Selama satu dasawarsa setengah saya menulis di surat kabar (artikel opini pertama saya terbit pada Oktober 2010 di harian Kontan), ketertarikan saya sering pada isu-isu besar: kebijakan makro, filsafat ekonomi, analisa politik, dan lain sebagainya. Namun tibalah pandemi. Dampak ekonomi akibat pandemi ini demikian dahsyat memukul kehidupan masyarakat, yang terasa hingga saat ini pun ketika pandemi sudah berubah menjadi endemi. Banyak banyak orang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan di tengah pengeluaran yang justru merangkak naik. Penulis sendiri mendapati beberapa teman yang tadinya mapan kini harus pinjam uang sana-sini demi sekadar memenuhi kebutuhan pribadinya.
Alhasil, beberapa rekan dan kenalan meminta saya untuk jangan melulu berumah di atas awan layaknya intelektual menara gading dengan ide-ide besar. Sebaliknya, saya diminta menulis tips-tips bagaimana orang bisa bertahan di tengah himpitan krisis keuangan pribadi. Muncullah kemudian tulisan sederhana yang juga diilhami pengalaman pribadi ini.Â
Jangan besar pasak daripada tiangÂ
 Prinsip utama bertahan di tengah krisis adalah mengupayakan kondisi keuangan kita jangan besar pasak daripada tiang alias pengeluaran tidak boleh lebih besar dari penghasilan. Permasalahannya, bagaimana kita melakukan ini jika kita tidak lagi punya pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan sementara tabungan sudah habis dan pengeluaran itu hal yang niscaya dalam kehidupan? Jawabannya: kita harus mencari sumber penghasilan di luar pekerjaan formal sembari menekan pengeluaran. Hal yang mesti digarisbawahi adalah karena banyak dari pengeluaran merupakan biaya pasti alias fixed cost (biaya sekolah anak, iuran listrik, biaya makan, dan lain sebagainya), kita pertama-tama mesti berfokus pada mencari pemasukan pengganti. Untuk itu, ada tiga langkah yang bisa kita lakukan.
 Pertama, inventaris aset-aset yang kita miliki dan jual sebagian di antaranya. Aset-aset yang saling mensubstitusi bisa dijual salah satunya atau aset yang satu digantikan dengan aset lebih murah yang sepadan fungsi. Sebagai contoh, jika kita memiliki dua kendaraan pribadi---taruhlah satu mobil dan satu motor---kita dapat menjual salah satunya, misalnya motor. Atau, jika kita hanya punya sepeda motor, kita bisa mempertimbangkan menjual sepeda motor dan menggantinya dengan sepeda.Â
Lantas, bagaimana jika kendaraan pribadi itu masih dalam status cicilan? Kita bisa melakukan oper kredit dalam arti menjual kendaraan itu kepada orang lain di mana pembeli meneruskan cicilan sembari membayar ganti uang muka yang telah kita keluarkan. Ada dua manfaat dari oper kredit ini: kita terbebas dari satu pos pengeluaran sembari mendapatkan dana tunai keras (hard cash) untuk bertahan hidup.Â
 Kemudian, kita dapat menjual barang-barang koleksi lewat berbagai kanal, seperti e-commerce. Perlu diketahui bahwa zaman sekarang ini, banyak orang tergila-gila dengan barang nostalgia alias memorabilia vintage. Jadi, jika Anda memiliki barang seperti: komik lawas, kaus jadul, kaset pita penyanyi-penyanyi zaman baheula, telepon tombol putar, plat piringan hitam, konsol dan kaset game klasik (Atari, Sega, SNES, dan lain sebagainya), percayalah komoditas seperti itu akan cepat terjual. Saya sendiri sudah membuktikan hal itu dan mendapatkan arus kas lumayan.
 Kedua, kita bisa menggali hobi kita dan menjadikannya sebagai keterampilan untuk mendapatkan penghasilan. Contoh, jika Anda bisa memasak, optimalkan keterampilan itu dengan membuat menu-menu lezat nan menarik yang bisa Anda tawarkan ke teman-teman terdekat Anda. Atau jika Anda piawai menulis, silakan Anda mengirimkan tulisan ke media massa konvensional maupun online yang menjanjikan honor. Selanjutnya, jika Anda memiliki kemampuan mengajar, jajakanlah kemampuan Anda memberikan les privat via daring atau mengajar di kampus/sekolah sebagai pengajar luar biasa atau guru honorer. Pengalaman pribadi penulis sendiri adalah kesempatan mengampu mata kuliah filsafat di sejumlah universitas kala pandemi. Terakhir, Anda dapat beradaptasi dengan dunia digital dan aktif melakukan postingan di media sosial, seperti Tik Tok, YouTube, dan lain-lain. Jika Anda memiliki diferensiasi dan positioning kuat, media sosial Anda akan dilirik oleh para brand untuk melakukan promosi built-in berbayar di akun Anda.
 Ketiga, sebagai langkah darurat kita bisa mencari hutangan sebagai pemasukan, tentu dengan catatan bahwa Anda harus membayar utang itu nanti kala kondisi keuangan Anda membaik. Guna meminimalkan masalah pembayaran akibat arus kas macet, camkan prinsip berikut: pilih dengan siapa Anda berutang alias carilah utangan dari sumber yang lebih gampang dinego dari segi pembayaran dan penagihan (lihat Safir Senduk, Mengantisipasi Risiko, Elex Media, 2009). Sebagai contoh, meminjam uang dari orang tua, mertua atau saudara tentu lebih gampang melakukan negosiasi saat Anda menunggak dan lebih nyaman persyaratannya---bunga, termin, dan lain-lain---ketimbang Anda meminjam dari bank, kartu kredit, atau rentenir. Meminjam dari Pegadaian juga lebih mudah karena jika Anda tidak bisa membayar cicilan, tidak akan ada debt collector yang bakal mengganggu ketenteraman hidup Anda mengingat Pegadaian tinggal melelang barang agunan Anda.Â
 Tatkala segi pemasukan sudah membaik karena adanya arus kas (cash flow) masuk, tinggallah kita merestruktrurasi portofolio pengeluaran. Prinsip utamanya adalah jangan otak-atik pengeluaran yang pasti dan buang atau restrukturasi pengeluaran sisanya. Iuran lingkungan, uang SPP anak, biaya listrik, premi BPJS Kesehatan, cicilan rumah, biaya Internet untuk sekolah atau kerja, biaya makan secukupnya, dan yang sejenis adalah contoh pengeluaran pasti. Pengeluaran sisa seperti cicilan mobil atau motor bisa, misalnya, bisa dihapuskan dengan mengoper kredit aset transportasi tersebut. Uang les, langganan TV kabel, biaya rekreasi, premi asuransi di luar BPJS Kesehatan, dan lain sebagainya tentu bisa dipangkas dengan berganti provider yang lebih murah atau dihilangkan sama sekali.Â
 Memang, langkah-langkah di atas tidaklah mudah. Diperlukan komitmen kuat dan diskusi serius di antara anggota keluarga untuk merumuskan strategi tepat. Akan tetapi, yakinlah bahwa sekali strategi tepat itu sudah ditemukan, Anda akan bisa melewati krisis keuangan pribadi ini. Mari kita berjuang bersama-sama seraya berdoa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI