Mohon tunggu...
Syafira Nurulita Utami
Syafira Nurulita Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Sunda UPI

Syafira Nurulita Utami, mahasiswa Sunda UPI Bandung yang memiliki banyak impian dan harapan untuk majunya pendidikan di Indonesia salah satunya melewati KKN Tematik UPI 2021.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Daring: Untuk Peserta Didik atau Orangtua?

25 Juli 2021   19:12 Diperbarui: 27 Juli 2021   15:25 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rishaldi Atha Rasyad sedang belajar di rumah, ditemani oleh orang tuanya. (dokpri)

Abstrak : Artikel berita ini memuat tentang masalah pendidikan yang terjadi pada masa pandemi covid-19 salah satunya masalah sekolah daring dan mengerjakan tugas sekolah. Masih banyak sekali peserta didik yang belum dengan mandiri melaksanakan sekolah daring dan mengerjakan tugasnya sendiri. Untuk itu perlunya pendampingan yang efektif dari orang tua peserta didik untuk mengetahui perkembangan kondisi pendidikan anak. Dalam artikel berita ini mengambil contoh kasus di daerah sekitar lokasi KKN Tematik UPI 2021. Di dalamnya juga terdapat cara orang tua mendampingi anaknya belajar daring dan mengerjakan tugas-tugasnya di rumah. Untuk itu diharapkan artikel ini dapat membantu dan menambah pemahaman orang tua peserta didik dalam menangani kondisi serupa. 

Pendidikan adalah ranah terpenting bagi kehidupan manusia. Tanpa adanya pendidikan, ibarat manusia yang berkelana tanpa perbekalan apapun. Pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia. Dengan pendidikan, manusia akan lebih bermakna dan berarti dalam menjalankan kehidupannya. Seiring berjalannya waktu, pendidikan akan mengikuti arah perkembangan zaman. Seperti pada masa pandemi covid-19 sekarang ini. Pada masa pandemi covid-19, pendidikan harus tetap berjalan walaupun rasanya sangat berbeda. Pendidikan pada masa pandemi yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik atau dosen dengan mahasiswa pun tidak bisa berjalan secara langsung. Materi yang disampaikan oleh pengajar belum tentu bisa terserap dengan baik oleh peserta didik maupun mahasiswa.

Berat rasanya menjalankan sesuatu pada masa pandemi covid-19 ini. Terlebih karena kita tidak terbiasa melakukannya. Perlunya keterampilan teknologi yang cukup untuk menghadapi cultural shock pada masa pandemi covid-19. Begitu pula yang terjadi pada sistem pendidikan dan administrasi di sekolah. Hampir 80% kegiatan pendidikan dan administrasi di sekolah dilaksanakan secara daring (kecuali daerah 3T yaitu terluar, terpencil dan tertinggal). Peran guru dan keorganisasian di sekolah pun berjalan minim sesuai kebutuhan. Misalnya, wakasek humas SMPN 2 Dayeuhkolot, Lina Nuraini S.Pd, M.M.Pd. lebih banyak bergerak dalam kegiatan PPDB karena menjadi sumber informasi antara masyarakat dan sekolah. Lalu Lina menambahkan, tugas wakasek humas pada masa pandemi sekarang ini adalah sebagai penyambung informasi antara Kepala Sekolah, guru-guru, dan juga komite sekolah. Lalu sebagai informan untuk rekan sesama gurunya, bertugas menggalang dana bersama bendahara sekolah, dan memberi bantuan untuk rekan guru yang sedang melakukan isoman atau meninggal.

“Qadarullah, kemarin dua guru SMPN 2 Dayeuhkolot meninggalkan kita semua karena terpapar virus covid-19. Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah SWT. sehingga bisa terus melaksanakan kegiatan yang bermanfaat untuk khalayak. Khususnya untuk sekolah kita tercinta SMPN 2 Dayeuhkolot” jelas Lina (Jum’at, 23/07/2021).

Yang menjadi permasalah dalam masa sekolah daring adalah banyak sekali peserta didik yang terlihat berkeliaran pada saat kegiatan belajar mengajar. Peserta didik yang terlihat sedang bermain pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung akan secepatnya ditangani dan diberikan sanksi langsung oleh guru yang bersangkutan. Guru akan menghubungi peserta didik atau orang tuanya terlebih dahulu sebelum ditindak lebih lanjut. Apabila peserta didik dan orang tua sulit dihubungi, guru akan mendatangi rumah peserta didik yang bersangkutan dan memecahkan masalah yang terjadi bersama orang tua yang membimbing anaknya di rumah.

Seperti salah satu peserta didik kelas VIII SMPN 2 Dayeuhkolot, Firdaus Hardiansyah (14 thn) mengatakan bahwa ada salah satu rekannya yang sering bermain di jam sekolah. Apabila ia ditanya oleh guru atau “kepergok” sedang bermain, dia bilang “Baé wé Bu, da aya si Mamah! (Gapapa Bu, ada Mamah ini ko!)”. Artinya dalam kasus ini, orang tua yang mengerjakan tugas anaknya dan anaknya sibuk bermain di jam sekolah. 

Sebenarnya sekolah daring ini untuk siapa? Untuk orang tua kah? atau peserta didik?

Ini menjadi persoalan pendidikan yang banyak terjadi di masa pandemi covid-19. Artinya, orang tua peserta didik belum bisa efektif menemani anak-anaknya untuk belajar daring di rumah. Orang tua peserta didik banyak yang belum tahu jadwal sekolah anak karena kesibukannya sendiri. Orang tua peserta didik belum secara tegas membimbing anak-anaknya agar dapat belajar efektif di rumah. Perlu diketahui bahwa anak yang terlalu sering dikerjakan tugasnya oleh orang tua akan terhambat pengetahuan dan keterampilannya. Anak akan merasa rendah diri dan merasa tidak mampu untuk mengerjakannya sendiri. Anak akan cenderung ketergantungan akan kehadiran orang tua yang selalu mengerjakan tugasnya.

Lalu bagaimana cara menanggulangi hal tersebut? Apa saja yang harus dilakukan oleh orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah?  

Membimbing anak belajar di rumah bukan berarti harus mengerjakan tugas anak, ya. Anak harus tetap belajar mandiri dan selalu diawasi selama belajar. Orang tua bisa menentukan jadwal efektif anak untuk belajar dan mengerjakan tugas, bisa pada sore hari atau malam hari. Tentunya anak akan fokus apabila tidak ada gangguan, tempat belajarnya nyaman dan sambil ditemani camilan favoritnya. Komunikasi dengan pihak sekolah adalah cara yang baik agar kita tahu perkembangan dan jadwal anak belajar. Oleh karena itu orang tua harus senantiasa berkomunikasi dengan guru minimal seminggu 2 kali agar tahu perkembangan belajar dan jadwal belajar anak.

Orang tua boleh sesekali membantunya mengerjakan tugas, tapi hanya sebagai contoh. Selanjutnya biarkan anak mengerjakannya sendiri. Orang tua jangan takut apabila anak mendapat nilai yang rendah, justru biarkan anak belajar dari kesalahannya sendiri agar anak bisa berpikir dan menemukan solusi dari masalah yang terjadi. Orang tua pun jangan memarahi anak apabila anaknya tidak mengerti dan mendapatkan nilai rendah. Orang tua harus selalu memberikan pujian terhadap hasil belajar anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun