Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora featured Pilihan

Pemerintah Indonesia Harus Mampu Memanfaatkan Bonus Demografi

8 Oktober 2014   02:53 Diperbarui: 4 April 2017   17:14 13169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Tribunnews.com

Bonus demografi akan menjadi modal besar bagi NKRI apabila kualitas sumber daya manusianya tinggi sehingga memiliki daya saing di era pasar bebas saat itu. Selain itu, bonus demografi itu juga akan mampu mempercepat peningkatan produksi negara yang sekaligus mampu melepaskan diri dari keterjebakan sindrome negara berkembang.

Pemerintah harus mampu memanfaatkan bonus demografi yang terjadi di Indonesia. Usia produktif harus didorong untuk terus meningkatkan produktivitas. Bonus demografi harus diisi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan netto dari bonus demografi.

Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. Masalah yang paling nyata adalah ketersediaan lapangan pekerjaan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Pemerintah mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk menampung 70% penduduk usia kerja di tahun 2020-2030?

Kalau pun lapangan pekerjaan tersedia, mampukah sumber daya manusia yang melimpah ini bersaing di dunia kerja dan pasar internasional?

Berkaca dari fakta yang ada sekarang, indeks pembangunan manusia atau human development index (HDI) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara di dunia, Indonesia berada di urutan 111. Sementara dikawasan ASEAN, HDI Indonesia berada di urutan enam dari 10 negara ASEAN. Posisi ini masih di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura. Tingkat HDI ini terbukti dari tidak kompetitifnya.pekerja Indonesia di dunia kerja baik di dalam ataupun luar negeri. Paling banter, pekerja Indonesia di luar negeri adalah menjadi pembantu. Ujung-ujungnya disiksa dan direndahkan. Untuk tingkat dalam negeri sekali pun, pekerja indonesia masih kalah dengan pekerja asing. Hal ini ditandai dari banyaknya peluang kerja dan posisi strategis yang masih ditempati tenaga kerja asing.

Permasalah pembangunan sumber daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang. Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar: kualitas manusia!

Kenyataannya pembangunan kependudukan seolah terlupakan dan tidak dijadikan underlined factor. Padahal pengembangan sumber daya manusia yang merupakan investasi jangka panjang yang menjadi senjata utama kemajuan suatu bangsa.

Solusi yang Harus Disiapkan

Untuk memanfaatkan bonus demografi maka anak-anak harus dibentuk kualitasnya sejak sekarang. Pada tahun 2025 nanti anak-anak sudah dewasa dan termasuk dalam usia produktif. Untuk itu, mulai saat ini, generasi muda harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing meraih kesempatan kerja, dan bersaing dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Artinya mulai sekarang, anak-anak harus meningkatkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara optimal.

Indonesia tengah mengalami bonus demografi yang ditandai dengan banyaknya penduduk usia muda dan produktif. Bonus demografi itu harus segera dioptimalkan dengan investasi lebih besar pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).

Menurut proyeksi penduduk tahun 2035 berbasis sensus 2010 diketahui masa maksimum bonus demografi ini terjadi pada 2028, 2029, 2030 dan 2031. Selama itu, prosentase penduduk usia muda dan produktif mencapai 46.7 persen. Melihat dari proyeksi ini, Indonesia memiliki peluang hingga 2030, jadi selama 16 tahun mendatang, Indonesia harus investasi habis-habisan di SDM.

Investasi SDM itu memang butuh dana besar namun lebih cepat return-nya. Misalnya saja, Indonesia berpotensi menaikan GDP sekitar 1 persen dengan growth ekonomi mencapai 7 persen. Skenario MP3I pada 2025 pertumbuhannya 7 persen. Ini artinya, sangat mungkin pertumbuhannya diatas 7 persen, yakni 10 persen bila investasi dilakukan.

Ada beberapa syarat agar bonus demografi bisa tercapai. Pertama, yakni suplai tenaga kerja produktif yang besar harus diimbangi dengan lapangan pekerjaan sehingga pendapatan perkapita naik dan bisa menabung yang akan meningkatkan tabungan nasional.

Kedua, tabungan rumah tangga diinvestasikan untuk kegiatan produktif. Ketiga, jumlah anak sedikit memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan.

Keempat, anggaran yang sebelumnya dipakai untuk anak usia 0-15 tahun karena jumlah berkurang, bisa dialihkan untuk peningkatan sumber daya manusia untuk usia 15 tahun ke atas seperti untuk traning, pendidikan, dan upaya pemeliharaan kesehatan remaja terutama kesehatan reproduksi dan penanggulangan perilaku tidak sehat seperti alkohol, narkoba, rokok dan seks bebas.

Untuk dapat memanfaatkan peluang adanya bonus demografi perlu dilakukan aksi sejak dini. Seluruh pihak, baik Pemerintah, swasta maupun masyarakat perlu terlibat dan berpartisipasi.

Misalnya, dalam hal penurunan fertilitas sebagai salah satu syarat mencapai peluang bonus demografi. Penurunan fertilitas ini tidak akan tercapai bila masyarakat tidak berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana (KB). Jika tidak dilakukan aksi sejak sekarang, maka yang akan terjadi adalah door to disaster.

Jumlah penduduk produktif yang besar jika tidak diikuti dengan kualitas tinggi, maka berarti Indonesia akan memiliki penduduk besar tetapi tidak produktif. Jika Pemerintah tidak menyediakan lapangan kerja atau peluang usaha yang kondusif, maka kondisi ini akan diikuti dengan jumlah pengangguran tinggi.

Pengangguran ini akan didominasi oleh penduduk muda dan terdidik yang dapat mendorong timbulnya social unrest dan peningkatan jumlah penduduk miskin. Untuk menghindari terjadinya door to disaster perlu dilakukan upaya keras dalam penurunan fertilitas, peningkatan kualitas penduduk, baik dari sisi kesehatan maupun pendidikan. Adanya employment creation dan job creation yang baik mampu mendorong percepatan perekonomian negara.

Kesimpulan

Jika hal tersebut diimplementasikan dengan baik di seluruh wilayah Indonesia maka pemerataan kesejahteraan akan tercapai dan peluang yang tercipta dari bonus demografi dapat termanfaatkan secara optimal.

Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya, tetapi untuk menjadikan potensi nasional, perlu dipersiapkan dan selanjutnya dimanfaatkan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Syarat agar bonus demografi dapat dimanfaatkan dengan baik, adalah dengan mempersiapkannya sejak perencanaan sampai dengan implementasinya di tingkat lapangan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun