Saya dan keluarga mungkin terlalu melodramatik, menangisi secara penuh sedu-sedan kematian "hanya" seekor kucing. Iya, Shimsy, seekor kucing Angora jantan berperawakan gagah yang kami adopsi dari seorang tetangga yang akan pindah rumah sekitar sepuluh tahun lalu, telah berpulang hari ini, 10 September 2025, hanya sebulan menjelang hari kelahirannya yang ke-11.
Tapi kami tidak peduli jika orang menganggap kami cengeng. Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat bagi saya, istri saya yang bangga memperkenalkan Shimsy ke mana-mana sebagai "anak ganteng mamah," dan kedua anak saya yang menganggapnya bak adik sungguhan.Â
Bahkan, di antara puluhan kucing kami, Shimsy tergolong istimewa karena boleh ikut tidur bersama kami. Status istimewa ini salah satunya karena Shimsy adalah salah satu dari empat kucing generasi awal ketika kami kali pertama memutuskan berkomitmen memelihara kucing. Kini, setelah Shimsy tiada, masih tersisa dua kucing generasi perdana tersebut.
Kehadiran Shimsy mewarnai banyak momen perjalanan hidup kami. Dari kedua anak saya bersekolah dasar sampai kuliah dan SMA, Shimsy setia menemani mereka bermain atau belajar. Shimsy juga membuahi pasangannya, Silky, dan memberikan enam kucing keluarga tambahan yang lucu-lucu.Â
Shimsy pun kerap menjadi teman curhat yang setia mendengarkan penuh empati ketika salah satu dari kami atau kami semua sedang gundah gulana karena berbagai hal, entah masalah ekonomi, masalah keluarga, karier, dan lain sebagainya.
Kepergian yang mendadak
Yang membuat kami sedih berlipat-lipat adalah kepergian Shimsy yang mendadak di kala kesibukan kami akhir-akhir ini membuat kami jarang memasukkan dia ke kamar. Kami beberapa hari terakhir ini hanya sempat menyapa dia dan mengelus-elusnya sebentar.
Awal kepergian Shimsy adalah ketika kemarin (9/9/2025) sesudah saya pulang dari urusan medis di siang hari, tiba-tiba saya mendapati Shimsy tidak menyentuh makanan basah yang disiapkan sedari pagi. Padahal dia biasanya sangat lahap. Badannya juga terlihat lesu, dadanya naik turun cepat seperti kalau orang sesak, dan lidahnya sedikit terjulur.
Tanpa pikir panjang, saya segera membawa Shimsy ke rumah sakit hewan langganan. Dokter yang bertugas memutuskan untuk melakukan rontgen paru. Hasilnya, Shimsy ada gejala pneumonia tapi masih dibolehkan rawat di rumah. Dokter pun membekali dua obat, satu antibiotik dan satu anti sesak.
Pulang dengan perasaan optimistis, saya di rumah langsung memasukkan Shimsy ke kandang dan kembali menuangkan campuran makanan basah dan kering yang menjadi kesukaannya. Pikiran saya, habis makan, baru nanti saya atau istri akan memberinya dua obat bekal dari dokter.