Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Child Free" Urusan Pribadi, Jangan Jadi Gerakan

30 Agustus 2021   08:03 Diperbarui: 30 Agustus 2021   08:16 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Child Free (sumber: shutterstock.com)

2. Mengejar karir, ekonomi belum stabil

Alasan ini juga kurang valid, karena karir tidak dapat diprediksi. Kenaikan pangkat biasanya diikuti kenaikan gaji dan perubahan gaya hidup. Dan siklus ini akan berputar terus. Bila ingin hidup secara lebih sederhana dan tertata, mestknya bisa mencukupi asal ada kemauan. Kekhawatiran masalah ekonomi, lebih disebabkan gaya hidup yang terlalu tinggi. Misal liburan ke luar negeri bisa digantikan liburan di dalam negeri.

3. Luka masa lalu

Dampak dari perselisihan orang tua di masa lalu, sering menjadi trauma menakutkan bagi anak-anak.

4. Emosi belum stabil

Alasan ini juga kurang berdasar, karena seseorang yang sudah berani memutuskan untuk menikah, seharusnya secara emosi sudah srabil.

Sementara dari kelompok yang anti 'child free' memiliki alasan :

* Anak untuk merawat masa tua orang tua

Alasan ini juga kurang valid, karena sekarang banyak orang tua yang manditi dan tidak mau mengganggu keluarga baru anaknya. Bila perlu, dengan sukarela orang tua akan masuk ke panti jompo atau wredha, dan tidak pernah beranggapan bahwa anaknya tidak peduli pada orang tua. Bagi orang tua yang ekonominya kuat, sekarang sudah ada panti jompo bertaraf hotel bintang lima.

Jadi, keputusan memiliki anak atau tidak, sebaiknya merupakan hasil kesepakatan pribadi pasutri yang secara sadar dan suka rela, dan tidak perlu menjadi sebuah gerakan yang mengkampanyekan programnya secara masif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun