Mohon tunggu...
Suwandi Purba
Suwandi Purba Mohon Tunggu... Jurnalis - Suwandi purba

Seorang jurnalis yang tinggal di Kota Medan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Menakar Peluang Calon Bupati di Pilkada Simalungun 2020

1 September 2019   07:05 Diperbarui: 1 September 2019   07:22 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

KPU menjadwalkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2020 digelar 23 September di 270 daerah. Kabupaten Simalungun termasuk salah satu daerah yang ikut menggelar pesta demokrasi dimaksud.

Saat ini pun "suhu" politik mulai menghangat menyusul munculnya sejumlah kandidat calon. Hal ini ditandai dengan kian ramainya baliho atau spanduk bakal calon di sejumlah kawasan.

Suasana pun semakin menghangat dengan mulai dibentuknya tim relawan masing-masing bakal calon yang terus berinovasi mengenalkan keunggulan calon yang diusungnya.

Baik langsung ke tengah lingkungan masyarakat maupun melalui dunia maya (medsos). Sejauh ini ada sejumlah nama yang muncul dan sementara terdata ada 3 kandidat yang dipandang serius.

Hal ini ditandai dengan masifnya pemasangan baliho dan terbentuknya tim relawan yang telah "bermain" di lapangan di antara nya Drs Gidion Purba (Sekda/birokrat tulen), Irjen Pol Wagner Damanik (Polisi/aparat penegak hukum), Radiapo Sinaga (Pengusaha/enterpreuner sukses).

Sejumlah nama lainnya juga  masih memungkinkan menjadi kandidat serius seperti Parlindungan Purba, Waston Purba dan nama lain yang mungkin saja saat ini sengaja belum dimuculkan alias masih "disimpan".

Nah, saat ini penulis ingin menakar peluang salah satu kandidat Drs Gidion Purba, birokrat yang selama ini dikenal sangat dekat dengan BupatiJR Saragih.

Sebagai putra daerah yg tinggal dan mengabdi di Pemkab Simalungun mulai dari staf, camat, kadis hingga sekda 7 tahun, secara psikologis GP lebih dikenal masyarakat Simalungun jika dibandingkan dengan kandidat lainnya.

Ada kata-kata bijak  yang menyebut "tak kenal maka tak sayang". Maknanya tentu bisa dianggap Gidion lebih banyak dikenal dan tentu lebih disayang oleh penduduk kabupaten ini.

Setidaknya, bisa dikatakan hampir mayoritas perangkat nagori/kelurahan yang ada di kabupaten ini mengenalnya. Mungkin sebagian pernah berbincang atau bahkan ngopi dan makan bersamanya di warung atau di saat tugas atau di tempat pesta.

Ini modal besar, modal psikologis yang bisa menjadikan kekuatan dahsyat menggerakkan dukungan akar rumput ke Gidion Purba. Tentu dukungan para perangkat nagori dan kelurahan ini tidak akan diorganisir apalagi menjadi TS  (Tim Sukses) karena ia pun tau itu tak dibenarkan.

Jadi dukungan perangkat nagori hanya sebatas dukungan psikologis. Namun harus dicatat, bisa menjadi kekuatan dahsyat. Modal berikutnya adalah dukungan ASN (Aparatur Sipil Negara).

Dalam suatu perbincangan dengan seorang pensiunan ASN, mantan kepala upt salah satu instansi di Pemkab Simalungun, penulis mendapatkan informasi tentang kesederhanaan seorang Gidion.

Seorang sekda yang jauh dari kesan sombong, sangat merakyat , dekat dengan bawahan dan mudah senyum. Ia bahkan sering dijumpai minum atau makan di kedai di Hapoltakan Raya. Rumahnya pun hingga saat ini terkesan sederhana untuk ukuran sekda.

Bahkan diungkapkan teman pensiunan ASN itu, banyak rumah kepala dinas dan camat yang justru lebih mewah dari rumahnya yang berada di Gang Tiga Runggu kota Siantar.

Bahkan pada hari libur atau senggang tidak jarang orang bisa melihat Gidion mengendarai sepeda motor sendirian menyusuri Jl Pdt Wismar Saragih menuju Kantor Pusat GKPS di P Siantar.

Rupanya senggang GP sering mendatangi abang kandungnya yg saat ini menjabat Ephorus GKPS Pdt M Rumanja Purba untuk sharing dan menerima advis.

Rekan-rekan ASN ini lah yang awalnya mendorong Gidion untuk maju menggantikan JR. ASN ingin orang yang telah mengenal jengkal demi jengkal tanoh Simalungun dan faham administrasi serta birokrasi menjadi pemimpin di Simalungun.

Tentu dukungan ASN tidak akan dimobilisir apalagi dijadikan TS atau dilibatkan langsung untuk pemenangannya. Tidak akan karena Gidion taat aturan dan tau betul ASN tidak diperbolehkan terlibat dukung mendukung.

Tetapi sekali lagi, puluhan ribu ASN dan keluarganya yang sudah mengenalnya bahkan mungkin sudah pernah dibantu olehnya secara psikologis memberikan suara untuk Gidion saat pencoblosan nanti.

Modal lain yang sama dahsyatnya yah...soal GKPS dan marganya. Ini bukan politik identitas tetapi lebih sebagai fakta diri dan pendekatan perilaku pemilih.

Gereja GKPS dan jemaat nya itu yang terbanyak berada di Kabupaten Simalungun. Gidion pun dibesarkan di tengah keluarga pendeta. Opungnya , Pdt Karpenius Purba termasuk salah satu pendeta pertama di awal adanya GKPS.

Ayahnya juga seorang pendeta, Pdt Lesman Purba dan juga menjadi  ephorus GKPS 1970-1972. Kiprah sebagai hamba Tuhan dilanjutkan oleh abang kandungnya Pdt M Rumanja Purba.

Mengabdi sebagai seorang pendeta GKPS yang sempat menjabat Sekjen 2 periode dan kemudian menjadi Ephorus yang masih dijabatnya sampai saat ini.

Dan Gidion bersama istri dan anak-anaknya nya tercatat pula sebagai jemaat GKPS. Sekali lagi penulis  ingin tekankan, ini bukanlah mewacanakan politik identitas tetapi secara psikologis masyarakat awam sangat tau Gidion berasal dari  keluarga pendeta, sosok yang dibesarkan di lingkungan GKPS.

Dan perilaku pemilih kita masih sangat mencari kedekatan  atau persamaan yang ada pada diri calon dengan dirinya. Cap dirinya sebagai anak pendeta GKPS menjadi modal psikologis yang akan mendorong warga GKPS memilihnya saat di TPS.

Tetapi sekali lagi GP tidak akan melibatkan GKPS dalam politik praktis. Dia tidak akan meminta dukungan dari kelembagaan GKPS.

Tetapi sebagai warga GKPS tentu wajar jika suatu saat kelak ia akan datang ke kantor pusat GKPS untuk meminta doa atas keinginannya menjadi pemimpin di Pemkab Simalungun.

Ephorus GKPS pun pasti akan menerima dan mendoakan calon bupati lainnya yang datang dan minta didoakan, bahkan andaikan si calon itu pun bukan warga GKPS atau bahkan bukan pula umat Kristiani.

Tidak ada yang salah dalam hal ini. Bukankah itu salah satu tugas gereja, mendoakan umat dan hal-hal baik lainnya. Soal marga, ini juga bukan  politik identitas tapi soal psikologis pemilih.

Salah satu marga terbesar di etnis Simalungun adalah Purba. Marga ini mendominasi beberapa wilayah dan ia ada di hampir seluruh nagori.

Memang sistem kekerabatan/sosial Simalungun mengenal dalihan na tolu. Artinya satu marga tidak bisa mendominasi marga lain karena di satu saat bila menjadi anak, di saat lain bisa menjadi boru atau tondong.

Ada keterkaitan marga yang satu dengan lainnya. Tetapi marga Purba mungkin saat ini punya pemikiran, "Inilah waktunya Purba si jolom suhul i tanoh Simalungun".

Mimpi ini bukan tanpa alasan. Setelah era reformasi, Kabupaten ini dipimpin marga Silalahi (Jhon Hugo Silalahi). Periode berikutnya dipimpin Damanik (T Dzulkarnain Damanik).

Dan  saat ini tengah dipimpin Saragih (JR Saragih). Sebelum era reformasi, kabupaten ini dipimpin Damanik (Djabanten Damanik), sebelumnya JP Silitonga, SP Silalahi,  S Sagala, TPR Sinaga dan baru Rajamin Purba (1960-1973).

Dan wajar jika dalam kurun sekira 46 tahun muncul keinginan atau harapan Purba yang menjadi bupati. Pemikiran ini secara psikologis sedikit banyak pasti ada dalam benak dan hati marga Purba dan borunya.

Pemikiran yang wajar, bukan sempit apalagi bernuansa politik identitas. Mungkin saat ini ada beberapa kandidat marga Purba yang muncul, tetapi diyakini saatnya akan mengkristal ke Gidion.

Dukungan petahana/JR Saragih. Gidion Purba adalah birokrat murni yang diajarkan tertib administrasi dan tertib penganggaran.

Pemahamannya tentang itu dijalankannya secara teguh. Itulah yang menghantarkannya mengapa ia bisa dipercaya Bupati Jhon Hugo Silalahi menjadi camat.

Begitu pula di masa kepemimpinan Zulkarnaen Damanik, ia dipromosikan Sekdis di Dispenda. Itu jugalah yang membuat JR Saragih mengangkatnya menjadi Kadispenda dan Kadishub sebelum kemudian menjadi Sekda yang telah dilakoninya 7 tahun lebih hingga saat ini.

Selain penguasaan tertib adiminstrasi dan penganggaran, seorang sekda itu dipakai karena faktor loyalitas. Faktor loyalitas ini lebih dimaksudkan sebagai "penjaga diri" sang Kdh agar kebijakannya bisa berjalan  tidak melanggar UU/peraturan dan didukung maksimal oleh OPD (Organisasi Perangkat Daerah) maupun oleh masyarakat itu sendiri.

Itulah yang dilakoni GP selama 7 tahun ini, sehingga ia tetap di posisi sekda. Loyal kepada atasannya, menertibkan administrasi dan anggaran serta bisa berkomunikasi dengan rakyat.

Itulah mengapa JR memberi sinyal kepada Gidion untuk maju di Pilkada Simalungun 2020. Bukan bagian dari untuk mengamankan kepentingan JR, tetapi semata memang Gidion berbekal pengalaman akan lebih mampu membawa Simalungun lebih maju.

Dalam beberapa kesempatan Gidion secara terang-terangan  menyatakan dirinya maju berkat dorongan JR. Sebesar apakah dampak dukungan petahana baginya?

JR adalah sosok fenomenal orang Simalungun. Ia tidak seperti kebanyakan orang Simalungun dengan ciri tak mau menonjol. Ia tampil beda, menggebrak, selalu di depan dan punya visi jauh ke depan.

Ini membuat dirinya dikenal sebagai Pejuang Tangguh. Tidak tanggung-tanggung dia memenangkan 2 kali pilkada yang sarat dengan tantangan.

JR sempat dicoret namanya oleh KPU dalam pencalonan bupati periode ke dua. Ia tak menyerah namanya kembali masuk dan menang.

Ia membuktikan suku simalungun itu seorang petarung yang bukan hanya jago kandang. Dengan kemampuan loby dan kegigihannya,  ia dipercaya menjadi Ketua DPD Partai Demokrat Sumut.

Ini menjadi loncatan baginya untuk menjadi Cagubsu dan pada saat itu ia telah berhasil mendapatkan perahu serta resmi menjadi calon gubsu. Bayangkan seorang putra Simalungun sendirian mampu meraih tiket kursi partai.

Bandingkan dengan Gubsu saat itu T Ery Nuradi, yang juga Ketua DPD Nasdem Sumut tak mampu mendapatkan partai pendukung. Meski kemudian gagal karena tersandung ijazah, terlepas dari itu semua JR adalah petarung tangguh yang pasti punya dan mampu memobilisasi suara di Simalungun.

GP dalam satu kesempatan dengan penulis pernah menyatakan dukungan dari JR akan punya arti yang sangat besar. Ia sangat hormat dan berterima kasih jika JR mendukungnya.

Tetapi ia juga menegaskan  dirinya akan maju dengan kekuatan yang penuh sinerji dengan kekuatan utama dukungan arus bawah.

Catatan:

Suwandi Purba, wartawan Hr SIB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun