Perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, ia sudah hadir di depan mata. Suhu udara yang semakin panas, musim hujan yang tak menentu, serta gagal panen di sejumlah daerah menjadi bukti nyata bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja. Pertanyaannya, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan ? Salah satu jawabannya datang dari praktik pertanian yang bersahabat dengan alam: agroforestri.
Agroforestri merupakan sistem pengelolaan lahan yang memadukan antara tanaman kehutanan, pertanian, dan/atau peternakan dalam satu kawasan secara berkelanjutan. Bukan hanya sekadar menanam pohon di ladang, tetapi mengatur pola tanam sedemikian rupa agar tanah tetap subur, air terjaga, dan keanekaragaman hayati tumbuh berdampingan dengan aktivitas manusia.
Dari sisi lingkungan, agroforestri terbukti efektif dalam menyerap karbon dioksida (CO), gas rumah kaca utama penyebab pemanasan global. Akar pohon yang dalam membantu menyimpan karbon di dalam tanah, sementara tajuk yang rimbun menurunkan suhu mikro di sekitar lahan. Tak hanya itu, sistem ini juga mengurangi erosi tanah, menjaga ketersediaan air tanah, serta menciptakan habitat alami bagi berbagai jenis satwa liar.
Dari sisi sosial-ekonomi, agroforestri membuka peluang bagi petani untuk memperoleh pendapatan ganda. Misalnya, mereka bisa menanam kopi di bawah naungan pohon sengon, atau memelihara lebah di kebun campuran jati dan buah-buahan. Hasil kayu, buah, madu, hingga hasil pertanian menjadi sumber ekonomi yang saling melengkapi tanpa harus merusak hutan.
Namun, penerapan agroforestri tidak selalu mudah. Diperlukan dukungan kebijakan pemerintah, pendampingan teknis, serta kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan. Perguruan tinggi dan lembaga riset juga punya peran penting dalam mengembangkan model-model agroforestri yang adaptif terhadap perubahan iklim di berbagai daerah.
Kini saatnya kita melihat agroforestri bukan sekadar konsep ilmiah, tetapi sebagai gerakan nyata untuk menyeimbangkan kebutuhan manusia dan alam. Melalui kolaborasi antara petani, akademisi, dan pemerintah, kita dapat menciptakan lanskap hijau yang produktif sekaligus melindungi bumi dari dampak perubahan iklim.
Karena menjaga bumi bukan hanya tugas para ahli lingkungan, melainkan tanggung jawab kita semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI