tembakannya sempat diblok oleh bek Leicester. Bola liar jatuh di kaki Zirkzee, yang dengan dingin mencetak gol penyama kedudukan.
Dengan kedudukan 1-1, pertandingan semakin seru. United mulai mendominasi, dan Leicester terlihat gugup seperti mahasiswa yang baru sadar belum menyelesaikan skripsinya sehari sebelum sidang. Statistik mencerminkan perubahan ini: penguasaan bola United naik menjadi 52%, sementara Leicester mulai kehilangan kendali.
Menit 90+3: Gol Offside yang Tidak Offside
Inilah momen kontroversial yang membuat Twitter pecah dan para komentator Liga Inggris kehabisan suara. Menit ke-93, United mendapatkan tendangan bebas. Bruno Fernandes mengirimkan umpan lambung ke kotak penalti, dan di sana, Harry Maguire, yang tampaknya memiliki magnet di kepalanya, menyundul bola ke gawang. Old Trafford bergemuruh!
Namun, tayangan ulang memperlihatkan bahwa Maguire berada dalam posisi offside. Seharusnya gol ini dianulir. Masalahnya? VAR tidak digunakan di putaran keempat Piala FA! Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) memang punya kebijakan unik: mereka baru akan menggunakan VAR mulai putaran kelima, agar kompetisi tetap 'adil' bagi klub-klub kecil yang bertanding di putaran awal. Dengan kata lain, FA seolah-olah berkata, "Kalau kalian mau keadilan teknologi, silakan lolos dulu ke babak berikutnya."
Statistik akhir pertandingan cukup mencerminkan ketatnya laga ini:
- Tembakan Tepat Sasaran: Manchester United 4 -- 3 Leicester City
- Penguasaan Bola: Manchester United 54% -- 46% Leicester City
- Jumlah Kartu Kuning: Manchester United 1 -- 0 Leicester City
Maguire dan Drama Piala FA
Gol ini langsung memicu protes dari kubu Leicester. Pelatih mereka bahkan nyaris kehilangan suaranya saat meneriaki wasit. Sayangnya, tanpa VAR, tidak ada yang bisa mengubah keputusan tersebut. Leicester harus menerima kenyataan bahwa di dunia tanpa teknologi, keberuntungan adalah faktor utama.
Dengan kemenangan ini, United melaju ke putaran kelima Piala FA. Namun, perdebatan soal VAR akan terus berlanjut. Jika FA benar-benar ingin 'adil', mengapa tidak sekalian memakai VAR sejak putaran pertama?