7. Bisnis waralaba. Meski dijanjikan bisnis waralaba itu auto pilot, pada dasarnya yang namanya berbisnis itu menuntut kita mengetahui peta pasar dan dinamika persaingan. Salah-salah kita hanya menjadi mesin penyetor franchise fee kepada franchisor tanpa mendapatkan keuntungan. Lagipula dinamika bisnis, apalagi bisnis makanan, itu sangat cepat sehingga banyak waralaba yang dulu tampak berjaya tapi kini tidak terdengar lagi kabarnya.
8. Kos-kosan. Bisnis ini membutuhkan energi besar untuk perawatan (jika ada kerusakan), pengawasan, dan penagihan yang tepat, yang kadang menguras uang sekaligus tenaga.
9. Investasi tanah atau properti. Meski harga tanah atau properti secara umum pasti naik pesat dari tahun ke tahun, aset ini tidak likuid alias sulit dijual cepat sewaktu-waktu dibutuhkan. Biaya-biaya rutinnya pun lumayan, seperti PBB tahunan, biaya perawatan, Â biaya perbaikan, biaya iuran (termasuk IPL pada apartemen), biaya transportasi menengok aset, biaya penjagaan (jika menitip orang untuk menjaga aset), biaya utilitas, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, semua instrumen investasi pasti ada kebaikan dan jebakannya masing-masing. Tinggal bagaimana kesiapan kita menghindari jebakannya dan memaksimalkan imbal hasilnya. Selamat berinvestasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI