Mohon tunggu...
Syaahriill Siregar
Syaahriill Siregar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Hubungan Internasional UNIDA Gontor

Mahasiswa S1 Hubungan Internasional UNIDA Gontor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sumbangsih Pemikiran Thucydides terhadap Teori Realisme

30 September 2022   10:57 Diperbarui: 30 September 2022   11:09 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

            Teori dalam Hubungan Internasional dibagi menjadi 3,diantaranya Grand Theory, Midle Range Theory, dan Small Theory. Realisme merupakan sebuah Teori yang tergolong dalam Grand Theory, karena cakupan dan pembahasannya luas memiliki banyak teori serta konsep yang banyak. Realisme merupakan sebuah Istilah yang digunakan diberbagai macam ilmu. Seperti dalam Filosofi, Sains, Seni, dan juga dalam Hubungan Internasional itu sendiri. Realisme sebuah analisa yang dimana mempunyai tujuan yang menekankan untuk mengejar kekuatan politik dari kepentingan negara itu sendiri. Realisme sendiri lebih dominan terhadap power dan juga perang. Karena realisme sendiri, ada berdasarkan penelitian atau analisis dari berbagai macam peperangan. Didalam buku The History Of Peloponnesian War dikatakan "The Past was the guide for the future".

            Sebelum kita memasuki kedalam Inti dari Essay ini,alangkah baiknya kita berkenalan dengan salah satu tokoh dalam Teori Realisme dalam Hubungan Internasional, yaitu Thucydides ( 460-406 S.M. ) adalah seorang sejarahwan dan pemikir asal Yunani yang menjadi sumber penulisan buku The History Of Peloponnesian War yang mendeskripsikan perang antara Athena dan Sparta pada tahun 431-404 S.M. Thucydides menggambarkan perang Peloponnesian sebagai dinamika politik kekuasaan dan persaingan serta perebutan pengaruh antara Athena dan Sparta sebagai dua negara kota paling kuat pada masanya. Melalui buku tersebut Thucydides juga menjelaskan perbedaan antara pertimbangan politik dan argument moral serta meletakkan dasar teori realism untuk menganalis konflik internasional.[1]

PEMBAHASAN

Menurut saya,berdasarkan data yang saya fahami, Sumbangsih Teori Realisme dalam Hubungan Internasional yang diberikan oleh Thucydides itu berasal dari Sejarah Perang Peloponnesian antara Athena dan Sparta. Dari sejarah perang ini Thucydides berpandang bahwasannya sistem internasional itu anarki dan kita harus mempunyai balance of power agar tetap survive, serta konsep arm race, Pre-empitve Strike.  Thucydides-pun berpendapat bahwasannya 

1) Sifat manusia itu sebagai sifat awal untuk realisme dalam hubungan internasional. 

Realis melihat manusia sebagai dasarnya egois dan mementingkan diri sendiri sejauh kepentingan pribadi mengatasi prinsip-prinsip moral, artinya sifat manusia dan negara itu sama,egois dan mementingkan kepentingan pribadi.  

2) Kaum Realis secara umum percaya bahwa tidak ada pemerintah dan kondisi hubungan internasional selalu dalam kondisi anarkis yang biasa kita sebut sistem internasional anarki. 

3) karena sistem internasional yang anarki, ini membuat setiap negara harus bisa survive dalam segala keadaan demi menjaga keamanan dan keutuhan negara tersebut, negara berusaha meningkatkan kekuasaan mereka dan terlibat dalam kekuasaan-balancing untuk tujuan menghalangi agresor potensial. Perang ini dilancarkan untuk mencegah negara peserta dari menjadi lebih kuat secara militer, memperkuat senjata mereka, perlombaan senjata atau yang biasa kita sebut "Arm Race".  

Konsep ini dapat diartikan sebagai sebuah situasi di saat kedua negara atau lebih bersaing memproduksi senjata dalam hal mutu (kekuatan, jarak, kecanggihan, dan semacamnya) maupun jumlah (angka produksi, angka kotor, dan sebagainya). Arms Race menjadi pemicu pecahnya perang dalam kasus Perang Dunia I dan juga Perang Dingin. Sebagai contoh, pada akhir abad ke-19 Jerman dan Inggris terlibat dalam persaingan membangun kapal tempur (Battleships) secara mutu maupun secara jumlah. 

Perlombaan ini terjadi karena ketika Kaisar Wilhelm II dari Jerman bertekad meningkatkan gengsi militer Jerman, karena kapal tempur adalah tolak ukur gengsi militer saat itu. Inggris merasa terancam karena ekonominya bergantung dari statusnya sebagai "Penguasa Lautan", yaitu di saat armada angkatan lautnya dapat mengamankan lautan dan membuat perdagangan melalui laut menjadi aman dan lancar. Dan dari arm race ini dapat melahirkan dilema keamanan. Dan yang selanjutnya adalah konsep Pre Emptive Strike bisa kita sebut serangan pendahuluan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun