Mohon tunggu...
syafira Fitria Nur Aini
syafira Fitria Nur Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hallo saya merupakan mahasiswa semester 3 prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di Universitas Islam Negeri Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fenomena Living Together di Kalangan Mahasiswa: Tinjauan dari Psikologi Pendidikan

27 September 2025   21:40 Diperbarui: 27 September 2025   21:46 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Pendidikan  tidak hanya untuk mecerdaskan pikiran, tetapi juga membentuk karakter. "-Ki Hajar Dewantara

Belakangan ini, semakin banyak mahasiswa yang memilih untuk tinggal bersama pasangan sebelum menikah. Beberapa orang melihatnya sebagai tanda keseriusan, cara untuk lebih mengenal satu sama lain, atau sekadar mengikuti tren zaman sekarang. Di media sosial, gaya hidup ini sering dipamerkan seakan-akan sesuatu yang biasa dan tidak menimbulkan kontroversi. Namun, sebenarnya, tinggal bersama memiliki banyak risiko yang sering kali diabaikan, baik dari segi psikologis, sosial, maupun akademik. Mahasiswa yang terlibat bisa mengalami stres emosional, konflik dalam hubungan, dan gangguan terhadap fokus akademik karena pergeseran prioritas waktu.

Dari sudut pandang psikologi pendidikan, masa perkuliahan merupakan tahap penting menuju kedewasaan. Erik Erikson menyebut fase ini sebagai "identity vs role confusion", di mana individu mencari identitas dan arah hidupnya. Dalam tahap ini, mahasiswa perlu belajar mengatur emosi, mengambil tanggung jawab, serta memahami akibat dari setiap keputusan yang diambil. Mereka yang memutuskan untuk tinggal dengan pasangan tanpa persiapan emosional berisiko mengalami pertikaian, stres, bahkan perilaku agresif. Selain itu, pengaruh lingkungan sosial, tekanan dari teman sebaya, dan pengaruh media juga dapat memperkuat perilaku yang tidak bijaksana.

Kekhawatiran akan fenomena ini semakin meningkat melihat fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Banyak terjadi kasus tragis di berbagai wilayah mulai dari kekerasan, pembunuhan, hingga mutilasi yang berawal dari hubungan yang dimulai dengan tinggal bersama. Situasi ini memberikan peringatan serius bahwa hubungan tanpa nilai yang jelas dan kesiapan mental bisa berakhir dengan konsekuensi yang merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. Ini juga menunjukkan perlunya adanya pendidikan yang lebih intensif mengenai kesehatan mental, manajemen konflik, dan penguatan karakter di kalangan mahasiswa.

Di sinilah peran keluarga dan institusi pendidikan sangat penting. Keluarga menjadi tempat pertama yang harus menanamkan nilai-nilai moral, agama, dan penguatan karakter, sembari tetap memberikan dukungan emosional. Sementara itu, kampus tidak hanya berfungsi sebagai penyedia pendidikan akademis, tetapi juga sebagai tempat untuk pengembangan kepribadian dan layanan konseling. Program-program pendidikan karakter, seminar tentang hubungan yang sehat, dan layanan konseling perlu ditingkatkan agar mahasiswa dapat mengembangkan potensi mereka secara optimal tanpa harus menghadapi risiko yang merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain.

Pada akhirnya, mahasiswa harus menyadari bahwa kebahagiaan tidak diukur hanya dari keputusan untuk tinggal bersama pasangan, tetapi dari kemampuan untuk menjaga diri, membangun komitmen yang sehat, serta merencanakan masa depan dengan penuh tanggung jawab. Kesadaran ini menjadi dasar agar setiap keputusan yang diambil selama waktu kuliah memberikan manfaat jangka panjang bagi individu dan lingkungan sekitarnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun