Mohon tunggu...
Syadira Putri Hamdani
Syadira Putri Hamdani Mohon Tunggu... Lainnya - hallo there !

a student majoring in civil engineering :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembelajaran Jarak Jauh: Dampak dan Bingungnya Siswa Bila Tatap Muka

23 November 2020   09:54 Diperbarui: 23 November 2020   16:00 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi


Sejak pandemi Covid-19 menyerang Indonesia pada bulan Maret 2020, banyak kegiatan yang harus dilakukan dari rumah. Salah satunya belajar bagi anak-anak sekolah. Hingga kini, berbagai daerah masih harus menyelenggarakan pendidikan secara daring karena angka kasus Covid-19 masih cukup banyak di daerah tersebut.

Dampak belajar daring yang telah berjalan lebih dari tujuh bulan berdampak pada psikologis anak, mulai dari rasa bosan dengan aktivitas di rumah saja, anak juga dituntut beradaptasi belajar dari rumah yang pasti berbeda dengan di kelas, sehingga hal-hal seperti ini bisa menimbulkan kondisi tertekan pada psikis anak dan berpotensi munculnya stres pada anak.

Sangat bisa dirasakan kesulitan yang ditempuh dalam belajar secara daring dirumah, seperti kendala handphone yang dipakai bersama, kuota untuk belajar, hingga banyaknya tugas yang diberi. Saat belajar daring seperti ini banyak siswa merasakan tidak masuknya pelajaran ke otak, karena penjelasan guru yang tidak jelas, ruang zoom berisik, keadaan sekitar kita yang berisik dan banyak lagi.

Ditambah lagi tugas. Sudah pasti kalau belajar kita mendapat tugas atau PR. Tapi yang anehnya siswa merasa saat belajar daring ini, tugas semakin banyak, lalu menumpuk. Bukan malas atau alasan lain, tetapi materi tersebut sulit dipahami karena metode pembelajaran daring ini. Sehingga tak heran terdapat kasus siswa bunuh diri karena tugas daring yang menumpuk, seperti murid SMA yang bunuh diri di Gowa Sulawesi Selatan dan baru-baru ini siswa SMP bunuh diri di Tarakan Kalimantan Utara.

Sangat disayangkan, saat sesudah ada korban atau kejadian besar pemerintah baru mengevaluasi metode pembelajaran jarak jauh ini. Lalu baru-baru ini melalui live YouTube Mendikbud mengatakan bahwa mulai Januari 2021 pembelajaran bisa tatap muka lagi. Tapi ini menjadi perbincangan hangat teman-teman saya di Twitter, karena materi saja tidak masuk ke otak, bagaimana jadinya nanti saat belajar tatap muka, lalu kenyataan yang sekarang masih sangat banyak kasus covid-19 di Indonesia, walaupun dibuka dengan protokol kesehatan yang ketat dan atas izin orang tua, tapi tetap saja kami siswa khawatir tertular.

Dari pengamatan saya atas comment dan thread yang ada di Twitter teman-teman saya khususnya kelas 12 SMA lebih memilih belajar daring, karena sudah terlanjur bila masuk pun waktu untuk kelas 12 tinggal sedikit, lalu banyak yang merasa insecure karena "otak kopong" dan juga lebih memilih daring karena nyaman dan terhindar dari keramaian. Walaupun memang kondisi psikis siswa terganggu karena daring, tapi sejauh ini siswa yang belajar daring belum ada kasus terkena covid-19, dan untuk mengatasi kebosanan dan gangguan psikis bisa dilakukan beberapa hal seperti:

• Selangi dengan istirahat, agar mata juga tidak lelah melihat handphone, laptop atau monitor.
• Olahraga atau merentangkan tubuh
• Keluar rumah dan hirup udara segar
• Lalukan quality time seperti bermain game, menonton anime atau drakor, mendengarkan musik atau lakukan hobi lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun