Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hiduplah Seimbang Jangan Memaksakan Selalu Positif

4 Agustus 2021   07:29 Diperbarui: 4 Agustus 2021   07:39 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toxic Positivity (sumber: milenialis.id)

Pernahkah saat Anda sedang down atau banyak melakukan kesalahan, lalu mendapat nasehat agar selalu tetap bersikap postif? Beberapa pakar psikologis sering menyebut hal ini sebagai toxic positivity, atau sikap positif yang berlebihan, sehingga sering berkonotasi merusak atau meracuni pribadi atau kejiwaan Anda.

Bila Anda harus selalu bersikap positif, seringkali harus melawannya dengan mengabaikan sikap  negatif, seperti sedih, kecewa, kalah, atau kesal.  Dalam menyikapi kehidupan, hiduplah secara seimbang, ekspresikan sikap negatif seperti sedih, asal ingat jangan terlalu larut dalam kesedihan. Istilah anak muda sekarang, Anda harus segera move on.

Karena penyangkalan terhadap sikap negatif bila terakumulasi dapat menimbulkan stress kelas berat yang dapat mengarah ke depresi. Yang biasa ditandai dengan mudah cemas, sulit tidur, bahkan hingga penggunaan obat terlarang seperti narkoba.

Agar Anda atau anak Anda tidak terjebak pada toxic postivity, maka Anda harus mengenali tanda-tandanya, sebagai berikut:

1. Selalu mengucapkan hal-hal positif, meski mimik wajahnya tidak dapat menyembunyikan dirinya yang sedang sedih atau kesal.

2. Berusaha menghindari masalah.

3. Memiliki rasa bersalah bila tidak bersikap.positif.

4. Mencoba menyemangati orang lain, meski  kalimatnya vernzda ambigu.

5. Senang menyembunyikan prasaan sedih atau kesal yang dialaminya.

6. Selalu menyalahkan orang lain yang mengekspresikan sikap negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun