Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Suruh dan Sate Sapinya yang Legendaris

18 Mei 2024   04:50 Diperbarui: 30 Mei 2024   16:46 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Plumbon, buka pagi hari jam 09.00 (dokumen pribadi) 

Masyarakat Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang pasti tidak asing lagi dengan sate sapi Suruh.

Suruh adalah salah satu kecamatan dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang. Berdekatan dengan kecamatan Suruh adalah kecamatan Susukan. Di Suruh sendiri, sate sapi yang ada hanyalah di Pasar Suruh dan di desa Plumbon, cikal bakal sate sapi Suruh itu.

Tahun 1970-an, waktu saya masih kanak-kanak, setiap kali lebaran diajak pulang oleh orang tua atau keluarga ke Dompon atau Tambang. Dompon itu sebuah dusun asal muasal bapak saya. Sedang Tambang adalah daerah asal ibu saya. Baik Dompon maupun Tambang masih lingkup Kecamatan Suruh.

Identik Desa dan Salatiga

Kami tinggal di kota Semarang. Kalau keluarga mau ke Dompon, Tambang atau Suruh maka biasanya keluarga bilang, "Ayo mulih ndesa (Ayo pulang ke desa)." 

Saat itu memang suasana Dompon, Tambang atau Suruh masih terasa sekali dengan suasana pedesaan. Bus Esto yang membawa kami dari stanplat (terminal) Salatiga akan berhenti di stanplat Pasar Suruh, kemudian kami akan berjalan kaki sejauh hampir 3 km menuju Dompon atau Tambang.


Udara masih sejuk dan segar, sawah terhampar luas di depan mata. Para gembala bebek dengan pecutnya akan menggiring bebek piaraan mereka masuk ke lahan sawah yang usai dipanen.

Kadang saat keluarga mengajak pulang ke Dompon, Tambang atau Suruh, cukup dengan mengatakan, "Ayo 'nyang Salatiga (Ayo ke Salatiga)"

Meski kecamatan Suruh terbilang wilayah Kabupaten Semarang, namun keluarga kami lebih suka menyebut nama Salatiga saat pergi ke Suruh

Hingga saya kemudian sekolah di sebuah sekolah pendidikan guru negeri di Salatiga, saya belum bisa memisahkan antara sebutan Suruh dan Salatiga. Mungkin sudah terbiasa sejak kanak-kanak atau bisa juga lebih keren ya nama Salatiga?

Diajak Mrema dan Boro

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun