Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Panduan Memilih Capres-Cawapres di Pilpres dan Caleg di Pileg

20 Februari 2019   05:04 Diperbarui: 20 Februari 2019   05:28 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemilu (sumber: www.radarcirebon.com)

Prof. Mahfud MD dalam orasi kebangsaan yang disampaikan kepada alumni UKSW Salatiga pada Minggu 17 Februari 2019 menyatakan bahwa sebagai warga negara yang baik jangan golput. 
Pada hari pencoblosan tanggal 17 April 2019 semua warga negara wajib menjalankan hak pilihnya di TPS dimana ia terdaftar. Jangan apatis, karena nasib bangsa Indonesia sebagai negara demokrasi ditentukan saat pilpres dan pilleg.
Untuk memudahkan menentukan pilihan, Anda harus menyiapkan diri dari sekarang. Baik untuk pilpres maupun pilleg, Anda sebaiknya membuat matrix, lalu berikan nilai untuk masing-masing calon. Jumlahkan nilai masing-masing, siapa yang nilainya tertinggi yang Anda pilih di bilik suara.
Anak : "Pak, bagaimana membuat matrix untuk menilai calon ?"
Bapak : "Matrix ini tidak ada aturan bakunya, setiap orang memiliki kecenderungan penilaian berbeda. Misal, ada orang yang ingin menilai dari sisi kepemimpinan, ketegasan, merakyat, korupsi, rajin sholat, teknologi, latar belakang, bisnis, lingkungan hidup dan HAM.
Ada pula yang membuat matrix berdasar ketampanan, usia, keluarganya tidak bermasalah, latar belakang keluarga (bibit, bebet, bobot), ma lima (dibaca mo limo - maling, madon, mabuk, madat, main / judi), gagah, berpendidikan, kaya, tidak punya utang dan sholeh. Seperti matrix ibumu.
Masukkan ke sampingnya A dan B, lalu mulai berikan penilaian. Misal dari segi ketampanan A =6, B = 8, keluarga A = 10, B= 5 dan seterusnya. Lalu jumlahkan, yang nilainya tertinggi yang Anda pilih."
Anak : "Bagaimana memilih calon legislatif karena jumlahnya banyak? Bingung khan pak ?"
Bapak : "Pada TPS di Jakarta, akan dibagikan 4 kertas suara, sedangkan di provinsi lain akan dibagikan 5 kertas suara. Bedanya karena di Jakarta tidak diperlukan memilih caleg DPRD Tingkat II.
Unuk kertas suara pertama, warna abu-abu adalah untuk pilpres. Kertas suara ke dua, warna merah untuk DPD-RI. Kertas suara ke tiga, warna kuning untuk DPR RI. Kertas suara ke empat, warna biru untuk DPRD Tingkat I / Provinsi dan kertas suara ke lima, warna hijau untuk DPRD Tingkat II / Kabupaten / Kota.
Untuk pilpres paling mudah, karena hanya memilih 01 atau 02, 01 untuk Jokowi-Amin atau 02 untuk Prabowo-Sandi. Untuk DPD, dapat dipilih beberapa nama dari provinsi dimana pemilih terdaftar (https://infopemilu.kpu.go.id/pemiludpd2019), lalu masukkan ke dalam matrix yang telah Anda buat. 
Untuk DPR, DPRD Tingkat I dan II, pertama-tama, Anda masukkan partai politik ke dalam matrix. Dari partai terpilih, dapat dipilih nama caleg melalui ini , dengan memasukkan data Jenis Pemilihan, Piih Provinsi dan Pilih Daerah Pemilihan, lalu silakan masukkan ke dalam matrix caleg yang ada pada Daftar Calon Tetap, pilihlah yang nilainya tertinggi."
Anak : "Jadi tidak perlu mendengarkan pilihan teman atau pemuka agama?"
Bapak : "Tidak perlu, karena memilih pilpres dan pileg harus berdasar pilihan hati nurani masing-masing orang."
Anak : "Konon kabarnya pada pagi hari menjelang hari pencoblosan ada yang membagikan amplop berisi uang dan akan mendapat uang tambahan bila mengirimkan capture foto pilihan yang dicoblos?"
Bapak : "Ha .. Ha, ini namanya politik uang sangat diharamkan. Saran Bapak terima uangnya, tetap pilih sesuai pilihan hatimu. Mau motret kertas suara? Ingat, dilarang keras membawa smartphone ke dalam bilik suara. Jadi, jangan cari uang dari memotret kertas suara."
** Anak Bertanya Pada Bapak (Memilih Calon - bagian 15)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun