Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menyeberangi Selat Drake

16 Februari 2024   10:00 Diperbarui: 16 Februari 2024   10:29 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung es (sumber gambar: istock.com)


Setelah menginjakkan kaki di ujung Selatan dunia yaitu kota Ushuaia, kami kembali ke kapal. Untuk menuju Antarctica, kapal harus menyeberangi Selat Drake.

Pelayaran menyeberangi Selat Drake adalah pelayaran paling berbahaya, karena ombaknya yang sangat tinggi, angin kencang / badai, dan cuaca ekstreem.

Dinamakan Selat Drake karena ditemukan oleh seorang petualang  Inggris pada abad 16, Sir Francis Drake. Terletak diantara Tanjung Horn di Amerika Selatan dan kepulauan Shetland Selatan di Antartica. Sebagian di Samudera Atlantik dan Pasific, sehingga Selat Drake disebut penghubing kedua samudera tersebut.

Memiliki lebar 1.000 Km dengan ketinggian  10 meter, dan merupakan jalur laut paling berbahaya dan tersulit. Akibatnya tidak kurang terdapat 800 bangkai kapal karam di selat ini.

Berbahaya? Tetapi kenapa orang tetap berani melayarinya? Karena jalur udara juga cukup berbahaya, bila cuaca ekstreem tidak ada pesawat yang berani terbang. Timbal baliknya, melalui jalur laut, kita dapat menyaksikan panorama paling indah, gabungan pemandangan alam dan satwa liar yang tidak ada di tempat lain. Itulah sebabnya, meski berbahaya, banyak kapal pesiar (cruise) dan kapal angkutan yang menyeberangi selat ini.

Saat kapal sudah memasuki perairan Selat Drake, kapten kapal mengumumkan bahwa kapal akan sedikit bergoyang karena ombak setinggi 6 meter akan menimpa kapal. Tapi penumpang tidak perlu kawatir, karena kapten pernah mengalami ombak yang dua kali lebih tinggi, dan kapal aman-aman saja.

Goyangan di kapal memang cukup terasa, meski kami tinggal di kamar. Kami mencoba tidur, hingga terbangun kapal masih bergoyang. Cukup pusing, meski masih memaksakan belum minum obat. Ternyata menyeberangi Selat Drake ini membutuhkan waktu 48 jam, meski jaraknya hanya 1.000 km, tetapi karena jalur yang berat, jadi kami terombang-ambing selama 2 hari.

Untung kami menaiki kapal yang dirancang untuk melewati ombak tinggi. Juga tentunya kesiapan dan pengalaman kapten & awak kapal sangat menentukan keamanan perjalanan ini. Dapat dibayangkan para pelaut kita dengan kapal pinisi menembus ombak di masa silam. Banggalah kita sebagai bangsa pelaut, yang selalu jaya di laut. Jalesveva Jayamahe!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun