Mohon tunggu...
Muhamad Syadid
Muhamad Syadid Mohon Tunggu... -

Muhamad Syadid\r\nDirektur dan owner The Indonesian Institute For Middle East Research (Informer)\r\n\r\nFaculty of Islamic Theology al-Azhar University Cairo, Egypt\r\n\r\nEmail:institute.informer@gmail.com\r\n\r\nhttp://www.in-former.org/\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rakyat Mesir Mendukung Amandemen Konstitusi

19 Juni 2011   16:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:22 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Animo masyarakat dalam pemilu referendum Amandemen UUD Mesir sangat tinggi, belum pernah terjadi dalam sejarah pemilu Mesir. Tua, muda, dewasa, kaya, miskin, pegawai, buruh, bahkan anak-anak pun ikut orang tuanya pergi ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) terdekat. Proses pencoblosan dimulai pada pukul 8 pagi sampai jam tujuh sore.Selepas penutupan referendum, penghitungan suara pun dimulai, beberapa tempat seperti di Qana berlangsung sampai jam 1 pagi. Untuk mengamankan referendum ini Dewan Militer menerjunkan sekitar 36 ribu personil militer yangtersebar di seluruh Mesir.

Rakyatpun senang dengan proses ini, karena akan muncul hasil yang berbeda, ada yang setuju dengan Amandemen dan ada yang menolak, sehingga proses demokrasi ini berlangsung sesuai dengan aspirasi rakyat Mesir, apapun hasilnya. Ketua Umum panitia referendum menuturkan bahwa sampai saat ini tidak ada protes atau kecurangan yang terjadi dalam anggota panitia kecil di TPS-TPS.Ini menandakan bahwa rakyat Mesir semakin dewasa dalam pembelajaran politiknya. Di wilayah Muqattam, Basatin, dan ‘Abidin, ratusan ribu orang menunggu antrian di TPS, meskipun menunggu agak lama namun rakyat sangat senang dengan pesta demokrasi kali ini.

Untuk pertama kalinya juga dalam sejarah pemilu di Mesir Jutaan rakyat ikut mencoblos apa yang menjadi suara hatinya, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa pemilu-pemilu sebelumnya selama 30 tahun rakyat bisa menebak hasilnya, dan itu adalah “keinginan sang Presiden,” bukan keinginan rakyat, untuk apa rakyat ikut berpartisipasi kalau memang yang terjadi sesungguhnya adalah kecurangan, money politics, dan penindasan terhadap rakyat.

Referendum amandemen konstitusi: “Hajatan” demokrasi yang hakiki

Dr. Muhamad Ahmad Athiyah selepas konferensi peresnya hari ini (Ahad, 20/3) mengumumkan bahwa sebanyak 18,5 juta penduduk Mesir berpartisipasi dalam referendum Amandemen UUD, data ini diperoleh dari 43.059 TPSyang tersebar di seluruh Mesir. Dari data tersebut hasil suara yang memilih “Ya” atau setuju dengan hasil Amandemen sebanyak 14.192.577 suara atau 77,2% dari surat suara yang sah, dan sebanyak 4.174.187 suara menyatakan “Tidak”, atau sekitar 22,8%. Namun dari jumlah tersebut masyarakat yang hadir dan mengikuti referendum mencapai 18.537.954 orang, atau 41,19%.

Jumlah kertas suara yang sah sebanyak 18.366.764 suara, jumlah kertas suara tidak sah 171.190 suara. Dr. Muhamad Athiyah juga menjelaskan bahwa hasil suara yang memilih “Ya” atau setuju dengan hasil Amandemen sebanyak 14.192.577 suara atau 77,2% dari surat suara yang sah, dan sebanyak 4.174.187 suara menyatakan “Tidak”, atau sekitar 22,8%.

Dan pihak Dewan Tinggi Militer menjelaskan, agenda terdekat adalah mengadakan pemilu Parlemen, sekitar bulan September sehingga partai-partai diberikan waktu untuk persiapan pemilu parlemen. Baru setelah itu anggota DPR dan MPR menunjuk 100 orang dari perwakilan partai-partai yang ada untuk menyusun UUD yang baru kemudian diadakan pemilu presiden. Dr. Athiyah mengutip ayat: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum apabila kaum itu tidak merubah dirinya sendiri”. Beliau menegaskan bahwa panitia kali ini tidak melakukan kecurangan sedikitpun, dan hasil ini adalah murni suara rakyat Mesir. Panitia bekerja secara profesional, transparan, dan dibawah kendali koordinasi yang maksimal dengan pihak pengawas referendum.


Para pengamat politik
Mesir terkemuka seperti : Sa’ad Husaini, Nabil Abdul Fatah, dan Abdul Khalil Musthafa mengemukakan bahwa hasil dari Referendum merupakan proses demokrasi yang hakiki, karena rakyat Mesir sekarang telah menemukan kebebasannya dalam berekspresi dan mengemukakan pendapatnya. Dan berbagai kalangan menilai bahwa kelompok “Islam” yang diwakili oleh Ikhwanul Muslimin mempunyai peran besar ke depan dalam menentukan kemenangan di Pemilu Parlemen dan Presiden.

Dalam headlines di beberapa media di Inggris dan Amerika memberitakan peristiwa Referendum Amandemen konstitusi Mesir. Media-media tersebut mengopinikan apabila rakyat menyetujui hasil referendum tersebut maka gerakan Ikhwanul Muslimin akan menjadi “penguasa” baru menggantikan NDP (National Democratic Party). Harian Wall Street menuliskan bahwa referendum yang diadakan oleh Dewan Militer hanyalah upaya untuk menunjukkan eksistensinya bahwa lembaga ini bisa melaksanakan pemilihan secara jujur dan adil. Dan apabila hasil referendum ini adalah “iya” maka kesempatan bagi kekuatan (Partai penguasa rezim Mubarak NDP dan Ikhwanul Muslimin akan bangkit kembali), dan partai gurem di Mesir tidak mempunyai kesempatan untuk menyiapkan pemilu di parlemen dan presiden. Meskipun IM dilarang gerakannya, namun selama 30 tahun gerakan ini masih eksis di Mesir sehingga mempunyai persiapan dan kekuatan untuk mendukung hasil Amandemen UUD.

Berikut adalah data dua kali Pemilu di Mesir (2007 dan 2011) hasilnya hampir sama namun ada perbedaan yang sangat mencolok.(Sumber: Al-Mishrial-Yaum,Selasa, 22Maret 2011, h.6)

Pembeda

2007

2011

Jumlah Calon Pemilih yang terdaftar (dalamjumlah jutaan)

35,8

45

Jumlahpemilih yang dating ke TPS (dalampersen)

27,1 %

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun