Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Museum Taman Prasasti, Menyulap Makam Menjadi Museum

23 Maret 2018   07:40 Diperbarui: 23 Maret 2018   08:17 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Taman Prasasti (Sumber: Wisata Kreatif Jakarta)

Bagaimana sebuah pemakaman yang konotasinya menyeramkan, tiba-tiba bisa menjadi museum dan sekaligus taman? Museum lazimnya adalah tempat yang banyak mengandung informasi, sedangkan taman lazimnya banyak pohon-pohon rindang dan menjadi tempat berkumpulnya warga kota, baik untuk berolahraga,  berekreasi maupun sekedar bersilaturahmi.

Adalah Wisata Kreatif Jakarta yang menggagas program wisataPark & Cemetery Tour, dan kali ini bertajuk Museum Taman Prasasti & Taman Monas.

Museum Taman Prasasti

Menapaki jalan masuk Museum Taman Prasasti yang terletak di Jalan Tanah Abang I ini tidak ada kesan seram atau angker. Mungkin karena kami berkunjung pada pagi hari yang cerah. Museum ini buka tiap hari mulai 9.00 dan tutup jam 15.00. Pintu gerbangnya menggunakan arsitektur Yunani gaya Doria yang banyak memakai tiang-tiang besar.

Di bagian depan museum terdapat peti jenasah Bung Karno dan Bung Hatta, dua area persemayaman jenasah sementara, kereta merta dan lonceng yang dulu selalu dibunyikan bila ada jenasah datang.

Di kanan kiri kami menyaksikan makam-makam yang indah dengan ukiran dan patung bernilai seni tinggi. Patung bidadari atau Guardian Angelyang paling banyak, semua patung dipasang atas pesanan keluarga untuk mengenang dan menghormati jasad yang dikuburkan disana.

Awal mulanya tempat ini bernama Kuburan Kebun Jahe Kober, dijadikan pemakaman atas usulan Jeremias van Rumsdijk, anak seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Dan merupakan pemakaman baru sejak tahun 1795 ini, untuk menggantikan lokasi pemakaman yang semula berada di dekat Kota Tua (lokasi Museum Wayang sekarang).

Menurut penjelasan pemandu wisata di Museum Taman Prasasti ini, disitu dimakamkan bangsa Belanda, Inggris, Amerika dan Indonesia. Jenasah yang pernah dimakamkan disini diantaranya Jendral Koehler, seorang Jendral Belanda yang tewas di Aceh, HF Roll, pendiri Stovia - sekolah kedokteran pertama di Indonesia. Juga isteri Gubernur Jendral Inggris di tanah Jawa Sir Thomas Stamford Raffles yang juga pendiri Kebun Raya Bogor, yang bernama Olivia Mariamne.

Dua orang warga Indonesia yang pernah dimakamkan disini adalah Soe Hok Gie, seorang aktifis mahasiswa yang selalu mengkritik kebijakan Pemerintah dan wafat di puncak Gunung Semeru. Jasad Soe Hok Gie akhirnya dikremasi dan abunya disebarkan di Gunung Pangrango sebagai keinginan almarhum untuk selalu dekat dengan alam. Orang ke dua adalah seniman Miss Riboet, seorang artis opera Batavia yang sangat terkenal pada era awal 1900-an.

Karena jumlah makam makin banyak, tempat ini terancam penuh, oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada periode 1950-1970 telah meminta keluarga untuk memindahkan jenasah. Banyak yang membongkar makam, dan memindahkan ke negara asalnya, maupun ke pemakaman lain di Indonesia.

Saat ini pada Museum Taman Prasasti hanya berupa makam kosong, tidak ada lagi jasad tubuh manusia didalamnya. Diresmikan oleh Ali Sadikin saat menjadi Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebagai Museum Taman Prasasti pada tahun 1997.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun