Pada tempat wudhu terdapat empat saka dari kayu. Jendela masjid ini menunjukkan jendela model masa lalu.
Kami melanjutkan perjalanan dengan menemukan beberapa Rumah Adat Kudus atau yang disebut Joglo Pencu. Rumah Adat Kudus ini dibangun oleh orang-orang berada untuk menunjukkan statusnya. Ada yang masih terawat bagus, ada juga yang kurang terawat. Dulu sering diperjual belikan, sekarang bila akan terjadi transaksi harus ada izin dari Dinas Purbakala.
Kami sempat mampir sebentar ke rumah keluarga Notosemito, karena sedang ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Omah Kembar ini dibangun oleh Nitisemito, untuk kedua putrinya. Dibangun dengan arsitek dari Belanda dengan gaya Eropa untuk membuktikan bahwa orang Jawa dapat sejajar dengan orang Eropa.
Meski hanya terdapat dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan dapur, tetapi sangat luas, bahkan memiliki balkon.
Sepuluh tahun yang lalu masih dihuni tetapi kini tidak dihuni lagi. Bahkan rumah di sisi Timur hanya tertutup pagar.
Karena dibiarkan lama tak berpenghuni, konon kabarnya banyak peristiwa mistis. Kabar terakhir rumah ini sudah terjual, entah siapa pembelinya, karena hingga akhir Juni 2025 belum ada yang menempati.
Inilah akhir perjalanan walking tour kami di kota lama Kudus.Sebagai gambaran, saya sertakan video,