Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menentukan Prioritas Hidup

27 Mei 2022   06:30 Diperbarui: 27 Mei 2022   06:35 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prioritas (sumber: greatmind.id)


Di dalam kehidupan ini kita selalu memiliki kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan harus didahulukan ketimbang keinginan, atau dengan kata lain kita harus mendahulukan  hal-hal yang esensial.

Sebuah buku sederhana berjudul "The Rules of Life" karya Richard Templar menuliskan beberapa hal penting dalam kehidupan ini. Misal berbuat ramah kepada orang lain, selalu tersenyum pada orang lain, berbuat baik kepada setiap orang adalah penting. Sedangkan membeli gawai mutakhir itu termasuk tidak penting. 

Jadi, kita harus pandai menentukan prioritas dalam kehidupan. Jangan terpengaruh gengsi atau terpengaruh oleh godaan untuk konsumtif.

Kita harus dapat menentukan prioritas yang esnsial diatas yang tidak esensial. Misal lebih baik bersilaturahmi dengan teman atau membezoek teman yang sakit daripada nonton drakor. Atau membelikan busana bermerek untuk anak-anak juga tidak salah, asalkan mampu, asalkan anak selalu diajarkan untuk bersikap sederhana, sopan, solider dengan sesama dan hormat pada orang lain. 

Jangan karena mengenakan busana bermerek, lalu meremehkan orang yang berbusana biasa. Meski yang tidak esensial juga penting, tetapi harus dapat dikalahkan oleh yang esensial.

Sebagai manusia, kita harus menentukan arah hidup. Meski tidak perlu terlalu detail agar kita tidak stress. Jadi dalam kehidupan tidak perlu memetakan umur sekian lulus sekolah, umur sekian hari bekerja dengan mencapai posisi tertentu, umur sekian harus berkeluarga, dan umur sekian harus memiliki rumah dan kendaraan roda empat. 

Tidak perlu memetakan tujuan hidup secara detail, cukup garis besarnya saja bahwa kita akan bekerja keras, jujur dan setia. Juga tidak perlu memiliki cita-cita yang extreem, misalnya sebagai dokter muda, kita harus mengabdi di pedalaman. Meski memiliki cita-cita yang extreem juga tidak salah.

Ada sebuah ilustrasi yang sangat mengena, adalah cerita seorang dosen dengan bejana gelas kosong yang diisi secara bertahap. Pertama-tama, dosen itu memasukkan bol pingpong, tidak sampai 10 bol, bejana sudah penuh. 

Lalu dosen itu memasukkan kerikil, yang langsung menerobos diantara bol pingpong. Kemudian dosen itu memasukkan pasir halus yang juga mengisi rongga yang ditinggalkan oleh bol pingpong dan kerikil. Terakhir, dosen itu menuangkan air, airpun menyusup pada rongga yang ada.

Arti dari percobaan ini identik dengan kehidupan manusia. Bol pingpong adalah kehidupan yang esensial, bila kita memasukkan kerikil dan pasir dulu, pastilah kita tidak dapat memasukkan bol pingpong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun