Film sebagai salah satu media masyarakat untuk melakukan kontrol sosial terhadap Pemerintah. Hingga saat ini narkoba, Judi online (Judol), pinjol, dan mafia  tanah sudah menjadi momok bagi masyarakat, namun gerakan totalitas dari aparat Pemerintah, seperti Kejaksaan, Polri dan BIN masih tampak hanya tenang pilih. Hingga korban terus berjatuhan di masyarakat dari pasangan kalangan atas (artis) hingga bawah (rakyat miskin yang makin miskin).
Film "Agen +62" menggunakan kode internasional telepon untuk Indonesia, berparodi bahwa diperlukan detektif swasta untuk menyelesaikan problema masyarakat, karena peran aparat Pemerintah yang kurang tanggap.
Meski secara alur cerita, film ini bisa dibilang lemah, namun dari segi hiburan sangat menghibur karena komedi situasinya sangat mengena.
Dikatakan lemah dari segi alur cerita dikarenakan tokoh hitam digambarkan terlalu naif, bodoh dan ceroboh. Juga detektif swasta alias agen +62 dapat dengan mudah mengelabui tokoh hitam meski dengan aksi konyolnya.
Tokoh hitam selain menjalankan Judi online ternyata juga mempekerjakan anak-anak dibawah umur, tanpa digaji lagi, disekap tidak boleh melihat dunia luar, meski dijamin makan minum lebih baik daripada panti asuhan. Ini jelas kriminalitas yang harus dihukum setinggi-tingginya. Karena kesalahannya berlapis.
Film yang sudah tayang sejak 3 Juli 2025 ini dikawatirkan minggu depan sudah turun layar, mengingat banyaknya film yang antre pada musim liburan sekolah tahun ini.
Sinopsisnya sederhana, Dito (Keanu) salah seorang agen yang menyamar, telah melakukan pelanggaran perintah. Dalam penyamaran sebagai tukang bakso, Dito hanya ditugaskan memata-matai pelaku serah terima narkoba. Namun malah bertindak langsung mengejar pelaku narkoba.
Kegagalan demi kegagalan dalam pelaksanaan tugas, menyebabkan pimpinan meramalkan tahun depan agen detektif swasta (PUANAS) ini terancam tutup.
Ada satu kasus yang cukup penting, yaitu pengungkapan tokoh Judi online di Indonesia, yang dapat memperpanjang nasib agen detektif swasta ini.
Maka ditugaskan Dito dan Martha (Rieke Diah Pitaloka) untuk membongkar kasus ini dengan melakukan penyamaran.
Salah satu penyamaran keduanya mengikuti cagub Iqbal Mahardika yang diduga mendalangi Judol. Yang sering mengadakan pengajian di panti asuhan. Dengan aksi konyolnya, Dito berhasil menggantikan ustad yang biasa memimpin pengajian, namun melakukan dengan konyol. Seharusnya cagub Iqbal bisa mengendus ketidak beresan ini.